Masuk ke situs https://writingexercises.co.uk/firstlinegenerator.php
klik generate a first line satu kali, dan jadikan kalimat itu menjadi kalimat pembuka ceritamu. Kalimatnya boleh diterjemahkan.
Genre: SoL
Tapi percakapannya bikin pusing, percayalah****
By the time he was done, she was in hysterics.
Begitu Tora selesai, Lia terdengar histeris. Tora yang baru mematikan kompor melonjak sampai kepalanya terantuk rak ketika mendengar kakaknya menjerit.
"Radit! Kamu ngapain?!" Malah Radit yang kena semprot Tora. "Seumur-umur, Kakak hampir enggak pernah menjerit!"
"Tapi berteriak dengan gahar," sambungku.
"Sok tahu kalian!" seru Radit "Berapa kali dia jerit-jerit di kampus!"
"Diam!" Lia menempeleng Radit. "Aku syok sama kota besar, tahu!"
"Udah, udah," gumam Rehan di sudut ruangan. "Mending, kalian bantu aku. Kasihan burung ini."
"Burung?" Tora melongo.
Radit berdeham. "Siapa yang enggak kaget kalau di depan mukanya tiba-tiba ada muka lain yang tak disangka-sangka?"
"Kakakmu berdiri di depan jendela, tiba-tiba ada burung hantu nabrak dan nyangkut di sini," lapor Rehan.
"Kok bisa?"
"Siapa yang tahu?" Rehan mengangkat bahu. Burung hantu tadi sudah lepas dari jendela berkat Rehan yang akhirnya berjuang sendirian.
"Ada yang mau cek, kepalaku benjol atau enggak?" Tora menunjuk kepalanya. Semua serempak menggeleng.
"Kalian ramai, aku jadi ingin Kakak juga di sini," gumam Rehan. "Tare, kalau aku balik buat narik Kakak ke sini, gimana?"
"Hm? Bukannya enggak perlu?" sahutku.
Rehan menggaruk kepalanya. "Lha iya, sih. Aku jadi ingat pertemuan pertamaku dengan Tora, yang ada di Spam Ala-Ala."
"Kamu ingat?"
"Aku 'kan sudah bilang, aku bisa ingat apa yang terjadi waktu itu, sebelum kembali ke ... masa ini?" Rehan tampak makin bingung. "Yah, pokoknya, itu lah."
"Aku ingat!" BZ meloncat tiba-tiba. "Master, kakakmu muncul tiba-tiba pas kita lagi buka lahan!"
"...."
Satu ruangan tiba-tiba hening.
Tora kembali ke dapur sambil bergumam-gumam. Ia muncul membawa dua piring makanan, satu lauk dan satu sayur. Radit merenung di meja makan sambil menatap ponselnya. Lia membuka-buka laci. Rehan bengong depan jendela, dengan BZ di sampingnya. Deha memeluk Terra di pojok ruangan. Aku berdiri diam.
"Rehan, kamu ingat sesuatu yang lain?" tanyaku akhirnya.
Rehan mengangguk. Ia melirik BZ sekilas, tampak tegang. "Soal makhluk ini ... dia punya kembaran, 'kan?"
"Aku punya kembaran," gumam BZ. "Kondisinya selalu sama. Di awal, aku yang pertama terpanggil, dan dia tertahan entah di mana. Kalau Rehan berpisah dari kakaknya dan aku mengikutinya, barulah ia akan muncul di hadapan Kakak. Kembaranku ... QY, ia juga kembali."
"Kalian ngomongin apa?" celetuk Radit.
"Ngomongin hal yang tidak perlu dimengerti orang lain." Aku cengengesan. "Lia, andai aku--dan Deha--tidak ada, kamu perempuan sendiri, lho."
Lia merengut. "Jangan pergi. Aku enggak mau ngurusin para bocah ini."
"Siapa bocah?" seru Radit langsung.
Lia mengabaikannya. "Rehan, kalau kamu mau mengajak kakakmu ke sini, aku akan senang sekali."
"Ah, ya, kalian pernah ketemu, ya?" gumam Rehan. "Kamu pernah ketemu ibuku, 'kan? Apa mau setelah dari sini, kalian semua ke rumahku?"
"Boleh. Aku suka rumahmu." Mata Lia berkilat. "Tapi nanti, ya. Kalau Ayah dan keluarga Paman sudah ngumpul semua di sini." Ia berpaling padaku. "Bukannya Ayah bakal datang hari ini? Kok, sampai malam, belum ke sini juga?"
"Entah? Sengaja, kali. Yang penting, masih hari ini." Aku mengangkat bahu.
"Assalamualaikum!"
Seruan salam itu membuat Lia yang sedang duduk dan Tora yang membawa piring buah langsung melonjak. Tanpa komando, kakak-adik itu menghambur ke pintu dan memeluk sosok di baliknya sambil sama-sama berseru, "Ayaaaaah!"
"Wah, wah, inikah sambutan yang akan kudapat andai aku pulang waktu itu?" Ray cengengesan diganduli kedua anaknya yang sebenarnya sudah dewasa itu.
Kompak, Lia dan Tora berseru, "Jangan bahas waktu itu!"
Malam itu, Rumah Bukit ramai. Aku dan Deha mungkin hanya bisa bermain ampar-ampar pisang di pojokan, ditonton Terra, ketika yang lain mengobrol di ruang tengah sambil makan malam.
Keluarga Kekanakan yang masih ada hampir komplet. Tinggal menunggu Eugeo sekeluarga esok hari. Lalu, aku akan mempertemukan dua cerita, dua universe itu. Bukan hanya lewat Rehan seorang, melainkan juga Kakak sekeluarga, bahkan mungkin Keluarga Istana juga.
Tinggal 6 hari lagi aku di sini. Sebelum aku pergi, aku ingin bersama mereka semua dalam satu waktu.
(Bersambung)
****
Et, enggak nyangka udah 22 hari aja ya?
Semoga saya tetep bisa ngetik dan mengalirkan ide meski tidak dipecut. BTW, semoga MWM bukan bulan puasa, ya. Hiks.
Jkt, 21/2/21
AL. TARE
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped in Hayalan (Again)
Random[Dalam rangka Daily Writing Challenge NPC] *Mungkin mengandung spoiler dari semua cerita Tare* Untuk memenuhi tuntutan tema, Tare bermain ke Hayalan, dunia imajiner buatannya. Niat hanya bertandang sebentar, ternyata ia harus melalui misi untuk bisa...