Setelah 10 menit mereka berdua sudah sampai di supermaket, 10 menit yang begitu canggung bagi Anya entah kenapa setelah adegan tatap-tatapan mereka tadi Anya jadi malu.
Tiba-tiba Bian mengulurkan tangannya. Anya yang melihatnya jelas tidak mengerti.
"Ngapain lo?" tanya Anya.
"Coba tangan lo gini." Bian meminta Anya mengulurkan tangannya juga, Anya yang belum mengerti maksudnya hanya menurut saja.
Anya mengulurkan tangannya seperti yang Bian lakukan, tiba-tiba dengan sigap Bian langsung menggenggam tangan Anya.
"Ih modus banget lo nggak usah pegang-pegang!" gerutu Anya.
"Udah nurut aja, gue nggak mau nanti lo di lirik sama cowok-cowok, kalau kayak gini kan mereka pikir lo pacar gue jadi nggak berani lirik-lirik," jelas Bian.
"Tapi kan gue emang bukan pacar lo."
"Bentar lagi juga bakal jadi pacar gue." Bian terkekeh.
"Jangan kepedean lo!" gerutu Anya dan mencoba melepaskan tangannya sampai akhirnya ia mengalah karena Bian kekeh tidak mau melepaskan genggaman nya.
mereka berdua memasuki supermaket, berjalan tanpa arah tidak tau harus membeli apa.
"Nya, lo mau makan apa?" tanya Bian yang mulai membuka percakapan.
"Apa aja gue mah, asal jangan lo kasih batu," sahut Anya.
"Spaghetti mau?"
"Boleh juga tuh, awas aja kalau nggak enak."
"Siap bos!" Bian memberi hormat seperti sedang upacara.
"Ya udah lo cari sendiri bahan-bahannya, gue mau kesana." Anya menunjuk ke arah rak-rak yang sudah dipenuhi dengan snack.
"Eh kok malah jadi sendiri-sendiri? tanya Bian bingung.
"Udah jangan manja gue yakin lo bisa beli bahan-bahannya sendiri," jawab Anya sambil meninggalkan Bian yang masih mematung di tempatnya.
Anya kini sudah berada di antara snack-snack yang ia suka, mengambil satu persatu di setiap raknya, tidak melupakan coklat yang menjadi favoritnya. Menurut sebagian cewek coklat itu bikin gendut, tapi bagi Anya coklat adalah moodnya, lagi pula sebanyak apapun dia makan tubuhnya tetap begini-begini saja.
Setelah selesai memborong banyak snack dan coklat Anya berjalan mencari keberadaan Bian. Anya mengedarkan pandangan nya mencari keberadaan Bian sampai akhirnya ia menemukan Bian tapi tidak sendirian melainkan dengan seorang gadis.
"Sama siapa tuh Bian? Baru di tinggal bentar udah dapet cewek aja," batin Anya.
Anya berjalan menghampiri Bian yang terlihat asik mengobrol.
"Hai," sapa Anya yang langsung mengambil posisi di samping Bian.
"Hai," jawab gadis tersebut. Anya sedikit terkejut karena yang dari tadi mengobrol dengan Bian ternyata Clarisa gadis yang waktu itu nabrak Bian.
"Udah selesai milih-milihnya?" tanya Bian.
"Udah, nih lihat aja!" Anya menunjukan isi keranjangnya.
"Wih nggak salah liat nih gue banyak banget." Bian terkekeh dan mengacak pelan puncak kepala Anya.
Clarisa yang melihat kejadian tersebut langsung berubah menjadi sinis menatap Anya.
"Apaan sih lo kan rambut gue berantakan," keluh Anya.
"Eh gue duluan ya, masih ada urusan, have fun kalian." Clarisa berlalu meninggalkan mereka berdua, tapi Anya menyadari kalau Clarisa suka Bian dan tidak suka padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bian Dan Anya
JugendliteraturAnya atasya kusuma gadis yang memiliki paras cantik tersebut menjadikan nya idola di kalangan laki-laki SMA Harapan, ia juga sudah banyak mematahkan hati laki-laki karena bersikap jutek dan dingin. Anya sengaja menutup hatinya rapat-rapat dan tidak...