Day 16

25 3 0
                                    

Judul: Pertemuan Keluarga Lintas Dimensi Waktu (1)

Prompt hari ini: Bertemu seseorang di bus yang mengubah pandangan tokohmu.

Genre: SoL-religi

****

"Kalian semua tahu, aku cukup kenyang dengan kuliah kehidupan dari orang-orang terdekatku. Dari masih kecil dan dicekoki kisah matahari sama Kak Ray, sampai detik ini dan melihat dua keponakanku tumbuh dewasa ...." Jordan melirikku, lalu nyengir teramat lebar. "Dan kebingungan gara-gara waktu yang berputar tak tentu begini. Kenapa aku merasa aku pernah lebih tua dari sekarang?"

Rumah Kota ternyata ramai. Kukira, semua orang sedang di tempat masing-masing. Jordan, misalnya, ia di Kampung Pelabuhan. Nyatanya, ia di sini, di Rumah Kota, dan hampir seluruh anggota keluarga besar berkumpul di sana. Kata Mister Noor Ismail, sang Tuan Rumah, keluarga "besar"-nya yang sepi--karena beliau anak tunggal dan juga hanya memiliki satu anak--jadi ramai berkat keluarga besar Ray.

"Maaf," selaku. "Aku enggak maksud. Aku cuma memenuhi undangan Tora."

"Jangan nyalahin!" seru Tora.

"Aku ngapain?" sahut Rehan. Ia terdampar sendirian di sini, bukan anggota keluarga besar ini, maka ia lebih memilih duduk di sebelahku yang juga orang luar.

"Enggak apa-apa, dengerin aja, kembaran masa kecilku," sahut Rayhan--akrab dipanggil Ray, sosok bapak-bapak separuh immortal. "Jordan makin asyik memberikan petuah sekarang."

"Itu 'kan gara-gara Kakak!" Jordan menunjuk Ray garang.

"Ya, jadi pelajaran hidup apa lagi yang kamu dapatkan selain dari dongeng ala-ala tentang matahari yang kuceritakan pas kamu masih bayi?" Ray bersedekap, berucap dengan suara amat tenang--yang berarti meledek.

"Akhirnya!" Jordan tiba-tiba meloncat. "Aku ketemu calon!"

"Haaaaah?!" Satu ruangan kompak berseru.

Jordan tampak berseri. Di sebelahnya, Liz, kakaknya, berdeham-deham tak jelas.

"Sebanyak apa pun motivasi yang kudapat, masa demot itu pasti ada, 'kan?" Jordan tampak mengenang sesuatu. "Lulus arsitektur, nyusun porto, lamar kerja sana-sini, enggak kunjung dapat .... Sampai sekarang, setahun kemudian."

"Oh, sekarang setahun dari Jordan lulus kuliah. Berarti, sekarang kira-kira tahun 2015?" tanyaku.

"Bukan!" Satu ruangan berseru, aku bungkam.

"Asal kamu tahu aja, Jordan kuliah sampai mentok semesternya. Hampir tujuh tahun." Liz mendengkus.

"Aku stres, Kak!" Jordan mengguncang kakaknya. "Enggak lihat, penderitaan anak arsi--"

"Ya, ya, paham," potong Tora.

"Jadi, ini tahun berapa?" tanyaku lagi.

"Tahun berapa? Kalau dibilang 2010, enggak bakal ada satu pun yang percaya." Sesosok perempuan berpakaian hitam-putih angkat suara. "Lihat, aku masih awet muda, sedangkan Ray menua."

"Diam," gerutu Ray.

Aku memijit kening. Aneka linimasa tercampur baur di saat ini. Aku melihat semua orang datang tidak dari masa yang sama. Jordan, misal, sepertinya dari tahun 2017. Namun, sosok hitam-putih yang di sana, jelas tidak. Kalaupun ia ada di sini sekarang, ia pasti berasal dari masa lalu. Arin ... usianya terhenti pada tahun 2010.

"Aku enggak peduli ini tahun berapa," ujar Jordan. "Tapi, aku bicara sekarang karena butuh masukan."

"Hoo, soal calon?" Eugeo muncul mendadak dan menjitak Jordan. "Seru, pasti akan kusimak baik-baik. Gimana, Ray? Buka konsultasi?"

"Kenapa kamu yang antusias?" Lelaki yang ditanya itu mendengkus.

"Ah, ya. Pertemuan di bus waktu itu. Aku sudah niat bolos dan jalan-jalan entah ke mana, tapi ada seorang perempuan yang justru minta tolong untuk membawakan tasnya. Mungkin, ia pernah melihatku di kampus, entah kapan. Ternyata, kami satu departemen. Aku jadi gagal bolos karena papasan dosen."

"Wah, kayak gitu doang bisa bikin pelajaran hidup, Dan?" Ray menggeleng. "Lagian, itu cewek macem apa, kok tiba-tiba minta tolong?"

"Aku juga mikir awalnya kurang ajar, tapi dia bawa karung!" Jordan menggebu-gebu. "Buat ... LD fakultas."

"Lembaga Dakwah ...?"

Suara kecil menginterupsi. Entah bagaimana, tapi kali ini, aku melihat Lia dari tahun 2022.

Jadi ini tahun berapa, woi?

"Karung, isinya?"

"Pouch. Hehe. Buat dibagiin pas acara kajian. Besoknya, kami ketemu lagi, benar-benar enggak disengaja. Kali ini, dia lebih berani buat minta tolong, karena dia bawa karung lagi. Kali ini, isinya rompi buat panitia. Konyolnya, hari-hari setelah itu, aku berharap ketemu dia bus lagi. Baru dua kali, dan aku merasa ada yang kurang kalau enggak ketemu dia. Haduh."

"Dan kalian tidak bertemu lagi. The end!" sorak Ray.

"Enggak gitu, Kak!" seru Jordan. "Aku jadi kepikiran. Anak teknik hampir semuanya sibuk. Meski enggak ikut organisasi, tugas kuliah udah banyak. Ini lagi, dia udah ikut LD, ikut organisasi amal di luar, ikut macam-macam ...."

"Kamu nge-stalk?!" Liz menyenggol adiknya keras.

"Em, yah, enggak, tapi iya." Wajah Jordan memerah. "Paling enggak, aku tahu dia siapa, angkatan berapa, jurusan apa ... dan kami ketemu lagi. Di bus. Kali ini, dia bawa setumpuk pamflet, enggak minta tolong bawain kok. Aku tanya, kenapa sibuk melulu. Dia jawab, pake hadis, dong ...."

Satu ruangan terdiam. Ray, Eugeo, juga Liz yang sejak tadi meledek Jordan turut bungkam.

"Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi Rabb-Nya, hingga dia ditanya tentang lima perkara (yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan, dan dalam hal apa (hartanya tersebut) ia belanjakan dan apa saja yang telah ia perbuat dari ilmu yang dimilikinya."

Masih diam.

"Dia bilang, dia mau jadi bermanfaat sebaik mungkin. Tanpa bermaksud menyinggung, aku tanya, gimana kalau stres? Kalau butuh waktu sendiri? Ia bilang, ia mengkhususkan beberapa hari untuk pasif. Kalau tertekan di tengah tugas, ia menyepi beberapa jam. Pokoknya,istirahat perlu, tapi jangan berhenti selamanya. Mengerem sementara sambil melakukan hal yang bisa meningkatkan produktivitas diri. Dan aku ...."

"Termotivasi?" gumamku pelan, takut mencuri klimaksnya.

"Jatuh cinta!"

Terdengar helaan napas seantero ruangan. Aku yakin, sesi diskusi dan tanya-jawab serta konsultasi berkepanjangan akan berlanjut setelah ini.

Deha menyikutku. "Mau nyimak terus?"

Aku mengangguk. "Sampai kelar!"

(Bersambung)

****

Yha, semoga aja tema besok bisa sesuai.

Eh, tema unpredictable juga enggak papa. Semua orang aneh di sini siap dengan cerita masing-masing ... semoga.

Jkt, 15/2/21
AL. TARE

Btw, aku sampai scroll catatan lama demi bab ini, haha

DAN AKU TERTUSUK SENDIRI. NYELEKIT EMANG. ASTAGFIRULLAH

Trapped in Hayalan (Again)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang