Tema hari ini pakai generator.
Kata: Date (Tanggal)
Genre: Personal Narrative (Narasi Pengalaman Pribadi) aka curhat
****
Ada segelintir tanggal yang tidak kulupakan, meski seiring bertambahnya rentang waktu antara sekarang dan masa itu membuat kronologi yang tersusun di kepalaku kian acak.
Aku masih kelas 8 saat itu. Dua bulan yang paling kuingat: Oktober dan Maret. Ada banyak yang terjadi, tetapi aku akan memerinci pada satu orang temanku.
Saat itu, Oktober 2013, hidup tenangku selama SMP ambyar dan aku jadi barbar. Aku kenal dan dikenal satu sekolah (yang memang kecil) dan hobi main tangan, juga kejar-kejaran sampai tarik-tarikan dengan anak laki-laki. Ya, saat itu, aku lebih senang bermain dengan anak laki-laki dibanding perempuan. Masalahnya, perempuan itu menye-menye, sedikit-sedikit curhat soal cowok, sangat tidak aku.
Ada satu anak yang sering ribut denganku. Ralat, ada banyak sebenarnya, tapi ia yang jadi fokusku saat ini. Anak yang biasa saja, tetapi suatu hari, demi mengetahui aku membawa sebungkus kukis, ia berseru dari depan kelas, "Lu 'kan teman sejati gue. Iya, 'kan?"
Mungkin, ucapannya hanya untuk menjilat supaya dapat jatah kukis. Namun, aku menganggapnya nyata. Sejak itu, teman sejati punya makna tersendiri bagiku.
Kami masih akrab, seperti biasa. Tak ada yang berubah. Sampai berbulan-bulan, kami tetap sama.
Namun, ada sesuatu terjadi pada Maret 2014. Banyak yang terjadi di pekan UTS saat itu. Soal dia, teman sejatiku, salah satunya.
Ruang ujian kami terpisah. Aku di lantai dua, dia di lantai bawah, kelas kami. Tiap istirahat, aku langsung memelesat ke bawah. Salah satu alasannya, demi menemuinya.
Ia masih sama. Masih suka menginjak sepatuku. Masih suka menyorakiku, menantang adu kekuatan tarik-tarikan penggaris kelas.
Kutekankan lagi, bukan hanya ia yang begitu. Banyak yang suka saling iseng seperti itu. Namun, klaimnya soal teman sejati dan kejadian berbulan-bulan setelahnya membuat ia sedikit lebih istimewa.
Hari itu, petugas TU mencarinya. Karena tidak ketemu, beliau menitipkan pesan padaku.
"Tolong sampaikan ke dia, disuruh pulang naik kereta, turun di stasiun Depok Baru."
Aku mengiakan. Namun, aku juga tidak menemukannya. Saat mau pulang, barulah aku melihatnya di kejauhan, sedang bersama teman laki-lakinya yang biasa. Aku malas menyeruak di antara mereka, jadi aku lalui begitu saja sambil berpikir, ah, paling dia sudah tahu!
Tidak, harusnya aku tidak begitu.
Besoknya, aku mencegatnya. Bukannya minta maaf karena tidak menyampaikan, aku malah meledeknya. "Cie, yang kemarin pulang naik kereta!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped in Hayalan (Again)
Rastgele[Dalam rangka Daily Writing Challenge NPC] *Mungkin mengandung spoiler dari semua cerita Tare* Untuk memenuhi tuntutan tema, Tare bermain ke Hayalan, dunia imajiner buatannya. Niat hanya bertandang sebentar, ternyata ia harus melalui misi untuk bisa...