Day 10

21 6 0
                                    

Tema: [ Buat tulisan dengan tema "10 Hal yang Membuatku Bahagia" ]

Judul: Sepuluh Hal yang Membuatku Bahagia

Genre: SoL

Bentar tema kemarin saya ngetik apa ya?

****

****

****

Konyol. Aku malah kena sembur "petuah" Clara ... kalau itu bisa disebut petuah.

Sepertinya, sudah terlalu lama aku di sini. Nanti saja aku ke istana, bersama yang lain.

"Tare!"

Ya ampun, aku dicari ternyata.

"Ke mana aja sih? Udah sore!" Deha mengguncangku. "Kita bermalam di sini dulu, blesekan di ruang tengah! Azh udah angkat-angkat kasur!"

"Haha, kamu juga manggil dia Azh?" Aku nyengir.

"Biar ringkas, kalau Ri nanti yang nengok RI."

Deha mengkeret karena RI memelototinya.

Kami menuju ke rumah. Kentara sekali semua sudah menunggu. Kakak menunjukkan sepotong puding yang sengaja disisakan untukku.

Ah, ditunggu seperti ini ... membuatku bahagia.

Satu.

"Nanti malam jangan langsung tidur," ucap Rehan, entah muncul dari mana ia. "Mau bikin bakar-bakaran dulu."

"Bakar rumah?" tanya Tora sok bodoh.

"Barbeku!" Rehan menjitak Tora.

"Nanti beneran makan daging lagi?" Alba tampak berbinar. "Ven harus ke sini. Kapan-kapan, dia akan kutarik masuk ke alat itu."

Aku tersenyum tipis sambil menghela napas. Andai kamu tahu, Alba, kamu akan lupa semua yang terjadi di sini begitu kembali, seolah ini hanya mimpi.

"Benar, ajak aja dia, jangan mau didorong. Balas tarik tangannya," dukung Tora. Ia malah terlihat antusias. Apa ini karena pengalaman patah hatinya?

Ah, tapi, melihat Alba yang mulanya tampak putus asa dan tertekan kini tersenyum lebar, aku turut bahagia.

Dua.

Aku tidak ingin memutus kebahagiaan siapa-siapa, jadi aku memilih bungkam soal temuanku tadi. Malam itu, semuanya berkumpul di halaman, makan malam secara luar biasa.

"Ssst, Tare."

"Kamu manggil aku?" tanyaku pada anak yang muncul tiba-tiba di sampingku.

Rehan mengangguk. "Ada yang aneh."

"Aneh?" Aku langsung bereaksi.

"Temenin ke danau, dong."

"Kenapa enggak minta temenin kakakmu?"

Rehan manyun. "Kalau enggak mau, bilang aja." Ia berlalu.

"Eeeh, ikut!"

Aku pergi, sudah pasti RI mengikuti. Ia benar-benar tak terpisahkan dariku. Kami melangkah melintasi rerumputan, pepohonan, sampai di tepi danau.

Ada seseorang di sana.

"Siapa itu?" seru Rehan.

"Ah?"

Mata bundar berkilauan itu mengejutkan Rehan. Ia berjengit sampai menabrakku.

"Apa kamu tahu dia?" tanyaku.

Rehan menggeleng.

Yah, linimasa memang sudah berantakan.

"Halo, aku Shie." Shie tiba-tiba sudah di hadapan kami. "Aku enggak tahu kenapa aku kemari, kayak ada yang memanggilku. Aku tahu kalian membuat pesta dan aku enggak niat mengganggu, jadi aku di sini aja."

Trapped in Hayalan (Again)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang