Mereka berdua sudah sampai di pekarangan rumah Anya, Anya yang sudah turun terlebih dahulu lalu di susul dengan Bian, tanpa bicara apapun Bian langsung melangkah menuju tempat di mana motor nya berada.
“Eh lo nggak mau mampir dulu,” entah kenapa Anya tiba-tiba bisa bicara begitu.
"Duh bego, ngomong apa sih gue," batin Anya.
Bian yang mendengar itu langsung menghentikan langkahnya, lalu menoleh kebelakang melihat Anya yang sudah tertunduk.
“Gue nggak salah dengar kan, apa gue udah mulai halu ya,” Bian mengernyit bingung.
“Eh lo jangan mikir yang aneh-aneh ya gue cuma nggak enak aja, takutnya lo masih laper, gara-gara tadi makan nya belum selesai,” Anya menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.
“Cieee ada yang perhatian nih.” Bian tersenyum dengan seringai jailnya.
Anya langsung berbalik dan meninggalkan Bian,
“Kenapa sih gue bisa ngomong kayak gitu, malah jadi ngelunjak tuh orang.” Anya terus saja merutuki dirinya.“ANYA ATASYA!!” teriak Bian.
“Tuh orang udah gila teriak-teriak di rumah orang.” Anya masih berjalan tidak menolah sedikit pun.
“Lo cantik kalo lagi salah tingkah.”
Anya tiba-tiba menghentikan langkahnya yang sudah berdiri di ambang pintu, menyadari lagi-lagi pipinya memanas dan tanpa dia sadari senyumnya sudah mengembang, tapi Anya tetap tidak merespon perkataan Bian barusan, ia lebih memilih untuk diam.
“Lo istirahat aja, gue bisa makan di rumah, eh ada satu hal lagi lo jangan blok nomor gue, gue susah mau hubungin lo.” kini Bian sudah duduk di atas motornya ia langsung memakai helm, dan menghidupkan mesin motornya.
Anya yang sedari tadi tidak merespon akhirnya berbalik melihat Bian yang sudah bersiap untuk pulang.
“Gue pulang dulu, oh ya gue sayang sama lo, bye Anya ku.” Bian melambaikan tangan dan tersenyum di balik helm full facenya.
Anya terkejut mendengar hal manis itu, melihat Bian tersenyum, kenapa Anya merasa senyum itu begitu hangat sampai dia tidak bisa mengendalikan detak jantungnya yang berdetak sangat cepat, Anya kini hanya bisa melihat punggung Bian yang sudah keluar dari rumahnya mengendarai motor dengan kecepatan sedang sampai dia benar-benar tidak terlihat.
**
Anya sudah berada di kamarnya, dia menenggelamkan wajahnya di bantal untuk beberapa detik sampai akhirnya dia mengubah posisi nya menjadi terlentang, ia terus saja memegangi
dadanya, detak jantungnya masih berdetak cepat.“Kenapa sih sama diri gue, kenapa tiba-tiba gue ngerasain hal aneh semacam ini, jangan bilang kalau gue mulai suka sama dia HAH... NGGAK MUNGKIN."
Anya berteriak terlalu kencang sampai mbok Ina yang berada di dapur langsung naik keatas menuju kamar Anya.
“Non, ada apa? kenapa teriak-teriak?” tanya mbok Ina yang kini sudah berada di depan pintu kamar Anya dengan wajah panik.
“Eh nggak ada apa apa mbok, Anya mau bersih-bersih dulu abis itu mau makan, tolong di siapin ya mbok.” Anya berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Yah udah mbok siapin dulu.” mbok Ina segara turun untuk menyiapkan makanan.
Anya langsung bergegas menuju kamar mandi dan setelah selesai berkutat di kamar mandi Anya langsung turun, tiba-tiba langkahnya terhenti dan memandangi ruangan yang berada tepat di samping kamarnya, mencoba mengendalikan dirinya, Anya menghela napas perlahan dan turun menuju meja makan.
Sebenarnya Anya sudah tidak selera lagi untuk makan, tetapi ia memaksakan diri untuk makan,
“Kalau gue sampai sakit gara-gara nggak makan siapa yang bakalan jagain gue.” Anya menghela napas dan di lanjutkan dengan sesuap nasi yang sudah berada di dalam mulut nya.**
Anya kini sudah duduk di taman belakang rumahnya, sambil memainkan ponsel dia ingat bahwa Bian memintanya agar jangan memblokir nomornya, entah kenapa tangan nya langsung mencari nomor Bian dan tidak lagi memblokir nomornya, dengan senyum yang tiba-tiba mengembang Anya merasa senang tapi tidak tau apa alasan dia merasa senang.
Drtt... Drtt...
Tiba-tiba ada yang menelpon dan jelas yang tertera di layar ponselnya nomor yang tidak ia kenal.“Hallo siapa?” tanya Anya.
“Bian."
"Oh." hanya itu yang mampu keluar dari mulut Anya.
"Gue mau bilang makasih sama lo.”
“Makasih buat apa?" Anya mengernyit bingung.
“ Yah makasih lo udah nggak blokir gue lagi.”
“Emmm iya biasa aja,” jawab Anya singkat.
“Lo lagi apa, udah makan kan, udah minum, udah mandi, udah apa lagi ya oh iya udah sayang belom sama gue.” Bian sedikit terkekeh.
“Apa sih nggak jelas lo.”
“Duh mulai jutek ni, tapi gue suka," goda Bian.
Akhirnya mereka berdua larut dalam obrolan yang kadang membuat Anya kesal tetapi juga bisa membuatnya tertawa, tanpa Anya sadari dari tadi senyumnya selalu mengembang, Anya sedikit merasa lega karena Bian bisa mengembalikan moodnya.
“Halo eh ada orangnya nggak kok tiba-tiba diem , kesambet apa gimana nih?” tanya Bian.
“Apaan berani ya ngomongin gue kesambet.” Anya terkekeh.
“Abis nya lo diem aja gitu, kan gue jadi kangen denger suara lo.” Bian terkekeh.
Anya tidak sengaja melihat kearah pintu, ternyata ayahnya sudah berdiri disana entah sejak kapan.
“Ada ayah, sejak kapan ayah berdiri disana , pasti nguping nih pake senyum-senyum segala,” batin Anya
"Tuh kan diem lagi,”
“Eh udah dulu ya, ayah gue udah pulang.” ujar Anya sedikit berbisik.
“Oh oke, salamin sama camer gue,” jawab Bian dengan nada sedikit menggoda Anya.
Tanpa bicara apapun Anya langsung memutus sambungan telepon nya.
Anya langsung berlari menuju Kusuma dan memeluknya, “Kok tumben banget ayah pulang cepat? biasanya juga selalu pulang malem,” tanya Anya penasaran.
“Kerjaan ayah sudah beres, besok ayah kerja di luar kota, jadi ayah harus packing,” jelas Kusuma.
“Ayah berangkat kemana? jadi Anya sendirian dong.” Anya menghela napas kasar.
“Ayah harus ke Palembang, cuma 1 atau 2 hari kok, kan ada mbok Ina sayang jadi kamu nggak sendirian." Kusuma mengelus lembut pucak kepala Anya.
“Tapi kan yah tetap aja.” Anya mendengus kesal.
“Eh yuk masuk udah mau gelap, lagian kan kamu tau sayang kerjaan ayah gimana, kalo feeling ayah kayaknya kamu nggak bakal kesepian deh." lirik Kusuma pada putri kesayangan nya tersebut.
“Maksud ayah apa?” tanya Anya yang tidak mengerti maksud ucapan ayah nya.
“Tadi ayah denger kamu teleponan sambil senyum-senyum, ayah yakin banget itu bukan Airin kan, kamu punya pacar?” goda Kusuma.
“Ih apaan sih siapa juga yang senyum, udah ah ayah istirahat dulu, Anya mau ke kamar.”
"Kalo bete berarti ayah bener," Kusuma terkekeh.
"Anya nggak denger ayah ngomong apa," Anya langsung naik ke lantai dua menuju kamarnya, Kusuma tersenyum melihat tingkah putrinya yang sedang salah tingkah.
Hayhay jangan lupa vote dan komen ❤️
Kalo ada yang typo tolong di benerin ❤️
![](https://img.wattpad.com/cover/216230649-288-k138456.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bian Dan Anya
Teen FictionAnya atasya kusuma gadis yang memiliki paras cantik tersebut menjadikan nya idola di kalangan laki-laki SMA Harapan, ia juga sudah banyak mematahkan hati laki-laki karena bersikap jutek dan dingin. Anya sengaja menutup hatinya rapat-rapat dan tidak...