3. Pembalut Bertabur Rasa
Zefa tiba dirumah dengan rasa lelah. Setelah masuk kedalam rumah, ia langsung naik ke kamarnya untuk segera membersihkan tubuh yang sudah sangat lengket akibat keringat.
Padahal jam baru menunjukan pukul setengah dua belas siang tetapi rasanya hawa saat ini beh sangat panas apalagi dari pagi ia harus bolak-balik berbaris di tengah lapangan.
"Anjir gue lupa beli stok pembalut!" umpat Zefa setelah keluar dari kamar mandi.
Setelah mengeringkan rambut, Zefa berlari turun kebawah untuk pergi ke minimarket yang berada di depan komplek. Namun Zefa lupa, ia tak bawa uang alhasil ia harus kembali ke kamarnya untuk mengambil uang tersebut dan habis itu ia pun segera pergi.
"Mau kemana neng Epa?" sapa satpam komplek.
Zefa tersenyum ramah. "Mau pergi ke minimarket depan pak Yud," ucapnya.
Pak Yud pun mengangguk. "Owalah hati-hati neng!" kata Pak Yud dan diangguki oleh Zefa.
Zefa kembali melanjutkan langkahnya agar segera tiba di minimarket hingga ketika sampai, langsung saja Zefa menghampiri rak dimana pembalut itu terletak dengan tenang.
Tetapi ketika sedang asik memilih pembalut, mata Zefa menangkap tubuh seseorang yang tak asing di matanya tetapi karena orang itu mengenakan masker dan kepalanya tertutupi oleh topi hoodie alhasil susah di ketahui.
Zefa melihat bahwa orang itu seperti sedang kebingungan memilih pembalut. Karena rasa penasaran yang Zefa miliki sudah seperti air mendidih mau tumpah, Zefa pun datang mendekat dan menyapa orang itu. "Ada yang bisa saya ban—" Belum sempat Zefa berbicara, tangan orang itu lebih dulu membekap mulut Zefa.
Zefa mencoba melepaskan tangan itu hingga sang empuh tangan membuka masker yang menutupi mulutnya. "Shutt ini gue," kata orang itu.
Zefa kaget bukan main, kagetnya melebihi ketika ia melihat pocong bencong di lapangan komplek. "Heh ngapain lo cowo beli pembalut hah, waria lo ya?" tuduh Zefa.
"Wah tuh mulut pengen gue ulek aja rasanya!" balas orang itu yang ternyata adalah Yeza.
Zefa berdecak. "Ya terus lo ngapain disini?" tanya Zefa.
Tiba-tiba Yeza memasang wajah memelas. "Bantuin gue ya? bantuin gue milih pembalut buat kakak gue terus ntar gabung sama punya lo, gue malu bayarnya ke kasir," katanya.
"Dih ogah!" ketus Zefa.
"Ayolah bantuin gue pleasee," kata Yeza dengan nada memelas dan menyatukan kedua telapak tangannya kepada Zefa.
Zefa berfikir sejenak. "Oke gue tolong tapi harus ada imbalannya!" kata Zefa.
"Apa?" tanya Yeza penasaran.
Zefa tersenyum licik. "Nanti gue kasih tau kalo gue udah butuh, deal?"
"Deal!" seru Yeza dengan semangat.
"Kakak lo umur nya berapa?" tanya Zefa.
Yeza tak langsung menjawab dan wajah nya tampak berfikir terlebih dahulu. "21."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOFZEZA JOURNEY [END]
Ficção Geral[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] *BELUM DI REVISI DAN TYPO MASIH BERTEBARAN DI SETIAP CHAPTER JADI MOHON DI TANDAI BILA BERTEMU. Ini tentang perjuangan Yeza Gardana, most wanted di severus high school yang berusaha meluluhkan hati si jutek, Zefa Adelifian y...