✨28✨

24 7 1
                                    

Kusuma dan Bian sudah berada  di meja makan, mereka berdua sedang asik mengobrol sambil menunggu Anya turun, sebenarnya tadi Bian ingin pulang tapi tidak di izinkan oleh Kusuma.

Anya keluar dari kamarnya menuju meja makan, "Kayaknya makin akrab aja." Anya mendudukkan bokongnya di kursi.

"Masa sama ayah aja cemburu," sahut Bian.

"Apa, ayah! gue nggak salah denger nih." gadis itu menatap tajam kearah ayahnya.

"Kenapa natap ayah gitu?" tanya Kusuma.

"Bian udah ayah angkat jadi anak?" Anya mengerucutkan bibirnya.

"Jangan ngawur, ngapain ayah angkat Bian jadi anak. Eh tunggu kalau nanti jadi menantu bakal di anggap jadi anak juga kan." Kusuma terkekeh, ia sengaja membuat Anya kesal.

Anya mengacak rambutnya frustasi, dia mengganggap ayahnya sekarang mungkin sudah gila bisa-bisanya mengatakan hal seperti itu.

"Memangnya masih jaman main jodoh-jodohan," keluh Anya.

"Ayah nggak ngejodohin kok, cuma menyarankan," sahut Bian.

"Bodo amat!!"

"Nya besok kamu mampir ke rumah nenek ya, nenek tadi telpon katanya dia sakit mau di jengukin sama kamu." Kusuma mengalihkan pembicaraan karena Anya sudah ngambek.

"Emang harus Anya kesana?"

"Besok kan hari kerja, tante kamu pasti nggak ada di rumah, kamu nggak kasian sama nenek dia lagi sakit loh."

"Emm iya deh."

"Besok aku temenin ke rumah nenek," ucap Bian.

"nggak perlu, pulang sana lo!"

"Ya udah aku pulang dulu, besok sekolah aku jemput." Bian beranjak dari kursinya, lalu berpamitan pulang pada Kusuma.

"Nya, ayah nggak pernah ngajarin kamu nggak sopan sama orang, apalagi sampai ngusir kayak tadi." Kusuma menatap Anya dengan serius.

"Sorry yah." Anya menunduk tidak berani menatap ayahnya.

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 3 menit yang lalu, kelas sudah mulai sepi karena semua murid sudah beranjak untuk pulang.

"Kamu jadi ke rumah nenek hari ini?" tanya Bian.

"Nggak yakin sih, tapi kalau nggak kesana nanti ayah marah."

"Emang kenapa nggak mau kesana?"

"Males aja ketemu tante yang kayak nenek sihir." Anya menarik napas pasrah.

"Kalau gitu ayok sekarang aja, kata ayah kan tante kamu kerja."

"Bisa nggak ngomongnya normal aja, lo gue, terus jangan panggil ayah cukup om aja, kuping gue geli dengernya, awas aja kalo gue denger lo masih ngomong kayak tadi." Anya beranjak dari kursinya dan mulai meninggalkan kelas.

Hari ini Anya berangkat sekolah bersama Bian, jadi untuk pergi ke rumah neneknya pun harus di antar Bian. Anya tidak bisa menolak karena itu perintah Kusuma untuk  menebus kesalahannya karena sudah mengusir Bian.

Sesampainya di parkiran Anya sudah melihat Devan dan Cahyo.

"Wih couple baru lengket terus nggak mau pisah, kapan nih PJ nya buat kita-kita," ujar Cahyo.

"Mau mata lo gue colok, gue nggak pacaran sama Bian," kesal Anya.

"Aduh sakit banget nggak diakui pacar sendiri, sakit hiks," ejek Cahyo.

Bian Dan Anya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang