Buka website https://www.history.com/this-day-in-history
Pilih tanggal ulang tahun kalian, lalu buat cerita berdasarkan kejadian bersejarah pada hari itu.
Genre: SoL
Karena ku ga mau bawa-bawa politik.****
Tuduhan memang tidak pernah mengenakkan. Apalagi yang tidak berdasar.
Entah sejak kapan, Radit hobi membuka-buka buku ataupun website sejarah, baik lokal maupun dunia. Katanya, hendak membandingkan.
Membandingkan apa, pula?
"Kalau jadi orang nomor satu, enggak enaknya itu, apa-apa disorot," ujar Radit. "Bukan cuma yang dilakukan, bahkan hal yang enggak diperbuat pun juga diada-adakan."
"Kamu ngomongin apa?" tanyaku, memang tidak paham.
"Entah."
"Yeh!"
"Gini, ya. Aku sudah keluar dari aneka peran aktivis di kampus, meski teman-temanku, atau bahkan mereka yang enggak kukenal sampai menarikku buat daftar, mulai ketua LD kampus sampai ketua BEM." Radit bersedekap, tampak gusar. "Udah dibilang enggak, ya enggak!"
"Kenapa? Trauma?" kejarku.
Radit menatapku malas. "Om Ray--Ayah, maksudnya, jauh lebih mengerikan."
"Oh, maksudnya kamu memilih tanggung jawab di depan Ra--"
"Kok kamu jadi tulalit?!" Radit meninju meja.
Aku menggeleng, lalu menyambar tablet yang sejak tadi ia buka. Sebuah artikel terpampang di sana. Kejadian bersejarah pada tanggal 27 Juli ....
"Ngapain kamu milih tanggal ini buat cari berita sejarah?!" semburku.
"Kenapa? Enggak papa." Radit nyengir sambil mengangkat bahu.
"Lalu, gara-gara beritanya begini, kamu jadi kepikiran?" tanyaku.
"Mungkin. Ini tentang dakwaan yang dituduhkan ke Presiden Amerika ke-37, Richard M. Nixon. Beliau dituduh dan hendak dikudeta, tapi ujung-ujungnya memilih pensiun dini. Ya, skandalnya memang banyak, dan buktinya sudah sampai diberitakan."
"Kenapa kamu jadi kepikiran?"
".... Ini beda kasus, jelas. Cuma, aku ingat apa yang terjadi selama aku kuliah. Aku enggak bakal jadi presiden negara, no way. Jadi ketua organisasi aja enggak pernah. Tapi, aku yang kena fitnah, aku yang harus tanggung jawab ...."
"Kamu enggak harus tanggung jawab," potongku.
"Ya, tapi, tetap saja, aku yang kena tuduhan." Radit menunduk. "Makanya, aku enggak mau megang jabatan di organisasi lagi."
"Banyak yang menarikmu jadi cakabem, bahkan sampai ada yang bikin petisi." Aku menyeringai.
"Mereka enggak paham kehidupanku. Meski hampir semua orang, sampai dosen, kenal dan mendukungku setelah kejadian itu, tetap ada yang nyinyir. Ah, bukan itu yang kupedulikan. Tapi tanggung jawabku."
"Kamu pensiun dini dari organisasi secara tahu diri, seperti Mr. Nixon," ujarku membuat kesimpulan asal.
Radit tertawa kecil. "Tahu diri, huh? Aku sudah kena marah seorang single father luar biasa dari seorang perempuan yang kucintai."
"Apa katanya?"
" 'Kamu kuizinkan menikahi anakku untuk bertanggung jawab atasnya, bukan malah jadi aktivis dan cari masalah!' "
Semua tahu. Bahkan, Ray yang sampai marah-marah begitu juga paham. Radit tidak salah, ia tidak mencari masalah. Semua akar masalah kembali ke masa silam, puluhan tahun lalu, ketika generasi awal Keluarga Kekanakan masih sungguhan anak-anak. Radit, pendatang itu, hanya kecipratan. Menjadi tameng, kawan sejati, janji, dan pelindung Lia sejak masih SMP membuatnya tidak bisa lepas dari perempuan itu. Terdengar aneh dan pasti ditentang banyak orang, tetapi Radit, sejak belum lulus S1, sudah memiliki tanggung jawab besar.
Ia sudah punya keluarga.
"Untungnya, aku sudah tidak menjabat apa-apa waktu itu, jadi aku enggak perlu mundur meski itu secara terhormat." Radit masih tertawa. "Sudah, ah. Masih ada urusan lain."
"Kamu enggak mau menjelajah waktu?"
"Menjelajah ... apa?"
"Waktu. Aku berhasil mengumpulkan keluarga Lia secara lengkap, meski datang dari dimensi berbeda-beda," ujarku bangga.
"Wah, kamu benar-benar mengacaukan alur kehidupan, ya."
"Mohon maaf!" Aku membungkuk dalam. "Ngomong-ngomong, sebentar lagi mereka akan konser. Kamu enggak mau nonton?"
"Ya ... mau, lah!"
Aku menjulurkan tangan. "Ayo ikut, jadi saksi sebuah mimpi yang jadi nyata."
(Bersambung)
****
Karena di Rumah Kota tidak ada Radit sekeluarga, aku mencoba mendatangi Radit di suatu hari pada tahun 2022 untuk mengundangnya menonton konser. Ternyata, ia lagi belajar sejarah sambil membandingkan dengan kejadian yang menimpanya semasa kuliah.
Hm ... kejadian apa?
Ada di Our Fate, tapi belum terbit. Tbh, belum (lengkap) ditulis hiks. Kapan ya bisa nulis cerita itu?
Btw, maaf kalau temanya rada maksa buat nyambung. Sing penting ... ceritanya tetap bersambung!
Sukabumi, 18/2/21
AL. TARE
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped in Hayalan (Again)
Random[Dalam rangka Daily Writing Challenge NPC] *Mungkin mengandung spoiler dari semua cerita Tare* Untuk memenuhi tuntutan tema, Tare bermain ke Hayalan, dunia imajiner buatannya. Niat hanya bertandang sebentar, ternyata ia harus melalui misi untuk bisa...