✨13✨

162 95 251
                                    

Anya sudah sampai di sekolah dan memarkirkan mobilnya, parkiran sudah cukup padat karena
10 menit lagi bel masuk sudah berbunyi.

Anya menyusuri koridor yang sudah mulai di padati oleh siswa dan siswi kelas X yang sedang bercengkrama, kelasnya berada di lantai dua, jadi ia harus berjalan cukup jauh untuk menuju kelasnya.

Sesampainya di kelas Anya mengedarkan pandangan nya terlihat semua teman-temannya sudah datang tapi ia tidak melihat Bian.

“Mungkin kena macet tuh orang, tapi mana mungkin orang gue yang pakai mobil aja nggak macet masa dia yang pakai motor bisa kena macet, apa dia bolos ya," batin Anya.

“Woy, masih pagi udah ngelamun." Anya sontak kaget karena Airin selalu saja mengagetkannya.

“Bisa nggak sih nggak usah ngagetin sehari aja." Anya memberi tatapan tajam pada Airin.

“Abis lo ngelamun sambil berdiri bukannya langsung duduk, mikirin apa sih?" Tanya Airin penasaran.

“Eh eng…nggak kok bukan apa-apa." Anya langsung berjalan menuju tempat duduknya.

Bel masuk sudah berbunyi, semua siswa dan siswi berhamburan bergegas masuk kelas masing-masing, dan sampai semua sudah berada di kelas kehadiran Bian belum juga terlihat.

“Wah beneran bolos tuh anak," batin Anya.

Kebetulan hari ini ibu Mey tidak masuk dia hanya memberi tugas saja untuk di kerjakan, satu
keberuntungan bagi Airin karena dia bisa langsung pindah dan langsung duduk di samping Anya.

“Bian nggak masuk ya?" Tanya Airin.

“Mana gue tau mungkin dia bolos," jawab Anya ketus.

“Lo ngapain duduk disini!"

“Ya ela kesempatan kali jarang-jarang kan kita bisa duduk berdua." Airin sedikit terkekeh.

Airin dan Anya dulu memang duduk berdua, tapi sering sekali tidak memperhatikan pelajaran
karena asik mengobrol, sampai akhirnya bu Mey memutuskan untuk memindahkan Airin agar
tidak bisa lagi mengobrol saat pelajaran sedang berlangsung, mereka sudah membuat perjanjian kalau saja berani pindah lagi sangsinya membersihkan toilet dari kelas X sampai kelas XII.

Drtt

Airin beralih mengambil ponselnya, dan melihat pesan masuk dari Andre.

Room chat

Baby: by lagi sama Anya nggak?
Airin mengernyit bingung kenapa tiba-tiba Andre menanyakan hal itu.

Airin: Iya by kenapa?

Baby: Bian kecelakaan by, sekarang aku lagi di rumah sakit.

WHAT!!!
Sontak semua pandangan langsung tertuju kepada Airin, karena tiba-tiba Airin berteriak.

“Kenapa lo?" Anya mengernyit, satu alisnya terangkat.

Airin menghela napas kasar, "Bian!"

Anya langsung meletakan pulpen nya dan mengubah posisi duduknya menghadap Airin.

“Bian kenapa Rin?"

Airin memberikan ponselnya agar Anya membaca sendiri, Anya mengambil ponsel dari tangan Airin dan langsung melihat pesan yang di terima Airin, tanpa di sadari satu air mata lolos dari mata gadis tersebut.

"Nya, jangan nangis." Airin mengusap pundak Anya.

“Ini salah gue Rin, gimana kalau sesuatu terjadi sama Bian."

“Bukan salah lo, udah jangan mikir yang aneh-aneh dulu, kita tanya Andre dulu gimana kondisi Bian sekarang." Airin mencoba menenangkan Anya agar tidak berpikir negatif.

Airin tahu bagaiman ketakutan yang Anya rasakan saat ini, tugasnya sekarang harus meyakinkan Anya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Anya beranjak dari tempat duduknya dan sontak membuat Airin terkejut.

“Mau kemana, Nya?" tanya Airin.

“Gue mau ke rumah sakit," jawab Anya tanpa menoleh ke Airin.

Airin langsung mengekor tanpa memperdulikan lagi tugas yang di berikan bu Mey, dan tatapan aneh teman-teman mereka saat ini, menurutnya sekarang Anya lah yang lebih penting.

Setibanya di UKS sudah ada Raka anak kelas X yang bertugas di UKS hari ini.

“Ada yang bisa saya bantu kak?" tanya Raka dengan sopan.

“Bisa nggak tinggalin kita berdua dulu," pinta Airin.

“Iya kak, gue tinggal dulu ya," pamit Raka seraya meninggalkan UKS.

Anya langsung duduk di ujung tempat tidur dan tanpa ragu langsung mengeluarkan air mata yang sedari tadi ia tahan, Airin langsung menarik kursi dan duduk di hadapan Anya.

“Ini semua salah gue Rin, coba kalau gue nggak nolak buat berangkat bareng sama Bian, dia nggak mungkin sampai kecelakaan kayak gini." kini Anya sudah menangis sejadi-jadinya.

“Nggak Nya, lo nggak boleh selalu nyalahin diri lo terus-terusan." Airin terus meyakinkan Anya bahwa semua ini bukan kesalahannya.

“Tapi Rin kalau aja gue nggak nolak ini semua nggak bakal kejadian hiks..hiks, Bian nggak bakal sakit, Bian nggak bakal kayak sekarang, gue emang pembawa sial ya Rin." Anya menangis sesegukan dan matanya sudah mulai sembab karena tak bisa berhenti menangis.

“Gue harus ke rumah sakit sekarang Rin, gue harus lihat keadaan Bian."

“Sabar dulu Nya gue telpon Andre dulu." Airin meraih ponsel di saku seragam sekolahnya
mencoba menelpon Andre tapi nihil tidak ada jawaban dari Andre.

“Nggak di angkat Nya, mungkin lagi ada urusan,"

“Kita harus ke rumah sakit Rin mungkin ada apa-apa disana,” rengek Anya.

“Gimana caranya kita bisa keluar dari sekolah ini coba, pagar udah di kunci, baru di buka kalau
jam pulang sekolah," jelas Airin.

Anya tampak memikirkan bagaimana caranya agar bisa keluar dari sekolah dan pergi ke rumah sakit secepatnya.

“Gue ada ide, gimana kalau gue pura-pura sakit kebetulan sekarang kan kita di UKS, nah tugas lo bilang sama guru piket kalau gue sakit dan harus pulang sekarang, dan lo yang nemenin gue pulang karena gue nggak bisa nyetir sendiri, sisanya lo bebas mau ngomong apa," Jelas Anya dengan senyum yang sudah mengembang di bibirnya.

“Untungnya lo sahabat gue kalau nggak gue mana mau ngelakuin hal kayak gini." Airin menghela napas pasrah.

Please tolongin gue, gue nggak mau terjadi apa-apa sama Bian karena kesalahan gue." Anya menggenggam tangan Airin seraya memohon.

“Ya udah tunggu disini gue cari guru piket dulu."
Airin beranjak dari kursinya dan langsung keluar dari UKS untuk mencari guru piket.





















Hayhay baru up lagi nih setelah sekian lama 😁
Jangan lupa vote komen yah ❤️
Kalo ada yang typo tolong di benerin

Bian Dan Anya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang