Day 20

25 3 0
                                    

Tema:
[ Buka https://blog.reedsy.com/book-title-generator/ dan klik All. Klik "I'm just starting to write!". Lalu, klik generate title satu kali. Buat cerita dengan judul yang didapat ]

 Buat cerita dengan judul yang didapat ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Judul: The Haunted Curtain

Genre: Horor (kalo bisa), fantasi

Babnya panjang sih, bukan gara-gara temanya, tapi emang saya mau cepetin alurnya h3h3, maaf kalau malah ga terlalu nyambung sama judul /plak

****
****
****

Sudah pagi.

Aku merenung lama di atas Terra yang sudah kembali ke wujud aslinya. Anak perempuan semalam tertidur tak jauh dariku. Ia menggenggam Bunga Kenangan yang diberikan Deha.

Sama seperti Alba, kemunculannya tiba-tiba. Meski sebenarnya, kehadiran Alba lebih membuat jantung berpacu. Ia jatuh begitu saja dari langit!

"Dia masih tidur?" tanya Deha. "Mungkin, kita sekalian bergerak aja. Jangan kelamaan di sini, keburu waktu habis."

Aku mengangguk saja, meski tak paham benar waktu apa yang dibahas Deha.

"Terra, apa kamu bisa?"

Aku yang menoleh, heran.

"Kita akan menjelajah," ucap Deha. "Aku merasa, energi Terra sudah cukup terisi. Jadi ... ya, seperti waktu itu. Melompati dunia dan dimensi, sekaligus menciptakan portal, biar kalau memungkinkan, kapan-kapan bisa ke sana lagi tanpa harus repot."

"Sana itu ke mana?" tanyaku langsung.

"Ke masa depan."

Aku menelan ludah.

****

"Dia belum bangun?" tanya Alba. Ia tampak cemas sejak tadi. Mungkin karena menemukan rekan seumuran.

Aku menggeleng. Anak perempuan ini tiba-tiba kehilangan kesadaran begitu menyentuh bunga, belum bangun sampai sekarang.

"Kenapa?" tanya Alba. "Kenapa dia melakukan itu?"

"Siapa melakukan apa?" tanyaku.

"Kenapa Ven mencariku?"

Aku membelalak. Pakai ditanya? Ven jelas kangen kamu!

"Tapi, kamu yakin? Dia belum memberikan identitasnya sejak ketemu semalam," sahut Ivy.

Alba tampak amat muram. Ia tak menjawab lagi.

"Jadi, mau ke mana?" sela Rehan.

"Ke masa depan," sahut Deha lirih. "Bersiap akan turbulensi, semuanya."

Begitu saja, sulur bunga raksasa bergerak melilit sekaligus menaungi. Langit yang mulanya cerah kini penuh kilatan cahaya, juga suara desingan entah apa.

Trapped in Hayalan (Again)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang