Ceritanya prolog (lagi)
****
DWC datang lagi.
Januari 2022, Tare mendapat jatah libur satu bulan lebih dari kuliah. Sekarang sudah di penghujung bulan, yang berarti ... masuk kuliah sebentar lagi. Ditambah hawa-hawa kuliah hibrida yang membuat anak satu ini tambah muager.
"Siapa yang mengundangmu lagi?" tanya R.I.
"Lagi?" sahutku.
"Oh, kamu enggak diundang rupanya, tapi inisiatif mau datang sendiri?"
Aku nyengir kuda. "Yah, aku harus ke sana untuk menjemput ide, tahu?"
R.I. mengangguk. "Dan merelakan kuliah?"
"Aku enggak bilang begitu!"
"Lalu? Kamu mau menyelam di Hayalan sambil tetap berfungsi normal di dunia nyata?" R.I. bersedekap.
"Tentu saja." Aku menjentikkan jari. "Semoga aku survive, meski semester ini mengerikan."
"Enggak boleh dibiarkan."
"Apa?"
"Aku ikut."
Aku mematung.
"Aku ikut ke mana pun kamu pergi. Mau kamu lagi nyemplung di Hayalan kah, atau tiba-tiba sudah teleportasi ke kampus kah, lagi kegiatan organisasi atau tugas kuliah, aku bakal tetap di sampingmu." R.I. menunjuk matanya dengan dua jari, lalu mataku. "Dan mengawasimu."
"Eh ... serius kamu mau ikut?" Aku malah merasa girang, alih-alih terkekang.
"Ya, takut kamu kelelep dan lupa daratan."
"Enggak kok, enggak!"
"Oke, jadi ... tahun ini, apa tantangannya?"
"Entahlah, tapi sejujurnya, aku agak waswas ...." Aku tertawa kecil. "Apa pun itu, aku pasti bisa melaluinya tanpa dihukum!"
R.I. tetap tak berekspresi, seperti biasa. Ia menatapku datar. "Pede banget."
"Kamu mau antar aku?" tanyaku penuh harap.
"Kamu bisa masuk ke sana kapan pun kamu mau, 'kan?"
Aku mengangguk. Sejak tahun lalu, Deha memberiku akses keluar-masuk ekslusif. Ada-ada saja, padahal aku yang membuat mereka semua, tetapi untuk ke sana saja masih dihalangi satpam—Deha.
"Kapan mau pergi?"
"Sekarang!" Aku menggaet lengan R.I. yang masih saja melayang—ia memang tak punya kaki. "Portal ke Hayalan, membukalah!"
Lubang itu tersingkap. Cahaya remang menyorot perlahan, lalu digantikan pemandangan ... sulur-suluran bunga.
"Oooiiii! Bilang dulu mau ke sini 'kan bisa! Kirain paling cepat masih nanti, kok sekarang udah nyampe? Masih delapan hari lagi!" Kudengar suara diriku sendiri di kejauhan.
Tak lama, sosok itu tampak menuruni sulur bunga raksasa dan menghampiriku. "Hei, udah siap mau dipecut, ya? Enggak sabar banget!"
"Sorry," jawabku sambil cengengesan.
"Oh, apa kamu ...."
Deha terdiam. Ia melihat sosok di sampingku. Sudah pasti, sosok menyeramkan itu sedang memelototinya.
"A-ah, iya, selamat datang." Deha membungkuk sedikit. "R.I., tolong jaga dia, jangan sampai kebanyakan halu."
"Baik."
Kami terdiam sesaat.
"Ayo naik Terra," ujar Deha memutus keheningan. "Kita diskusi sambil jalan ke sana."
Di sinilah aku sekarang. Di atas bola batu raksasa, berlindung di balik mahkota bunga yang juga berukuran mega.
"Oke, Tare." Deha berkacak pinggang. "Mari kita atur strategi biar kamu enggak sampai dihukum!"
Aku nyengir. "Skuy!"
****
****
****Author note dibajak Deha lagi
Penduduk Hayalan sepakat enggak bakal nyiksa Tare, kok. Wkwk, jangan kecewa.
Karena pengalaman tahun lalu, kami lebih memilih untuk mendukung Tare supaya bisa melalui hari-hari selama dipecut admin NPC!
Sama seperti tahun lalu, tema harian dari admin, judul, genre, dan karakter yang terlibat akan diberi tahu di tiap awal bab, biar yang baca enggak pusing-pusing amat. Namun, kemungkinan besar, genrenya bakal banyak fantasi.
Duh, temanya bakal apa ya? Ku takut.
(23/01/2022)
Deha,
zzztare's old form
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped in Hayalan (Again)
Random[Dalam rangka Daily Writing Challenge NPC] *Mungkin mengandung spoiler dari semua cerita Tare* Untuk memenuhi tuntutan tema, Tare bermain ke Hayalan, dunia imajiner buatannya. Niat hanya bertandang sebentar, ternyata ia harus melalui misi untuk bisa...