Ibu Mey memasuki kelas XI IPS 1 dan tanpa basa-basi langsung memberikan kertas ulangan yang harus segera mereka kerjakan.
"Lo harusnya sangat berterimakasih sama gue karena kalau gue nggak lewat tadi lo nggak bisa ikut ulangan bu Mey dan langsung dapet nilai jelek," ujar Bian berbisik pada Anya.
Anya tak menghiraukan Bian nyatanya dengan ia ikut pun nilainya pasti tetap jelek, setidaknya dia cukup hadir saja agar tidak di beri hukuman mengumpulkan sampah sebanyak 100 biji di lapangan sekolah, bisa turun harga diri Anya jika harus mencari cari sampah di lapangan.
Ulangan berlangsung tenang, tetapi Anya sedikit kesusahan dalam mengisi jawabannya, menurutnya matematika adalah hal yang sangat rumit, kalau di film kartun mungkin sekarang kepala Anya sudah mulai mengeluarkan asap.
"Apalagi yang mau gue jawab baca soalnya aja nggak ngerti." Anya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Bian menyadari kegusaran Anya yang dari tadi hanya mencoret-coret kertas kosong.
"Loh kenapa nggak di jawab, malah main coret-coretan," bisik Bian.
"Kalau gue bisa juga udah gue jawab," jawab Anya ketus.
"Nih." Bian menggeser kertas ulangannya agar bisa di contek Anya.
Ternyata bian cukup pintar dia sudah menyelesaikan semua soalnya padahal waktunya masih cukup lama.
"Eh ngapain lo! nggak usah sok baik, gue nggak mau hutang budi lagi sama lo ribet." Anya memutar bola matanya malas.
"Oh ya udah kalau nggak mau, selamat dapet nilai paling jelek di kelas," bisik Bian lagi tapi kali ini dengan nada menjengkelkan.
"Waktu kalian 15 menit lagi, jangan ada yang mencontek, satu lagi kalo ada nilainya yang di bawah rata-rata siap-siap berdiri di lapangan dan kumpulkan sampah sebanyak 200 biji," ancam bu Mey dengan tatapan mata yang sangat tajam sampai menusuk ke jantung.
"Mampus lebih parah ternyata hukuman nya," lirih Anya dan semakin membuatnya gusar.
"Masih berlaku loh, kali aja berubah pikiran," sahut Bian sedikit menggoda.
"Ya udah sini buruan mana kertas lo." Anya melirik tajam Bian dan hanya di balas senyuman oleh Bian.
Anya mulai mencontek semua jawaban Bian dengan kekuatan bulan ia menyalin dengan secepat kilat tak peduli bu Mey mengerti atau tidak dengan tulisan nya yang terpenting ia bisa menyelesaikan semuanya.
"Oke waktunya habis, tidak ada yang boleh lagi memegang alat tulis saya akan mengambil kertas kalian satu persatu ke meja," ucap bu Mey yang sudah berdiri dari kursinya.
Anya meletakan pulpennya di meja dan menarik napas lega, "Ahhh akhirnya selesai," ujar Anya sedikit agak ngos-ngosan.
"Capek banget bu nyotek aja kayak abis tempur sampe ngos-ngosan gitu," ejek Bian.
"Diem lo!!" tatap Anya sengit.
***
Bel istirahat sudah berbunyi semua siswa siswi langsung berhamburan keluar kelas mereka masing-masing, Anya masih sibuk membereskan buku-bukunya,
"Nya mau ke kantin bareng," ajak Bian.
"Ogah enyah lo dari gue!" usir Anya.
Airin menghampiri Anya dan langsung mengambil posisi duduk di samping Anya karena Bian sudah pergi duluan.
"Anya maafin gue ya karena nggak angkat telepon dari lo tadi, gue sibuk bikin contekan, lo tau sendiri kan kapasitas otak gue gimana," jelas Airin merasa bersalah.
"Hmm..." Anya hanya berdehem saja tanpa peduli kalau Airin memasang wajah bersalahnya.
"Jangan marah ya, yuk kantin gue yang traktir lo deh," bujuk Airin.
"Ya udah ayok, beneran di traktir kan?" sahut Anya.
"Iya beneran tapi senyum dulu." Airin terkekeh.
"Duh sorry senyum gue mahal, kayaknya lo kurang beruntung hari ini karena nggak bisa liat senyum gue." mereka berdua tertawa dan mulai meninggalkan kelas.
Anya dan Airin sudah berada di kantin karena sudah menitip makanan dengan teman sekelas mereka jadi mereka tak perlu mengantri dan sudah bisa langsung makan saja.
"Duh bisa-bisanya gue harus berhutang budi sama cowok gila itu, kayaknya gue sial banget hari ini," batin Anya.
"Nya lo kenapa diem aja, batagor nya nanti dingin, lo aduk-aduk dari tadi." Airin mengernyit bingung.
"Eh nggak papa kok," jawab Anya lalu tersenyum.
"Hai pacar." Bian langsung duduk di samping Anya begitu pun dengan Andre yang langsung duduk di sebelah Airin tak lupa Cahyo dan Devan yang mengekor.
Beberapa pasang mata sibuk melihat meja Anya sekarang, terdengar mereka yang berbisik bahwa beruntung sekali Anya selalu di dekati cowok ganteng apalagi Bian gantengnya kelewatan, bagi Airin sudah biasa melihat Anya di dekati dan di kejar-kejar cowok di SMA Harapan dan ia di jadikan perantara untuk tempat penitipan entah itu surat, coklat, bunga, dan banyak lagi.
"Apaan sih lo gaje banget, jangan ngaku-ngaku!" jawab Anya ketus.
"Lo nggak inget yang tadi pagi." belum selesai Bian bicara tanpa pikir panjang Anya langsung menarik tangan Bian menjauh dari keramaian, dengan Airin yang tampak kebingungan melihat Anya langsung pergi.
"Apa yang sebenernya aku nggak tau dari mereka berdua?" Tanya Airin pada Andre.
Andre hanya mengangkat kedua bahunya saja menandakan bahwa ia juga tidak tahu.
***
"Maksud lo apa ngomong kayak tadi di depan banyak orang." ternyata Anya membawa Bian ke taman belakang tempatnya memang sepi karena jarang sekali anak-anak istirahat disini.
"Lo nggak inget tadi pagi lo ngomong apa?" Anya terdiam dan berusaha mengendalikan diri.
"Apa perlu gue ulangi omongan lo tadi," jelas Bian.
"Nggak perlu!!" jawab Anya cepat.
"Gue ngelantur aja ngomong kayak gitu dan sialnya kenapa harus lo, awas aja kalau sampai anak-anak pada ngegosip tentang kita dan satu lagi lo bukan siapa-siapa gue ngerti!!"
Bian merasa bodoh amat dengan ocehan cewek di depannya, "Intinya sekarang lo adalah pacar gue, dan lo beruntung karena udah jadi pacar gue, lo tau kan betapa banyaknya cewek yang mau sama gue."
"Sayang nya gue nggak peduli seberapa banyak orang yang mau jadi pacar lo, dasar cowok SINTING!!" Anya langsung pergi meninggalkan Bian.
"Bye pacar," teriak Bian yang masih terdengar jelas di telinga Anya.
Anya hanya berjalan menunduk karena tampaknya ada beberapa pasang mata yang dari tadi memperhatikan mereka berdua.
Hayhay jangan lupa vote dan komen yah ❤️❤️❤️
Maaf kalo ada yang typo 🙏
Semoga suka 🤗🤗🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Bian Dan Anya
Teen FictionAnya atasya kusuma gadis yang memiliki paras cantik tersebut menjadikan nya idola di kalangan laki-laki SMA Harapan, ia juga sudah banyak mematahkan hati laki-laki karena bersikap jutek dan dingin. Anya sengaja menutup hatinya rapat-rapat dan tidak...