Tema:
[ Pilih satu Music Video favoritmu (artis bebas, dari negara mana saja) lalu buat cerita yang diinspirasi dari Video tersebut. (Video ya, bukan lirik) ]
Judul: Sayonara Memories
Genre: drama (hahaha)
****
Tambah enggak jelas. Kayaknya enggak usah dibaca deh xD
****
"Perasaan?"
Tora langsung nyambung begitu ia muncul. Tangannya berlumur darah. Untung pakaiannya tidak.
"Cuci tangan dulu!" seruku.
"Iya, otewe," sahut Tora. Ia menghilang lagi. Beberapa lama kemudian, ia kembali bersama Rehan dan Alba, plus seekor ayam dan keranjang kayu anyaman berisi ... ikan.
"Kamu berburu ikan juga?'
"Iya," sahut Rehan. "Alba butuh banyak protein."
"Kok aku?" Alba protes.
"Sudah, sudah, biar kami yang urus." Deha menengahi sambil mengambil keranjang berisi ikan itu.
"Mau ikut," seru Alba. "Aku mau membuat makanan sendiri."
Aku melirik Alba. Mungkin, dalam hatinya, ia tak mau terus menerus merepotkan orang lain. Ia dulu tak bisa apa-apa, baru sekarang ia mampu.
"Baiklah. Malam ini, kita makan seadanya." Deha menunjuk tumpukan kayu bakar yang sudah ia siapkan. "Seseorang, bantu nyalain api!"
Di tengah keributan itu, Ivy tiba-tiba menghampiriku. "Tare, temenin aku nanti malam. Aku enggak mau ganggu yang lainnya."
"Ngapain?"
Ivy melirik Bunga Kenangan. Seketika aku paham.
****
Tengah malam.
Aku tahu ini tengah malam, tetapi aku tidak mengantuk. Sementara yang lainnya tertidur, Ivy menarikku menjauh. Aku tak menyangka Terra ikut, dalam wujud kecilnya. RI setia di sisiku, sementara BZ mengekor.
"Apaan sih, kok rame?" tanyaku.
"Enggak apa-apa, 'kan," sahut BZ. "Enggak tahu kenapa, tapi aku merasa bersalah."
"Sama?"
"Semuanya."
"Kenapa?"
"Enggak tahu, udah kubilang!"
Kami berhenti cekcok ketika Ivy berhenti berjalan.
"Bayang-bayang ...." Ivy bergumam. "Apa kamu punya penyesalah, Tare?"
"Penyesalan?"
"Mungkin, kamu punya sesuatu untuk diingat."
Lima tahun lalu.
Aku tak sengaja menemukan sebuah catatan di salah satu ceritaku yang mengendap di draf akun ini. Catatan tahun 2017 awal, yang menyatakan akhirnya aku bisa berpindah dari masa yang membelenggu. Dasar anak ini, kesulitan bergaul menyebabkannya sulit move on.
Mulai hari ini, aku akan move on. Akhirnya!
"Kita bukan orang yang sama," ujar Ivy. "Kamu enggak melakukan apa-apa, tetapi aku pernah berniat membuat sesuatu, mana tahu aku punya keberanian untuk menyampaikannya sebelum lulus."
"Mohon maaf, nih ... kamu nyeret aku buat curhat?" tanyaku.
"Iya. Kalau keberatan, bilang aja."
Aku menghela napas. "Enggak papa." Ketika aku duduk, Terra langsung mepet ke sisiku, RI dan BZ segera membayangiku. Kami seperti hendak menonton lakon.
"Haha, kalian serius banget." Ivy melambai. "Aku kayak wayang, ya? Ditontonnya gitu amat."
"Lanjut aja," sahutku.
"Kamu pernah merasa, kamu enggak bakal ketemu satu orang itu lagi, jadi kamu ingin membuat kenang-kenangan?" Ivy melipat tangannya. "Dalam konteks apa saja. Teman, atau pacar ...."
"Siapa yang pacaran, hoi!" seru RI, entah mengapa ia kesal.
"Hehe, masa pacar enggak bakal ketemu lagi, sih?" BZ malah menyeringai.
"Iya, iya, aku salah ngomong," dengkus Ivy. "Atau orang yang kamu sukai."
Entah mengapa, aku merasa semua pandangan mata terarah padaku.
"Apa? Kalau ke teman, aku pernah. Kalau buat orang yang aku sukai ... enggak, enggak perlu, tengkyu."
"Apa sih, kok salting?" Ivy menjulurkan lidahnya. "Yah ... itu kamu. Kamu enggak menyesal. Tapi, aku ... aku punya penyesalan sedikit. Karena enggak bisa menyampaikan satu hal ini secara langsung." Ivy menunduk. "Once in a blue moon, lewat chat, dia memintaku buat menggambar sesuatu. Aku sanggupi, aku buat, lalu kukirim fotonya, dan ia senang. Tapi, aku merasa kurang. Aku mau menyampaikannya langsung ... tapi, telat. Sampai sekarang, takdir kami enggak bersinggungan, dan aku merasa menyesal tiap melihat gambar itu."
"Simpan saja, kenang-kenangan buatmu sendiri. Kalau dia yang megang, nanti malah dia buang gimana?" saranku. Apa aku terlalu santai menanggapi hal ini?
Ivy mengangguk. "Itu yang kupikirkan biar aku tenang. Tapi ... ini cuma pengandaian enggak penting, andai aku kembali dan bertemu dengannya, aku akan tetap menyampaikannya."
"Beres, deh!" seruku girang. "Sudahlah, Ivy, jangan terbebani bayang-bayang masa lalu melulu. Ayo kita move on menuju masa depan gemilang."
"Sendirinya?"
Menusuk.
"Baiklah. Gara-gara bayangan dari bunga ini, aku jadi kepikiran lagi." Ivy menghirup Bunga Kenangan yang ia bawa, tampak menikmati aromanya. "Ayo balik."
"Tunggu ...."
Bulu kudukku meremang. Suara siapa itu? Ivy pun menoleh, bahkan Terra berjingkat.
"Itu ... bunga apa? Terlihat ... indah ...."
Sayonara memories.
Beberapa orang ada yang tak mau melepas masa lalu dan berusaha mengejarnya, bagaimanapun caranya. Meski masa yang sudah lalu itu hanyalah ilusi. Meski semua itu tak akan kembali. Tetap saja, ada bayang-bayang yang menghantui dan memaksa mereka untuk kembali.
Meski harus melawan takdir dan hukum alam.
Selamat tinggal, kenangan.
Aku memang sudah bertekad, sudah merasa amat ringan, meski kadang keinginan untuk kembali seperti dulu masih ada. Namun, tentunya, tidak semua orang bisa melakukannya begitu saja.
"Bunga itu ... menampilkan masa lalu, bukan?
Bruk.
Sesosok anak perempuan ambruk begitu saja, setelah muncul tiba-tiba dari dalam hutan.
****
****Day 19 - done
Ngga tau ah, saya jarang nyetel MV ternyata.
Sayonara Memories - supercell
Videonya kuartikan sebagai bayangan masa lalu yang menuntut si tokohnya untuk menyampaikan apa yang belum ia sampaikan pada seseorang sebelum mereka berpisah. Videonya, ya. Saya kan nonton itu tanpa konteks.
Jkt, 19/2/22
zzztare
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped in Hayalan (Again)
Random[Dalam rangka Daily Writing Challenge NPC] *Mungkin mengandung spoiler dari semua cerita Tare* Untuk memenuhi tuntutan tema, Tare bermain ke Hayalan, dunia imajiner buatannya. Niat hanya bertandang sebentar, ternyata ia harus melalui misi untuk bisa...