Pagi pun tiba. Seperti yang Zydan katakan kemarin, mulai pagi ini dan seterusnya, dirinya akan mengantar jemput Raina ke tempat praktiknya.
"Tuan, stop. Saya turun di sini saja," ucap Raina.
Namun, Zydan tak menggubrisnya.
"Tuan, stop, Tuan," ucap Raina lagi.
Tetap saja Zydan tak menggubris dan terus melajukan mobilnya mendekati rumah sakit di mana Raina praktik.
"Tuan, Tuan punya kuping, 'kan?" tanya Raina kesal.
"Ssssttt." Zydan langsung mengerem secara mendadak sehingga membuat tubuh keduanya terpelanting ke depan. Mungkin kalau tidak menggunakan sabuk pengaman, keduanya sudah melompat keluar melalui kaca mobil.
"Tuaaann!" teriak Raina terkejut dan langsung mendapat tatapan tajam dari Zydan yang sedari tadi hanya diam.
Raina yang mendapat tatapan mata elang Zydan seketika langsung menunduk takut.
"Apa salah saya, Tuan?" tanya Raina takut.
"Hmmzzz, harus berapa kali saya bilang? Jangan panggil saya 'Tuan' lagi! Apa kamu mau seperti kemarin, ditertawakan oleh Ardan? Saya harap kamu mengerti ucapan saya kali ini!" ucap Zydan kembali melajukan kendaraannya.
"Iya, Tuan, eh, Mas," ucap Raina kapok.
"Stop, Mas. Raina turun di sini saja. Raina ngak mau kalau teman-teman Raina sampai liat Raina diantar pakai mobil gini, Raina ngak enak," ucap Raina.
Zydan pun kembali mengerem, tetapi kali ini lebih pelan dari yang sebelumnya.
"Kamu yakin turun di sini?" tanya Zydan.
"Iya, Tuan, eh, Mas. Duh, nih mulut salah mulu sih!" gerutu Raina memukul mulutnya sendiri.
Zydan hanya terkekeh melihat kekonyolan Raina.
"Raina pamit ya, assalamu'alaikum," ucap Raina yang langsung mencium punggung tangan kanan Zydan.
"Wa'alaikumsalam," balas Zydan.
"Raina, tunggu!" teriak Zydan yang melihat Raina sudah menjauh.
"Iya ada apa, Tuan?" tanya Raina kembali ke mobil.
"Kamu tadi panggil saya apa?" tanya Zydan lagi.
"Ekh, maaf, Mas. Ada apa ya, panggil Raina tadi?" ucap Raina.
"Kamu hari ini pulang jam berapa?" tanya Zydan.
"Kurang tau, Mas. Nanti kalau mau jemput kabarin aja ya," pinta Raina.
Zydan hanya mengangguk, kemudian kembali melajukan mobilnya.
"Kenapa gue was was gini ya kalau si cunguk Ardan macem-macem sama Raina? Apa karena gue tau banget gimana sifat dan tabiatnya dia? Gue rasa dia suka sama Raina!" gumam Zydan merasa tak nyaman.
"Raina kamu pulang sama siapa?" tanya Ardan yang sudah menyejajarkan dirinya dengan
Raina yang tengah berdiri di salah satu halte."Gk tau nih. Tadi pagi sih Mas Zydan ngomongnya mau jemput, tapi kok sampai sekarang belum ada kabar juga, ya? Apa dia gak jadi jemput. Mungkin nanti aku naik angkot,"ucap Raina lagi.
"Oh. Daripada kamu naik angkot, mending bareng aja sama aku. 'Kan rumah kita searah," usul Ardan yang merasa senang, sebab sepertinya dia mendapat peluang untuk mendekati Raina. "Daripada kamu di sini nungguin Zydan yang gak datang-datang? Terus kamu kalo ada yang nyulik gimana?" ucap Ardan menakut-nakuti.
"Ikh, Ardan! Kok ngomong gitu sih, 'kan aku takut!" ucap Raina polos.
Ardan yang melihatnya sungguh merasa gemas dengan kepolosan Raina
"Yaudah, mending bareng aku aja. Ayo, Zydan juga gak datang-datang," ucap Ardan lagi.
"Heh heh heh. Siapa bilang gue gak dateng? Mepet aja lo, istri gue tuh!" ucap Zydan baru datang dan langsung sewot.
"Haha, lagian lo tega banget sih biarin bidadari secantik dia nunggu selama ini," ucap Ardan, sukses membuat semburat merah muncul di pipi Raina.
"Apaan si lo? Gombalin istri gue mulu, awas, awas!" ketus Zydan langsung masuk ke antara mereka berdua, atau lebih tepatnya menyingkirkan Ardan agar ia menjauh dari Raina.
"Lo kenapa sih? Sentimen banget sama gue?" tanya Ardan, terkekeh oleh tingkah laku Zydan.
"Gue peringatin ya, sama lo. Gak usah deket deketin istri gue. Kalau sampai berani, gue bikin lo lebih parah dari tempo hari!" ancam Zydan.
"Hahahaah, atut," ledek Ardan. "Kali ini gue gak mau ngalah sama lo. Emang kenapa?" tanya Ardan lagi.
"Siap-siap aja lo gak bisa bangun besok!" balas Zydan.
"Hahaa, titip Raina, ya. Awas aja lo sampai nyakitin dia. Kalau sampai gue tau lo nyakitin dia, jangan harap kalau gue kasih kesempatan lo deketin Raina lagi. Satu kali lo kasih celah buat gue pasti lo bakalan nyesel seumur hidup!" teriak Ardan yang sudah ditinggalkan Zydan dan Raina.
"Mas, sebenarnya kamu sama Ardan temenan apa musuhan sih?" tanya Raina bingung.
"Dia itu teman sekaligus musuh saya," jawab Zydan masih fokus menyetir.
"Oiya, mending kamu jauh-jauh dari sama dia! Dia tuh orangnya sedikit gila!" ucap Zydan lagi.
TBC
jangan lupa vote dan komen 🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Husband (END REVISI✔️)
Romance✨Follow Dulu Sebelum Membaca❤ [Tahap Revisi] Aku harus menikah dengan pria dingin itu sama saja seperti aku dinikahi oleh es balok ~Raina Tiara Andini~ Menikah dengannya mengingatkan ku pada masalalu bersama almh istriku ~Muhammad Zydan Devanorendra...