41. Take Me Home
Saat ini, mereka semua berkumpul di rumah ibu berame-rame untuk menyesuaikan suasana bagi Zefa yang sekarang sedang tidak ingat mereka siapa. Dibalik gelak tawa mereka sekarang terdapat wajah datar yang sama sekali tidak mengeluarkan ekspresi apapun bahkan suara sama sekali juga tidak ada.Rasa menyesal Yeza terus meningkat ketika melihat kondisi Zefa sekarang, namun ibu masih membiarkan Yeza untuk memperbaiki semua kesalahannya meski Alna, Bara dan Alaska sedikit tidak setuju akan keputusan ibu.
Dan setelah bertawa ria, Yeza memilih untuk membawa Zefa jalan-jalan keluar menggunakan kursi roda dan dengan izin dari ibu sebelumnya.
"Kamu tahu gak kalo dulu kamu juga pernah aku dorong dikursi roda kayak gini. Lucu tahu gak pas kamu masih suka ngedumel gak jelas pas aku dorong." ucap Yeza walau ia tahu Zefa tidak akan merespon ucapannya barusan.
"Waktu itu persis banget kayak sekarang, cuaca lagi mendung dan gerimis. Cuma bedanya dulu dirumah sakit sedangkan sekarang disekitaran komplek. Oh sama candaan juga, dulu kamu bisa ngerespon candaan aku dengan omelan kamu tapi untuk saat ini mungkin mustahil." lanjut Yeza.
"Zefa, seandainya tadi malam aku gak ngebentak kamu mungkin sekarang kita gak bakalan kayak gini. Mungkin kita bakalan jalan keliling kota yang baru kamu pijak lagi setelah sekian lama tapi saat kamu kembali kesini, kota ini kembali bikin kamu sedih kayak dulu pas kamu memilih buat pergi dari sini." kata Yeza lagi.
Dorongan pada kursi roda itupun terus bergerak hingga mereka sampai dilapangan basket komplek yang sekarang sedang sepi karena mendung mungkin.
"Aku bodoh banget bah kan Za? mungkin kalo kamu bisa jawab, kamu bakalan bilang bodoh banget hehe. Gakpapa kok kamu bilang aku bodoh karna nyatanya emang kayak gitu. Oh iya Za, alasan kamu milih buat kembali sama aku apasih? padahal kan aku dulu udah bikin kamu sedih banget. Memang yah, orang brengsek pasti bakalan dikasih orang baik yang ujung-ujungnya bakalan disakitin sama si brengsek dan itu benar karna contohnya sekarang adalah kita." kata Yeza seperti orang gila bicara sendiri.
"Seandainya Za, seandainya. Aku pengen banget pulang Za cuma sekarang rumahku lagi gak bisa dihuni bahkan rumah itu sendiri sekarang lagi gak tahu kemana. Sekarang selama aku gak punya rumah, aku harus kemana? masa kamu rela aku cari rumah lain? pasti gak kan haha mungkin kalo kamu bisa mukul, pas aku bilang gini kamu udah tampol muka ku." ujar Yeza lagi.
Lalu tanpa sadar airmata Yeza jatuh sembari tangannya mengenggam tangan Zefa yang duduk disampingnya.
"Please, take me home. Aku udah gak sabar pulang ke kamu Zefa. Rumah tempat ku pulang selalu kamu Zefa dan sampai kapanpun tetap jadi rumah ku. Mungkin kata orang, kita harus punya rumah sendiri didalam diri kita tapi bagaimana bisa rumah yang pernah aku huni sama kamu sekarang harus kehilangan satu anggotanya." kata Yeza lagi dan lagi.
"Coba kamu liat pacar bodoh mu ini, sekarang malah makin jadi orang bodoh yang gak tahu tujuannya kemana setelah dia ngehancurin rumahnya sendiri dengan mulut brengseknya," ucap Yeza.
"Senyum mu, omelan mu, tawa mu, umpatan mu, semuanya aku rindu Za. Bisa gak ya semua itu kembali ke aku? Haha lucu gak sih aku, padahal aku sendiri yang udah bikin semua itu hilang dari hidupku tapi malah aku yang minta buat kembali." lanjut Yeza.
"Kamu jengkel kali ya sekarang karna aku ngoceh terus, tampol aja aku yuk tampol, aku malah bakalan senang tapi itu mustahil bangetkan Za."
Karena cuaca mulai sangat marah, Yeza segera membawa Zefa pulang sebelum hujan benar-benar turun dengan hujan.
Dan saat tiba dirumah, Yeza dikagetkan dengan sebuah tamparan yang mengecap dipipi kirinya dan tamparan itu berasal dari orang tuanya sendiri yang entah dari kapan sudah berada dirumah Zefa."Papa kecewa sama kelakuan kamu Za! papa gak pernah ngedidik kamu buat jadi manusia brengsek kayak gini. Papa malu Yeza papa malu sekali." tukas Papanya Yeza.
"Papa kok bisa disini?" tanya Yeza.
"Yah bisalah, papa rasanya pengen pergi aja dari dunia karna tau anaknya yang selama ini dia didik dengan tegas malah jadi lelaki bajingan yang beraninya ngebentak perempuan. Papa malu Yeza, bodoh kamu itu jadi lelaki ya!" balas Papanya Yeza.
Yeza hanya bisa menunduk tanpa bisa lagi menjawab sepatah katapun perkataan papanya karena apa yang papanya katakan memang sebuah kebenaran.
"Sudahlah pak Aziz, ini mungkin memang sudah takdir tuhan. Kita semua sekarang cuma bisa mendoakan kesembuhan Zefa supaya bisa kembali kayak dulu lagi." sela Anya selaku ibu Zefa yang sangat menginginkan kesembuhan anaknya.
Papa Yeza yang diketahui bernama Aziz pun hanya mengangguk mendengar perkataan Anya. Bahkan untuk meminta maaf akan kelakuan putranya saja, Aziz sangat berat dan tak sanggup. Bisa kalian bayangkan bagaimana merasa gagalnya seorang ayah ketika melihat putra yang selama ini ia didik malah menjadi bajingan yang sampai membuat seorang wanita trauma.
"Misi om tante, Zefanya saya bawa masuk kekamar dulu ya." kata Alna lalu membawa Zefa masuk kedalam kamar yang berada diatas menggunakan bantuan Bara yang turut menopang tubuh Zefa sampai benar-benar masuk kedalam kamar.
"Gue sedih banget ngeliat kondisi lo kayak gini, Fa." lirih Bara.
Alna mengangguk. "Gue juga sedih, rasanya gue pengen jambak rambut si Yeza tapi gak bisa. Dia bahkan sekarang juga benci sama dirinya sendiri dan gue gak tega bikin dia makin bersalah sama dirinya sendiri." balas Alna.
"Yah gitulah, memang pada dasarnya seorang pria akan tanpa sadar menyakiti wanita yang ia sayangi lalu setelah itu akan merasa sangat bersalah bahkan mengutuk dirinya sendiri eh lalu habis itu ia mengulangi lagi kesalahannya. Entah itu memang murni dari kesalahan si pria atau mungkin kesalahan si wanita namun yang namanya seorang pria, satu kata cacian pun tidak boleh keluar dari mulutnya untuk si wanita walau wanita itu juga salah." kata Bara menatap sendu kepada Zefa.
"Lo disini jaga dia, gue mau pulang dulu, kasian bini gue dari tadi kecapean.' lanjutnya.
"Oke," balas Alna.
Bara pun keluar dari kamar milik Zefa meninggalkan dua sahabat itu.
"Lo harus tau Za, Yeza sekarang ngerasa bersalah banget sama dirinya sendiri karna udah bikin lo kayak gini. Dia sayang sama lo, dan pake banget malahan. Gue aja berharap bakalan ketemu sama cowok yang seperti Yeza sayang ke lo. Jadi, cepat sembuh ya Fa lagipula disini banyak yang sayang sama lo dan pengen lo kembali kayak dulu lagi." ucap Alna.
"Lo wanita kuat dan lo pasti bisa, sekarang istirahat dulu ya." lanjut Alna lalu melangkah keluar dari kamar Zefa namun sebelum benar-benar keluar dari kamar, Alna memasang sebuah polaroid photobooth mereka di gantungan tali rami yang berada didekat meja belajar Zefa.
"Gue gantung disini ya biar lo cepat ingat sama kita semua yang sayang sama lo." kata Alna menahan tangisnya.
"Lo aneh, mana mungkin gue lupa sama lo yang super duper bawel."
***
Jangan lupa vote, komen dan follow.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOFZEZA JOURNEY [END]
Fiksi Umum[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] *BELUM DI REVISI DAN TYPO MASIH BERTEBARAN DI SETIAP CHAPTER JADI MOHON DI TANDAI BILA BERTEMU. Ini tentang perjuangan Yeza Gardana, most wanted di severus high school yang berusaha meluluhkan hati si jutek, Zefa Adelifian y...