Bel istirahat sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu. Anya masih berada di dalam kelas, masih menatap kertas yang ia pegang, ia belum yakin untuk mengikuti ekskul musik lagi, tapi jika melihat ekskul yang lain Anya lebih tidak yakin lagi.
"Nya, punya lo mana? mau gue kumpulin nih ke ruang guru," ujar Revan.
"Eh iya bentar." Anya mengambil penanya dan menulis ekskul musik, setelahnya ia langsung memberikan kertas tersebut kepada Revan.
"Wah musik, kirain basket juga."
"Emang kenapa sama basket?" tanya Anya.
"Cewek-cewek kelas ini rata-rata ikut basket karena ada Bian, kayaknya lo doang yang ngambil musik, ya udah gue duluan ya." Revan beranjak meninggalkan kelas dan bergegas pergi ke ruang guru.
"Hah basket pasti kebanyakkan yang capernya dari pada latihan, apalagi Clarisa sudah di pastikan dia akan caper sama Bian." Anya tersenyum sinis, lalu beranjak dari kelas menuju kantin.
Anya sengaja menyuruh Airin pergi ke kantin terlebih dahulu, karena ia yakin Airin akan membujuk dirinya untuk ikut ekskul basket juga.
"Kak Anya." Anya menoleh kebelakang melihat ada Alexa yang sedang berlari kearahnya.
"Tumben sendirian, biasanya sama Devan kemana-mana."
"Gue abis dari ruang guru ngumpulin tugas kak, kak Airin mana kok nggak sama kakak?" tanya Alexa.
"Dia udah gue suruh duluan, yuk buruan laper nih." Anya memegangi perutnya.
"Gas, kecepatan penuh." mereka berdua tertawa.
Anak-anak yang berada di koridor terlihat kaget melihat Anya bisa tertawa selain dengan Airin. Anya di kenal sebagai gadis cuek yang selalu memasang wajah datar, terkecuali saat bersama dengan Airin, jadi ini adalah momen langkah melihat Anya tertawa bersama Alexa.
"Kak Airin." sapa Alexa yang melihat Airin sedang duduk bersama Andre dan teman-teman lainnya.
"Udah dateng, kita duduk disana aja yuk, males duduk disini pemandangannya nggak enak." Airin melirik kearah Clarisa yang selalu sibuk mencari perhatian Bian.
"By, kok pindah?" tanya Andre, karena biasanya mereka selalu duduk bersama.
"Kita bertiga nggak level duduk sama orang yang suka kecentilan, yuk guys gue udah pesenin kalian makanan." Airin sudah benar-benar muak melihat kelakuan Clarisa, tapi gadis tersebut nampaknya sama sekali tidak merasa tersindir.
"Kak, aku duduk disana ya," ujar Alexa.
"Ya udah nggak papa, aku bisa kok tahan rindu ini," jawab Devan agak sedikit lebay.
"Nggak gitu konsepnya anjir." Cahyo menoyor kepala Devan.
"Sirik aja lo nyet." Devan mendengus kesal.
Anya menatap Daniel lalu tersenyum, ia beralih menatap kearah Bian tanpa di sadari pandangan mereka bertemu, seketika wajah Anya langsung berubah menjadi datar, Bian tidak mengerti tatapan macam apa yang Anya berikan padanya.
"Ris, lo bisa nggak jangan ganggu gue! bikin mood gue jelek aja!" tegas Bian.
"Gue suka lo Bian, emang salah kalau gue deket sama orang yang gue sukai."
"Gue nggak ada perasaan sama lo, lebih tepatnya gue nggak suka sama lo dan gue ngerasa lo berlebihan, gue udah suka sama cewek lain, dan itu bukan lo! jadi saran gue lo jangan berharap apa-apa sama gue."
"Siapa? lo suka Anya." teriak Clarisa dan membuat seisi kantin langsung melirik kearah mereka.
Bian jelas tidak peduli dengan omong kosong Clarisa, ia beranjak meninggalkan kantin tanpa menjawab satu kata pun pertanyaan Clarisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bian Dan Anya
Roman pour AdolescentsAnya atasya kusuma gadis yang memiliki paras cantik tersebut menjadikan nya idola di kalangan laki-laki SMA Harapan, ia juga sudah banyak mematahkan hati laki-laki karena bersikap jutek dan dingin. Anya sengaja menutup hatinya rapat-rapat dan tidak...