Part22

3.3K 138 4
                                    

Beberpa hari yang lalu Raina sudah diperbolehkan pulang, tetapi tidak dengan peraturan Zydan yang semakin ketat.

"Sayang, kamu mau ngapain?" teriak Zydan yang langsung berlari menghampiri Raina.

"Mau bantu, Mas," jawab Raina jujur.

"GAK, kamu jangan angkat yang berat-berat apa lagi bungkuk-bungkuk gitu. Nanti bayi kita keteken gimana?" omel Zydan.

"Yaudah, kalau yang itu gak boleh, yang ini aja deh," ucap Raina yang kembali ingin mengangkat kardus yang lebih kecil.

"Sayang, Mas bilang jangan ya, jangan!" ucap Zydan lagi.

"Ini 'kan kecil, Mas, gak berat juga!" ucap Raina yang mulai kesal.

"Mau kecil mau besar pokoknya gak boleh. Kamu gak boleh angkat apa pun, apalagi yang berat-berat. Udah, kamu diem aja duduk di sofa!" titah Zydan.

"Tapi 'kan, Mas, aku bete. Berhari hari cuma diem mulu," rengek Raina.

"Sayang, kamu tuh harus ingat apa kata dokter. Kamu gk boleh cape!" tegas Zydan.

"Yaudah, aku bantu ambil yang itu aja, ya?" ucap Raina menunjuk kantong kresek.

"Gak usah, Sayang. Aku bisa sendiri beresin barang-barang kita. Kamu cukup duduk manis aja, oke?" ucap Zydan lagi.

"Itu gak bikin cape mas, 'kan gk berat," bela Raina.

"Iya, itu gak berat. Tapi nanti kamu cape. Jangankan angkat-angkat
Jalan aja bikin cape. Kalau bisa, kamu jalan juga pake kursi roda aja dulu biar gak cape," ucap Zydan lagi.

Mbok Imah yang mendengar ucapan Zydan hampir saja tersedak oleh ludanya sendiri. Ia berusaha menahan tawanya saat ia mendengar sang majikan yang overprotektif itu kedengaran sedikit lebay.

"Yaampun, Mas, aku ini cuma hamil, bukan sakit kronis!" ucap Raina kesal yang kemudian bangkit dari tempat duduknua dan hendak pergi.

"Kamu mau ke mana, Sayang?" tanya Zydan.

"Ke dapur, mau minum. Kenapa, gak boleh juga?" tanya Raina kesal.

"Udah, kamu duduk lagi. Biar aku aja yang ambilin, oke?" ucap Zydan tersenyum, sedangkan Raina hanya bisa menganga melihat Zydan yang begitu posestif terhadapnya. Jangankan untuk membantunya bekerja. Untuk mengambil air minum pun dia tidak diperbolehkan.

"Udah, Mah, nurut aja
Percuma Mama debat sama Papa. Gak akan menang juga. Uwan juga dulu selalu digituin sama Papa," ucap Ridwan senyum geli.

"Iya, Neng, nurut aja sama Tuan. Tuan gitu juga karena Tuan sayang sama Neng Raina," ucap Mbok Imah yang masih menahan tawanya saat melihat ekspresi Raina yang begotu kesal, sedangkan Zydan hanya bisa tersenyum karena Mbok Imah dan Ridwan sudah paham betul tentang dirinya.

"Ikh, kenapa kalian belain Mas Zydan sih!" ucap Raina semakin kesal dan mengerucutkan bibirnya, sedangkan Zydan hanya bisa terkekeh. Baru kali ini ia melihat Raina sekesal itu, tetapi itu malah membuatnya semakin menggemaskan.

"Ini, sayangku. Diminum ya, susunya. Jangan lupa habisin. Kamu belum minum susu, 'kan?" tanya Zydan lembut.

Raina menoleh menatap gelas yang berisi susu dingin, kemudian menatap Zydan kesal.

"Ayo minum susunya, biar dede bayinya sehat," jelas Zydan lagi.

Raina pun mengambil susu untuk ibu hamil dari tangan Zydan dan meminumnya sampai habis tak tersisa. Entah kenapa, hanya susu buatan Zydan-lah yang bisa masuk kedalam perutnya. Jika orang lain atau ia sendiri yang membuatnya, perutnya tidak mau menerima.

My Cold Husband (END  REVISI✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang