Part 19

3.4K 161 3
                                    

Seperti biasa setiap malam tanpa Raina ketahui, Zydan selalu terbangun dari tidurnya dan selalu berbicara pada foto mendiang istrinya yang selama ini selalu Zydan rahasiakan dari Raina.

"Marisa Sayang, apakah kamu akan marah padaku jika aku mulai mencintainya? Jujur, saat ini aku sedang dilanda kebingungan. Aku merasa ada yang aneh dengan diriku. Aku merasa kehadiran dirimu dalam sosok Raina. Apakah aku salah memiliki perasaan seperti itu? Aku bingung apakah aku mencintainya atau aku hanya melihat dirimu dalam dirinya sehingga aku merasa nyaman saat bersamanya. Jujur, kalian begitu mirip. Mulai dari wajah kalian, senyum kalian, kelembutan hati ...  bukan hanya aku yang sepertinya merasakan hal itu, tetapi anak kita juga, Sayang. Ridwan merasa dia menemukan seorang ibu dalam diri Raina. Namun, perasaan bingungku sekarang semakin bertambah. Bukan hanya tentang perasaanku padanya, tetapi aku juga bingung harus bersikap seperti apa pada adikmu, Puput. Kau mengenal dia dengan sangat baik, bukan? Tentang bagaimana sifat dan sikap dia? Aku rasa dia menyimpan perasaan lebih padaku, bukan sekedar hubungn adik dan kakak ipar. Aku merasakan itu sejak dulu di saat kita masih bersama dan mungkin kau juga mengetahuinya. Aku tidak ingin obsesinya untuk memilikiku menyakiti dirinya dan juga orang lain. Namun, apa yang bisa aku perbuat? Aku tidak bisa menjelaskan kalau yang dia lakukan selama ini salah karena aku takut dia berbuat nekat. Kau juga menitipkannya padaku agar aku menjaga adikmu. Jujur, aku merasa sedikit risih dengan sifatnya yang manja padaku. Jujur, banyak yang harus kulakukan. Bagaimanapun juga Raina adalah istriku saat ini. Raina bukan kamu yang mengerti bagaimana adikmu, tetapi lihatlah. Raina pun bersikap sama sepertimu, membiarkan Puput selalu bersikap seperti itu dan dia pun berpikiran sama denganmu. Dia tidak ingin Puput berbuat nekat yang nantinya menyakiti dirinya sendiri hanya karena aku menolaknya. Aku bingung siapa sebenarnya. Adikmu Puput atau Raina. Jujur, aku merasa takut jika perasaan yang aku rasakan saat ini hanya perasaan rinduku padamu, bukan perasaan yang sesungguhnya ketika aku mencintai dia. Aku takut jika aku hanya memberi harapan palsu padanya. Dia terlalu baik jika aku sampai menyakitinya, Sayang," ucap Zydan sambil mengusap foto yang sedari tadi dipegangnya.

Raina yang sedang tertidur sempat terbangun. Samar-samar ia mendengar nama wanita yang selama ini Zydan sebutkan sembari menatap sebuah foto.

Marisa. Apakah itu nama ibunya Ridwan? Demikian pikir Raina yang penasaran ketika dia sudah terbangun pagi ini. Sepanjang hari dia terus memikirkan siapa Marisa sebenarnya. Ingin rasanya ia tanyakan langsung pada Zydan, tetapi dia tidak berani karena dia masih ingat betul perkataan Mbok Imah. Jangan pernah tanyakan perihal istri Tuan dan jangan pernah bangunkan Tuan yang sedang tertidur.

Namun, rasa penasaran Raina malah semakin besar kala ia trus memendamnya.

"Mbok, siapa Marisa?" tanya Raina yang akhirnya memutuskan untuk kembali bertanya pada Mbok Imah, berharap kali ini mendapatkan jawaban.

"Bukan siapa-siapa, Neng," ucap Mbok Imah menghindar.

"Mbok Imah, Raina mohon. Raina tau Marisa itu ibunya Ridwan. Wanita yang selama ini Tuan pandangi fotonya setiap malam, iya 'kan?" tanya Raina mendesak.

"Mmm ... kalau Neng tau, kenapa harus bertanya lagi sama Simbo?" jawab Mbok Imah.

"Karena Raina ingin tau ke mana sebenarnya istri Tuan. Kenapa sampai sekarang Tuan masih saja mengharapkan dia dan belum bisa melupakan dia?" tanya Raina dengan nada sedkit kecewa.

"Duduklah, Neng. Simbo akan ceritakan semuanya karena mungkin ini sudah waktunya Neng Raina tau semuanya tentang Tuan, karena bagaimanapun juga Neng Raina sudah menjadi istri Tuaan dan berhak mengetahui semuanya," ucap Mbok Imah.

Raina pun menuruti ajakan Mbok Imah untuk duduk.

"Begini neng Raina ceritanya. Tuan dan Non Marisa menikah lima tahun yang lalu. Mereka saling mencintai dan mungkin sampai saat ini Tuan masih menyimpan perasaan yang masih sama. Namun, takdir berkata lain. Rupanya Non Marisa mengidap penyakit leukimia atau kanker darah dan harus mendapatkan donor sumsum tulang belakang, persis seperti Den Ridwan. Namun, Non Marisa tidak pernah memberitahukan perihal penyakitnya pada Tuan, terlebih lagi saat itu Non Marisa tengah mengandung Den Ridwan dan pengobatannya mengharuskan Non Marisa menggugurkan kandungannya. Akhirnya, Non Marisa memilih untuk mempertahankan kehamilannya dan menutupi rapat-rapat penyakitnya dari Tuan karena Non Marisa tidak ingin mengambil kebahagiaan Tuan saat mendengar Non Marisa mengandung. Semakin hari kondisi Non Marisa semakin parah karena dia tidak pernah meminum obat apa pun. Dia tidak ingin obat yang diminumnya berpengaruh pada kehamilannya, sedangkan Tuan disibukkan oleh pekerjaannya sehingga Tuan tidak terlalu memerhatikan kondisi Non Marisa. Lebih tepatnya, Non Marisa selalu menutupi setiap pertanyaan Tuan yang menanyakan kondisinya. Dia selalu menjawabnya efek kehamilan, hingga akhirnya kondisi Non Marisa benar-benar parah saat kehamilannya sudah memasuki usia sembilan bulan. Dia hilang kesadarannya dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Di situlah Tuan baru mengetahui kalau Non Marisa memiliki penyakit yang mematikan dan dokter pernah memberitahukan konsekuensinya pada Non Marisa. Meski demikian, Non Marisa memilih untuk menyelamatkan anaknya. Hingga detik-detik terakhirnya Non Marisa dioperasi untuk menyelamatkan den Ridwan. Satu jam setelah operasi, Non Marisa pun tiada. Hal itulah yang membuat Tuan selalu merasa bersalah pada Non Marisa dan sulit untuk melupakannya. Satu hal lagi. Ada satu lagi yang sepertinya membuat Tuan sulit untuk melupakan Non Marisa," jelas Mbo Imah.

My Cold Husband (END  REVISI✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang