44. Tanpa Zefa

247 32 5
                                    







44. Tanpa Zefa




Setelah ditinggal untuk selamanya oleh sang kekasih, kini hidup Yeza semakin berantakan bahkan sudah tak lagi layak untuk disebut sebagai kehidupan normal seorang manusia. Berhenti dari pekerjaan sebagai dosen, bolak-balik club, mabuk-mabukkan bahkan hampir memakai narkoba, semua itu membuat orang-orang disekitar merasa Yeza sudah bukan lagi Yeza yang dulu.

Berbeda dari Yeza, para sahabat-sahabat Zefa malah sudah mulai kembali menjalani kehidupan seperti biasa walau tanpa kehadiran Zefa disisi mereka, seperti Alna dan Jarren yang sudah mulai memiliki status sebagai sepasang kekasih, lalu Rainike yang juga sudah mendapat kepastian dari mas kesayangannya lalu Darren yang sudah tobat menjadi playboy dan yang terakhir Raihan, yang sudah tidak lagi terpaku pada pekerjaan dan mulai mencari pasangan yah walau belum ketemu sampai sekarang.


Mereka merasa kasihan terhadap Yeza, namun sudah hampir 4 bulan dari hari kematian Zefa, mereka belum juga menemukan cara untuk membuat Yeza kembali memulai kehidupannya dengan lebih baik.

Hingga sekarang, Alna, Jarren, Darren, Rainike dan Raihan sedang berkumpul disebuah cafe yang terletak didepan rumah sakit tempat Zefa dulu bekerja di Jogja.

Alna memang khusus datang ke Jogja untuk membahas masalah Yeza kepada sahabat Zefa yang lain, karena tidak mungkin mereka yang mendatangi Alna ke Jakarta.

Ditambah lagi mereka adalah seorang dokter dan tidak bisa dipungkiri bahwa mereka pasti sangat sibuk.




"Gue nge-gep dia hampir makai barang itu, untung gue cepet telfon papanya biar dia gak nerusin." kata Alna menatap serius kearah 4 orang yang kini duduk didekatnya.

Rainike menggeleng-geleng kepala. "Heran gue sama tuh anak, dosen tapi buntu banget otaknya."



"Bawa ajalah dia ke psikolog atau apa, biar otaknya mulus lagi kek waktu masih pacaran sama Zefa, ntar malah berdampak ke orang-orang disekitarnya. Zefa juga pasti disana ngeliatnya sedih," kata Darren.

Mereka mengangguk. "Mau gue getok tuh kepalanya kalo ketemu biar waras lagi!" tukas Jarren.

"Makanya gue kesini datang buat bahas persoalan Yeza ke kalian. Sebagai sahabat Zefa, gue gak tega ngeliat Yeza terus-terusan kayak gini dan dia selalu bilang kalo dia penyebab meninggalnya Zefa. Gue bingung harus apa dan harus ngelakuin kayak gimana." kata Alna dengan wajah sedih.

"Kita suruh aja dia tinggal sama kakeknya disini, gue yakin dia bakalan seratus persen balik ke jalan yang benar karena kalian taulah kan dia kayak gimana kalo lagi sama kakeknya." usul Rainike.

Raihan menggeleng. "Kasian kakeknya kalo tau cucu kesayangannya udah jadi orang kurang waras,"

"Bener juga tuh, tapi mau gimana lagi. Kita udah gak ada cara lain dan sebelum si Yeza makin parah lebih baik kita lakuin cara itu, ntar gue bujuk kakek Adam buat bicara ke Yeza dan juga alasannya." balas Rainike dan mereka mengangguk.

"Oh ya, gue mau nanya kabar tante Anya kayak gimana sekarang? gue udah lama gak liat kondisi tante Anya disana, dia baik-baik ajakan?" tanya Darren.

Alna mengangguk. "Tante Anya baik-baik aja cuma kadang kalo gue lagi nginep disitu buat nemenin Ayesha, tante Anya kayak suka ngerasa pusing. Mungkin karena terlalu dipaksain kerja dan ngurus perusahaannya di Jakarta." jawab Alna.



"Lo udah bawa tante Anya ke rumah sakit buat check-up?" tanya Raihan.



"Haritu gue udah bujuk buat temenin ke rumah sakit cuma tante nolak karna katanya biar dia pergi sama ajudannya aja dan juga dia takut ngerepotin gue, apalagi dia bilang gue pasti capek habis kerja bantu dia buat jagain Ayesha selama Alaska sering kerja diluar kota." ujar Alna.
Mereka mengangguk.




LOFZEZA JOURNEY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang