✨17✨

112 85 191
                                    

Kak Dirga...

Anya berteriak dan sontak membuat Bian terkejut, Bian langsung menoleh ke arah Anya melihat gadis tersebut sedang menangis tersedu-sedu. Anya yang semula tertidur pulas di sofa kini wajahnya sudah di banjiri dengan air mata.

"Lo kenapa, Nya?" Bian berusaha turun dari tempat tidurnya berjalan ke arah Anya dengan kaki yang sedikit terpincang akibat kecelakaan tadi pagi.

"Nya, jawab gue. Lo kenapa?" Bian masih berusaha untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi dengan Anya.

Masih belum ada jawaban yang keluar dari mulut Anya, tubuhnya bergetar tangisnya semakin pecah.

"Hei tenangin diri lo Nya, ada gue disini, lo kenapa?"
Tanpa menjawab pertanyaan Bian Anya langsung memeluk Bian.

"Gu-gue takut Bian, gue mimpi buruk, mimpi yang selalu menghantui hidup gue." Anya mencoba menjelaskan apa yang ia rasakan saat ini di sela isakannya.

"Udah ya cuma mimpikan, mungkin gue emang nggak tahu mimpi buruk apa yang lo alami, apa yang lo rasain sampai nangis kayak gini, gue ada disini buat lo Nya, gue nggak bisa janji untuk buat lo nggak takut lagi dengan mimpi buruk lo, tapi setiap lo mimpi buruk gue bakal siap nemenin lo dan ada buat lo kapan pun itu, sekarang lo jangan takut lagi ya, kan udah ada cowok ganteng yang lagi meluk lo hehehe." Bian mengusap lembut kepala Anya.

Anya merasa Bian memang orang yang benar-benar tulus, pelukan hangatnya membuat Anya tenang entah ada magic apa di dalam diri Bian.

"Nya, kok diem, lo tidur apa nyaman gue peluk."

Anya langsung melepaskan pelukannya dari tubuh Bian dan menyeka sisa air mata di pipinya.

"Bian, masih sempat-sempatnya lo becanda ya."

"Kan biar tuan putri nggak nangis lagi, udah ya nanti kalau nangis terus nggak cantik lagi." Bian mengacak pelan puncak kepala Anya.

"Makasih Bian." Senyum Anya kini sudah kembali lagi.

"Nah gitu dong, tuan putri kini sudah cantik kembali."

"Bian apaan sih nggak jelas."

"Nggak jelas tapi kok pipinya merah." Bian tersenyum dengan seringai jahilnya.

"BODO AMAT!!!"

***

TOK...TOK...

Terdengar suara ketukan pintu,"Masuk!"

Ternyata Andre yang datang untuk menjemput Bian, tapi tidak hanya Andre yang datang ada Cahyo dan Devan yang mengekor di belakang Andre.

"Wih kayaknya bentar lagi ada yang nggak jomblo lagi nih, duduknya aja udah deket-deketan." goda Cahyo dan di sambut gelak tawa oleh Andre dan Devan.

Anya melihat mereka dengan tatapan tajam membuat mereka bertiga menghentikan tawanya.

"Ampun Nya takut gue sama lirikan lo, tajam banget setajam silet," jawab Cahyo asal.

"Lagian lo datang bukannya nanyain keadaan gue, malah ngecengin orang, udah datang nggak bawa apa-apa." gerutu Bian.

"Loh-loh kan obatnya udah ada di samping lo, Kayaknya kalau ada Anya kita nggak perlu bawa apa-apa, nggak datang juga lo nggak papa." sahut Devan.

"Bacot lo mau gue timpuk botol infus, bantuin gue ke tempat tidur lagi." pinta Bian.

Sigap Cahyo dan Devan langsung memegangi Bian,
"Lagian cemen banget sih lo, gini aja pakai di infus," celetuk Cahyo asal.

"Maklumin ya Nya, mereka berdua emang begitu mulutnya asal ngomong aja, tapi aslinya baik kok." Jelas Andre yang kini duduk di samping Anya.

"Iya santai aja, ngomong-ngomong Airin gimana?"

Bian Dan Anya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang