"Raina, kamu duluan saja ke bawah. Barang saya ada yang tertinggal," ucap Zydan yang kembali masuk ke dalam kamar.
"Iya, Tuan," jawab Raina.
Raina pun berjalan dengan sangat hati-hati karena ia masih merasa ngilu jika harus banyak bergerak.
Zydan pun keluar dan dia masih mendapati Raina yang berjalan merayap seperti kura-kura. Untuk seaat dia hanya memerhatikan, setelah itu Zydan pun menyusul Raina untuk turun ke bawah.
"Kamu kenapa?" tanya Zydan
"Haah, emm tidak, Tuan," jawab Raina terkejut, karena rupanya Zydan sudah berada di belakangnya
Zydan pun kembali diam dan kembali memerhatikan Raina yang sepertinya aneh.
"Sssstttt," desis Raina saat dirinya mulai menuruni anak tangga yang pertama. Mungkin langkahnya yang terlalu lebar membuatnya kembali merasa ngilu.
"Kamu kenapa?" tanya Zydan lagi yang kini sudah mensejajarkan posisinya dengan Raina.
"Mmmm," Raina hanya mengigit bibir bawahnya karena ragu untuk mengatakannya.
"Kenapa?" tanya Zydan lagi.
"Sebenarnya ... mmm," ucap Raina ragu
"Sebenarnya apa?" tanya Zydan mendesak.
Tanpa bicara, Raina langsung menarik tangan Zydan dan mendekatkan telinga Zydan ke telinganya.
"Sebenarnya saya masih merasa sedikit sakit dan juga ngilu, Tuan," ucap Raina berbisik, karena ia pun merasa malu kalau harus mengatakan itu kepada Zydan.
Zydan yang mendengarnya sedikit tak percaya kalau Raina akan berbicara tentang itu. Ia menatap Raina dengan menaikkan kedua alisnya pertanda bertanya kebenarannya.
Raina yang melihatnya hanya mengangguk malu.
Tanpa permisi Zydan langsung menggendong Raina, membuatnya terkejut dan refleks mengalungkan tangannya di leher Zydan karena takur terjatuh.
"Tuan ... Tuan, apa yang Tuan lakukan? Turunkan saya!" protes Raina.
"Sudah, diam saja. Kalau menunggumu berjalan seperti tadi, kita akan sampai rumah sakit pukul sepuluh, bukan pukul tujuh. Kamu berjalan lambat seperti kura-kura!" protes Zydan.
Raina yang mndengarnya hanya cemberut karena dirinya disamakan dengan kura-kura.
"Kenapa? Tiidak suka aku bilang kamu kayak kura-kura?" tanya Zydan datar.
Raina hanya menggeleng.
"Maaf," ucap Zydan yang tetap pokus memandang ke depan.
"Untuk?" tanya Raina.
"Untuk semua yang sudah kulakukan terhadapmu semalam. Karena aku, kamu seperti ini," ucap Zydan sesaat melirik kearah Raina.
"Mmm," Raina hanya menjawab dengan anggukan.
Ternyata Tuan baik juga, ucap Raina dalam hati. Tapi emang ini tugasnya, dia harus bertanggung jawab. Aku begini 'kan karena dia juga. Kalau diliat-liat, apalagi kalo lebih dekat, rupanya Tuan ganteng banget, apalagi semalam.
Raina mengingat kembali kejadian semalam dan cengengesan sendiri. Semalam tuan dingin ini tiada. Yang ada hanya tuan yang begitu panas, begitu menggoda. Mungkin jika Tuan berperilaku seperti itu terus setiap hari mungkin aku akan tergila-gila kepadanya. Tapi, kenapa ya, Tuan menjadi dingin seperti ini? Akh, kenapa aku jadi mikirin Tuan, sih? Apa mungkin aku sudah jatuh cinta kepadanya? Terlebih lagi semalam dia sudah mengambil kegadisanku sehingga membuatku takut kehilangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Husband (END REVISI✔️)
Romance✨Follow Dulu Sebelum Membaca❤ [Tahap Revisi] Aku harus menikah dengan pria dingin itu sama saja seperti aku dinikahi oleh es balok ~Raina Tiara Andini~ Menikah dengannya mengingatkan ku pada masalalu bersama almh istriku ~Muhammad Zydan Devanorendra...