34. Ini Semua Karna Nasi Goreng
Setelah mengambil cuti selama 2 hari karena acara tunangan itu, kini Zefa sudah kembali bekerja dan bersiap untuk mengobati para pasien yang kapanpun akan membutuhkan dirinya sebagai sosok yang sekuat mungkin akan menyembuhkan mereka.
Dengan segelas kopi ditangannya dan sebuah paperbag, Zefa dengan santai berjalan dikoridor rumah sakit lalu sesekali menyeruput kopi tersebut hingga di setiap menit hampir satu persatu sahabatnya nongol lalu berjalan bersampingan dengan Zefa.
"Cerah banget tuh muka yang habis lamaran." goda Jarren.
Rai mencibir. "Iri bilang boss."
Zefa tertawa melihat kelakuan sahabatnya yang tiada hari tanpa saling meledek bahkan sampai berujung pertengkaran dan adu mulut. Padahal mereka dokter namun tidak ada malu-malunya bertengkar sekalipun dihadapan pasien, perawat bahkan mungkin kepala rumah sakit yang tak lain adalah sahabat mereka sendiri yaitu Raihan.
"Woi Ra, ruangan lo tuh dilantai dua. Kenapa ngikutin kita sampai lantai 4 heh!" kata Jarren.
Rai malah memukul lengan Darren hingga meringis kesakitan. "Gara-gara lo nih ngajak gue kelahi. Jadi harus kelewatankan ruangan gue. Dahlah gue balik byee."
"Ada-ada aja tuh si krunyil, kok gue yang disalahin." ucap Darren lalu setelah itu kembali berjalan bersama sahabat-sahabatnya.
Masing-masing dari mereka mulai menghilang karena telah masuk keruangan masing-masing hingga yang tersisa adalah Zefa yang harus berputar karena ia tidak jadi masuk keruangannya melainkan memilih untuk menghampiri ruang rawat kakek Adam sedangkan Raihan harus menempuh satu lantai lagi karena lantainya berada paling atas.
"Selamat pagi kakek," sapa Zefa.
Kakek Adam tersenyum lebar. "Pagi juga cucu baru kakek," jawab kakek Adam.
"Pagi banget kamu kesini?" tanya Yeza yang ternyata sedang menjaga kakek.
Zefa tersenyum. "Ini ada titipan bekal dari ibu, katanya biar kakek makin kuat dan cepat sembuh."
Kakek Adam pun langsung menerima pemberian dari Anya tersebut dan langsung membukanya karena penasaran. Ternyata, isi kotak bekal itu adalah sebuah nasi dengan lauk yaitu ayam kalasan serta sayur bening yang menjadi sebutan untuk sayur bayam.
"Wih sedap nih, gak kayak makanan rumah sakit yang hambar. Bilang ke ibu mu terima kasih ya." kata kakek Adam.
Zefa mengangguk. "Yaudah kalo gitu Zefa pamit dulu ya."
"Lah mau kemana?" tanya Zefa.
"Zefa itu dokter, ingat." kata kakek Adam.
"Oh iya yah, lupa."
Zefa menggeleng-geleng lalu tertawa kecil. "Zefa permisi dulu. Dah kakek." kata Zefa lalu benar-benar keluar dari ruang rawat kakek Adam dan menuju ke ruangannya.
Saat Zefa berjalan, suara ponselnya tiba-tiba saja berbunyi karena ada panggilan masuk yang ternyata adalah panggilan dari ibu.
"Kenapa bu?"
"Apa!" Zefa langsung berlari turun kebawah dan ternyata hal itu dilihat oleh Yeza dan membuat Yeza kebingungan karena melihat Zefa berlari terburu-buru setelah menerima telfon.
***
"Gimana keadaan teman saya dok?" tanya Zefa yang saat ini berada diunit gawat darurat bersama ibu dan juga Ayesha beserta Yeza.
"Pasien mengalami pendarahan yang cukup parah dibagian lengannya karena tertusuk oleh besi dari bangunan tersebut hingga dapat membuat tangannya tidak berfungsi dengan baik. Dan yang bisa dilakukan adalah operasi untuk mengangkat sisa pecahan kaca pada besi yang masuk kedalam dan mengurangi kelainan fungsi dari tangan." jelas sang dokter.
"Siapa dokter yang akan melaksanakan operasi itu?" tanya Zefa.
"Dokter Darren," jawab Dokter itu.
"Baik, silahkan dilaksanakan operasi tersebut." ucap Zefa.
Zefa berjalan mendekat kearah ibu dan Ayesha yang sedang duduk disebuah kursi yang memang disediakan untuk para wali pasien. "Bu, coba jelasin ke aku, kenapa Alaska bisa sampai kayak gitu?" tanya Zefa.
"Tadi setelah kamu dan Alaska berangkat kerja. Ibu lanjut beresin rumah mu dan Ayesha juga sudah turun sekolah. Tiba-tiba ponsel ibu berbunyi dan ternyata itu adalah panggilan masuk dari rumah sakit ini. Mereka bilang kalo Alaska mengalami kecelakaan kerja saat dia sedang mengunjungi proyek bangunan yang ada di kilo nol. Ibu kaget makanya ibu langsung telfon kamu." jelas ibu.
"Itu bukan karena aku kan bu? Alaska kan gak sarapan gara-gara aku. Terus jangan bilang dia putus asa karena aku?" kata Zefa.
Ibu menggeleng. "Ngawur aja kamu terus, Fa. Awas tuh nanti tunangan mu dengar terus dia malah cemburu."
"Lah si ibu, ngapain coba Yeza harus cemburu, ya kan Za?" kata terus melempar kata tanya kepada Yeza yang sedang berjalan ke arah mereka.
Dan Yeza dengan polosnya pun mengangguk tanpa tau alasannya.
***
Setalah hampir lima jam menunggu operasi berlangsung dan membuat ibu serta Ayesha mulai mengantuk, akhirnya operasi pun berakhir dan Zefa kini sedang berhadapan dengan Darren untuk mengetahui informasi keadaan dari Alaska.
"Gimana, Der?" tanya Zefa.
Darren memasang wajah sedih dan masam sehingga membuat Zefa mendadak lemas. "Sorry Za," ucap lirih Darren membuat Zefa semakin lemas dan tangisan akhirnya lolos dan jatuh."Sorry lama maksdunya hehe, Alaska baik-baik aja kok." lanjut Darren.
Zefa greget hingga langsung membogem perut Darren dengan sangat kuat."Bercanda lo gak lucu tau gak hah!" bentak Zefa.
"Ampun Za, gue gak bercanda woi kan gue belum selesai ngomong eh lo udah mikir yang enggak-enggak aja sih." balas Darren.
Yeza, ibu dan Ayesha yang berada di gendongan Yeza langsung mendekat kearah Zefa dan Darren.
"Alaska baik-baik aja dan sebentar lagi juga sadar. Dan untungnya kita segera mengeluarkan pecahan itu sehingga tidak menyebabkan tangan Alaska kenapa-kenapa." jelas Darren. "Kalo gitu saya permisi dulu."
"Alhamdulillah ya allah," ucap syukur ibu.
"Kita tunggu Alaska dipindahkan keruang rawat yah bu, baru habis itu kita temuin dia. Sekarang ibu makan dulu dan ajak Ayesha makan, biar Yeza temenin ya soalnya aku mau ngurus administrasi dulu."
Yeza mengangguk begitu juga dengan ibu.
"Yaudah yuk bu, Yeza temanin ke kantin."
Setelah itu Zefa masuk kedalam ruang operasi dan menuntun tubuh Alaska yang terbaring menuju kekamar rawat inap. Selama perjalanan dikoridor menuju ruang rawat, Zefa tak henti-hentinya memandang wajah Alaska yang masih belum sadarkan diri karena pengaruh obat bius.
"Makasih sus," kata Zefa.
"Sama-sama, dok." jawab sang suster lalu meninggalkan Zefa bersama Alaska.
"Lo percuma pintar Ska, kalo ketika lo kehilangan akal lo malah bikin diri lo sendiri dalam keadaan bahaya kayak gini. Gue gak akan pernah bisa tenang kalo suatu saat lo kayak gini lagi karna gue." lirih Zefa.
"Lo sih tadi pagi gak bilang kalo nasi goreng itu punya lo, yah gue makan lah. Kalo tau gini ceritanya gue nyesel tau gak. Kek pengen gue muntahin lagi nih nasi goreng diperut biar gue gak merasa bersalah." lanjut Zefa
"Gara-gara kamu?" tanya Yeza yang tiba-tiba nongol.
***
Jangan lupa vote, komen dan follow ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOFZEZA JOURNEY [END]
Ficción General[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] *BELUM DI REVISI DAN TYPO MASIH BERTEBARAN DI SETIAP CHAPTER JADI MOHON DI TANDAI BILA BERTEMU. Ini tentang perjuangan Yeza Gardana, most wanted di severus high school yang berusaha meluluhkan hati si jutek, Zefa Adelifian y...