"Halo, Ar. Jemput gue, apartemen," ucap Zydan langsung menutup telepon tanpa menunggu jawaban dari Ardan.
Dua puluh menit kemudian, Ardan dan Tasya pun datang.
"Kita mau ke mana sekarang?" tanya Ardan.
"Kita ke rumah ibunya Raina lagi. Gue pengen tau seberapa dekatnya Raina sama Randy karena gue rasa ada yang janggal di sini," jelas Zydan.
"Ya, oke," jawab Ardan tanpa embel-embel lainnya.
"Eh, Nak Zydan. Kok kemari lagi? Emang lestinya belum pulang?" tanya Intan yang saat itu sedang menyiram tanaman.
"Maaf, Bu, apa Ibu tau tentang kedekatan Raina dan Randy?" tanya Zydan to the point.
"Ya, Nak. Raina sayang banget sama Randy. Kebetulan golongan darah mereka pun sama, jadi tak jarang Raina mendonorkan darahnya untuk Randy cuci darah. Bahkan anak-anak panti menyebut Raina ibunya karena saking dekatnya," jelas Intan.
"Ibu tau Randy di rawat di mana?" tanya Zydan lgi.
"Rumah Sakit Permata Hati Central, Nak. Memang kenapa ya? Kok sepertinya begitu khawatir?" tanya Intan yang melihat kecemasan di wajah Zydan.
"Tidak ada, Bu. Nanti Zydan akan jelaskan nanti ya, Zydan pamit dulu, assalamu'alaikum," ucap Zydan kemudian kembali ke mobil.
"Wa'alaikumsalam," jawab Intan.
"Gimana?" tanya Ardan.
"Randy dirawat di Rumah Sakit Permata Hati Central. Lo tau itu di mana?" tanya Zydan.
"Permata Hati Central 'kan rumah sakit para penderita ginjal," ucap Tasya.
"Lo tau, Sya?" tanya Zydan.
"Ya, gue tau. Tapi ngapain Raina di sana? Gak mungkin 'man kalau dia cuma jengukin doang sampai berhari-hari gak pulang?" tanya Tasya bingung.
"ASTAGHFIRULLAH!" ucap Zydan tiba-tiba.
"Kenapa lo?" tanya Ardan kaget.
"Kata nyokap Raina, Raina itu punya golongan darah yang sama seperti Randy. Apa jangan-jangan ...," ucap Zydan terhenti.
"Jangan-jangan Raina mau donorin ginjalnya buat anak itu?" lanjut Tasya.
Zydan dan Ardan saling tatap saat mendengar jawaban Tasya.
"Plis, Ar, gue mohon bawa gue secepatnya ke sana. Gue gak mau terjadi sesuatu sama Raina," tutur Zydan cemas.
Ardan pun tanpa bicara langsung melajukan mobilnya. Ia memutar radio demi mencairkan suasana yang tegang.
Jangan tanya seberapa pucatnya wajahnya Zydan. Bukan hanya rasa khawatir karena pikiran buruknya tentang Raina, tetapi kondisi kesehatannya pun belum terlalu fit, membuat daya tahan tubuhnya turun drastis. Tasya pun sudah beberapa kali menyuruh Zydan untuk makan, tetapi dia tetap menolak.
"Zy, lo makan rotinya kalau gak gue turunin lo di pinggir jalan!" ancam Ardan sedikit berteriak.
Dengan enggan Zydan memakan potongan roti yang diberikan oleh Tasya tanpa bersuara.
"Lo bisa lebih cepet lagi gak sih bawa mobil? Lelet banget kaya siput!" protes Zydan.
Ardan hanya melirik kesal sahabatnya yang kini tiba-tiba berubah menjadi menyebalkan.
"Kalau kita ngebut terus ketangkep polisi, yang ada nanti kita gak akan nyampe ke sana lo tau gak," ucap Ardan.
Kini giliran Zydan yang melirik kesal.
"Udah tau demam. Bukannya tidur, lo dari pada ngoceh melulu bikin kepala gue pusing!" oceh Ardan kesal.
"Gimana gue bisa tidur sedangkan otak gue mikirin keadaan istri gue di sana?" ucap Zydan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Husband (END REVISI✔️)
Romance✨Follow Dulu Sebelum Membaca❤ [Tahap Revisi] Aku harus menikah dengan pria dingin itu sama saja seperti aku dinikahi oleh es balok ~Raina Tiara Andini~ Menikah dengannya mengingatkan ku pada masalalu bersama almh istriku ~Muhammad Zydan Devanorendra...