45. Wanita Itu dan Kopi

221 32 5
                                    








45. Wanita Itu dan Kopi











"Kalian?" suara Yeza tiba-tiba terdengar ditelinga mereka.

Kaget, tentu saja mereka semua kaget saat mengetahui bahwa Yeza dengan begitu cepatnya sampai di Jogja, ditambah lagi mereka sedang dalam suasan tertawa gembira karena berfikir bahwa rencana mereka berjalan lancar namun bodohnya malah ketahuan dan tertangkap basah.

"Jadi ini semua rencana kalian? maksud lo semua bohongin gue apa hah? malah bawa-bawa kondisi kesehatan kakek Adam lagi, kalian pikir ini main-main? anjing lo semua!" kata Yeza dengan sebuah umpatan diakhir kata.


Tak ada satupun kata yang terlontarkan dibibir kelima orang itu untuk membalas perkataan Yeza namun hal itu malah dibalas oleh kakek Adam yang benar-benar pingsan saat melihat keadaan cucunya sekarang yang terlihat sangat berantakan.


Bagaimana tidak, celana robek-robek bersama kemeja kusam, badan yang bau alkhohol, wajah pucat seperti pecandu narkoba bahkan rambut yang mulai memanjang dan sangat-sangat berantakan.

"Kakek!" pekik mereka semua kaget.
Dan dengan sigap membawa kakek Adam ke rumah sakit bahkan Yeza juga merasakan kepanikan melebihi apapun untuk saat ini.

Sesampainya dirumah sakit, kakek Adam segera diperiksa oleh dokter jaga dan terpaksa mereka harus menunggu diluar ruangan.

"Mau kemana lo?" tanya Darren kepada Yeza yang berjalan menjauh dari pintu ruang igd.

"Bukan urusan lo!" balas Yeza.
Yeza pun mulai menjauh dan menghilang dari jangkauan pandangan kelima orang itu.


Ternyata, Yeza memilih untuk duduk dikursi taman rumah sakit. Mencoba menenangkan dirinya yang semakin amburadul dan menghilangkan rasa kekecewaanya saat mengetahui bahwa sepengecut ini dirinya sekarang.

Suasana sedang sepi padahal ini masih siang, harusnya orang-orang bakalan berkeliaran untuk mencari makan siang selagi jam istirahat namun nihil. Ditaman itu sekarang hanya ada Yeza yang sedang menarik-narik rambutnya dengan tangisan yang tertahan.


"Nih buat mu," kata seorang wanita yang muncul ntah dari mana lalu langsung menyodorkan segelas kopi kepada Yeza.

Yeza kaget menatap wajah wanita itu karena tiba-tiba sudah berada dihadapannya. "Anda siapa?"


"Kenalin, saya Rere lebih tepatnya Anare. Saya dokter baru disini dan baru seminggu lebih ditugaskan dirumah sakit ini karena dipindah tugaskan secara paksa oleh rumah sakit tempat saya bekerja sebelumnya, kalo anda?" ucap wanita itu dan memang benar ia seorang dokter karena dengan jelas Yeza dapat melihat jas dokter yang wanita itu kenakan.

Yeza tak berniat membalas ucapan wanita itu namun wanita itu malah langsung duduk tanpa izin disebelah Yeza bahkan Yeza dibuat kaget oleh tindakan bar-bar gadis itu.

"Ini kopinya diambil, saya capek loh ya megang dua gelas kayak gini." kata Anare.

Karena dengan perasaan terpaksa, Yeza mengambil sodoran kopi itu lalu memegangnya ditangan namun untuk menghindari hal yang tidak di inginkan, Yeza belum mau meminum kopi tersebut.


Sadar akan tatapan wajah Yeza terhadap gelas kopi itu, membuat Anare langsung tertawa terbahak-bahak bahkan bisa di bilang ia sedang ngakak. Suasana yang tadinya sepi malah menjadi ramai akibat gelak tawa Anare yang sangat membahana.

"Anda kenapa?" tanya Yeza.

Tawa Anare terhenti lalu menatap kepada Yeza. "Saya tau kamu sedang berfikir apakah didalam kopi itu ada racun atau tidak kan? tidak mungkin saya taruh racun, kalopun ada gak mungkin bekerja secara cepat wong kamu seorang pecandu alkhohol." kata Anare.

Yeza mengedipkan matanya tak percaya. "Darimana anda tau jika saya sering minum alkhohol?"


"Yah taulah, tuh baju mu bau menyengat sekali alkohol dan dapat saya ketahui bahwa sebelum kesini, anda baru bangun sehabis pengar, ya kan?"

Yeza mengangguk kecil karena merasa malu.


"Makanya saya kasih kamu kopi rendah kafein biar pengar mu hilang. Karena dari awal kamu masuk ke rumah sakit ini sembari membawa seorang kakek, saya yakin kepala mu pasti masih terasa sedikit pusing. Lalu entah darimana saat saya melihat mu lagi dan sedang berjalan keluar, malah terlintas niat untuk membelikan mu segelas kopi." lanjut Anare.

Setelah mendengar penjelasan dari sosok wanita itu, Yeza langsung menyeruput dengan pelan kopi tersebut dan memang benar ternyata.

Matanya sudah mulai terasa segar bahkan pusing dikepalanya perlahan-lahan menghilang.

"Terima kasih." kata Yeza.

"Iya, sama-sama. Hm, kamu tadi belum kasih tau nama mu siapa." kata Anare.

Yeza berhenti menyeruput kopi yang ia pegang. "Yeza, Yeza Gardana." jawab Yeza.

"Wah nama yang bagus, kalo boleh tau dari mana asal mu? logat mu terdengar seperti bukan orang asli Jogja, yah kan?"tanya Anare.

"Saya dari Jakarta, kesini buat jenguk kakek saya yang tadi masuk ruang igd. Anda sendiri? saya yakin kalo anda juga bukan asli orang Jogja." balas Yeza.

Anare tertawa. "Bisa gak kalo gak usah terlalu baku bicaranya? kalo dilihat umur kita mungkin cuma beda satu atau dua tahunlah." tanya Anare terlebih dahulu.


"Saya ngikut saja," jawab Yeza.

"Oke, jadi gue juga dari Jakarta cuma sebelum dipindahkan secara paksa kesini gue sempat tinggal selama empat bulan di london buat tenangin diri disana." ucap Anare.

"Lo dipindah secara paksa kesini karna apa?" tanya Yeza kepo.


"Jadi dirumah sakit tempat gue kerja dulu tuh keras banget persaingannya, nahkan gue nih bisa dibilang pinterlah kan dan juga mahasiswi lulusan terbaik jurusan kedokteran di ui dan akhirnya gue dapat tuh rekomendasi pekerjaan dirumah sakit itu. Awalnya sih tenang-tenang aja dan gue juga udah bisa dibilang lama kerja di-Rs itu, eh pas ada teman seangkatan gue yang ternyata juga kerja disana dan tau kalo gue juga kerja ditempat yang sama, dia fitnah gue dan bikin gue harus dimutasi kerumah sakit ini. Cuma setelah gue kembali dari london dan mulai bekerja disini, gue merasa bersyukur sekali pas tau kalo orang disini semua baik banget." kata Anare panjang lebar.

Yeza tertawa kecil. "Ternyata lo percaya diri banget ya," kata Yeza.

"Harus dong, kalo gak pd giman mau sukses? malu-malu doang gak bisa bikin gue jadi rich aunty buat keponakan-keponakan gue di Jakarta." kata Anare.



Tiba-tiba Yeza melamun dan membuat Anare bingung. "Heh lo kenapa? gue salah ngomong ya?" tanya Anare.


"Bukan. Cuma cerita lo kalo gue denger-denger mirip banget sama pengalaman hidup orang yang gue kenal pake banget dan dia juga seorang dokter." kata Yeza.

Wajah Anare tiba-tiba cerah dan langsung memandang serius kepada Yeza yang sedang memandang kosong kearah depan. "Siapa ya?" tanya Anare penasaran.

"Dia juga pernah kerja dirumah sakit ini dan kalo lo tau five gold rumah sakit ini, dia salah satu diantara mereka dan dia dokter yang sangat hebat bagi gue." kata Yeza.

"Demi apa? five gold yang jadi julukan buat lima dokter hebat itu? dokternya cewek apa cowok? tapi dari yang gue denger, mereka sekarang sisa berempat karena yang satunya lagi gak tau kemana, kayak menghilang gitu katanya." ucap Anare.


Yeza menghembuskan nafas pelan. "Namanya dokter Zefa Adelifian."


"Nah iya dokter Zefa. Dokter ahli bedah saraf terbaik dirumah sakit ini yang sekarang gak tau ada dimana dan udah kerja dimana."balas Anare.



"Dia-"



Bunyi ponsel milik Yeza menghentikan percakapan antara mereka.






"Yeza buruan balik, kakek udah siuman dan nyariin lo!" pekik Alna.





***







Jangan lupa vote, komen dan Follow.

LOFZEZA JOURNEY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang