Bel pulang sekolah telah berbunyi semua siswa dan siswi berhamburan seperti anak ayam yang keluar dari kandangan.
Anya membereskan bukunya dan memasukan nya kedalam tas, ia melirik Bian yang juga sedang merapikan bukunya, Bian tidak mengeluarkan sepatah kata pun dari tadi, itu membuat Anya bertanya-tanya.
"Nya, yuk pulang." suara Airin membuat Anya sedikit terlonjak.
Bian langsung berdiri dari tempat duduknya meninggalkan Anya dan Airin yang kini saling
melemparkan pandangan satu sama lain.
"Kenapa tuh anak, ngambek?" Airin mengernyit bingung.Anya menghela napas pasrah, "kayaknya sih gitu gara-gara gue nggak nemuin dia pas jam istirahat tadi."
"Udah biar gue yang jelasin."
"Eh nggak usah," jawab Anya cepat.
"Lo kenapa sih aneh banget." Airin memperhatikan raut wajah Anya yang merasa sangat bersalah.
"Nggak kok biasa aja, yuk pulang," ajak Anya.
Mereka berdua menuruni tangga dan berjalan menyusuri koridor, karena siswa dan siswi sudah
banyak yang pulang koridor pun sudah mulai sepi.Dari jauh Anya sudah melihat Bian Andre Devan dan Cahyo yang sedang asik mengobrol, Anya sedikit ragu untuk menghampiri mereka belum lagi kesan terakhir Bian keluar dari kelas membuat Anya terus merasa bersalah.
"By, yuk pulang." Airin langsung merangkul lengan Andre.
"Eh udah ada bibi nih," ejek Devan.
"Yuk pulang bibi," sambung Cahyo yang merangkul lengan devan, mereka berdua memang sering menjahili Airin.
"Baby bego bukan bibi, mangkanya punya pacar jangan jomblo," gerutu Airin.
Mereka semua terkekeh melihat wajah Airin yang merah karena kesal.
"Yuk by pulang, bisa gila aku lama-lama sama temen kamu." Airin langsung menarik tangan Andre.
"Duluan guys, bahaya kalo tuan putri ngamuk bisa hancur sekolah ini," Seru Andre sedikit terkekeh tapi langsung bungkam ketika mendapat tatapan tajam dari Airin.
"Dasar bucin, gitu aja langsung kicep," ujar Devan.
"Suami-suami takut istri," Sambung Cahyo.
"Nya, gue pulang duluan ya, kan lo pulang sama Bian." teriak Airin yang sudah berada di dalam mobil Andre.
Anya hanya tersenyum dan mengangguk pelan.
"Kita duluan juga ya." Devan dan Cahyo juga berpamitan pulang pada Bian dan Anya, mereka langsung menuju motor masing-masing dan kini hanya menyisakan Anya dan Bian.
Anya hanya menunduk tak berani menatap ke arah Bian, ia hanya menendang kerikil-kerikil kecil tidak tahu harus apa saat ini takut salah ngomong nanti Bian malah tambah marah.
Bian menarik tangan Anya tanpa bicara apapun, Anya tampak pasrah saat Bian menarik tangan nya. Sebenarnya masih ada beberapa siswa dan siswi yang berada di parkiran melihat kejadian sekarang dengan berbagai macam ekspresi, tapi jelas Anya tidak peduli.
***
"Lo marah sama gue?" untuk kedua kalinya Anya bertanya, mereka berdua kini sudah berada di dalam mobil jadi Anya tak ragu untuk bertanya.
Untuk yang kedua kalinya juga Bian tak menanggapi pertanyaan Anya.
"Kita ke cafe caramel dulu, gue laper belum makan dari pagi," jawab Bian tanpa melihat ke arah Anya.
Anya hanya mengangguk pelan, karena masih merasa bersalah ditambah lagi Bian belum makan dari pagi itu karenanya.
Mobil Anya kini sudah berada di depan cafe caramel, mereka berdua langsung turun dari mobil, nampaknya cafe sedikit ramai hari ini terlihat banyak motor yang terparkir disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bian Dan Anya
Teen FictionAnya atasya kusuma gadis yang memiliki paras cantik tersebut menjadikan nya idola di kalangan laki-laki SMA Harapan, ia juga sudah banyak mematahkan hati laki-laki karena bersikap jutek dan dingin. Anya sengaja menutup hatinya rapat-rapat dan tidak...