Part 25
"Mas, bangun Mas! Raina mohon," ucap Raina terisak sambil mengikuti langkah suster yang mendorong brankar Zydan.
"Tenanglah, Raina. Zydan pasti baik-baik saja," ucap Tasya menenangkan Raina.
"Gak, Kak Tasya. Ini semua memang salah Raina. Kenapa Mas Zydan harus nolongin Raina? Jadinya dia yang terluka kaya gini," ucap Raina lagi.
"Dia kuat, Raina. Kamu harus yakin itu, karena dulu pun dia pernah kecelakaan lebih parah dari ini. Dia sempat koma selama seminggu dan dia pulih dalam waktu tiga hari. Jadi, aku yakin dia bisa lewatin ini," ucap Tasya memberi semangat.
"Lebih baik kamu ikut saya, yuk, Raina. Lukamu juga perlu dibersihkan," ucap Tasya yang baru ingat bahwa Raina pun terluka.
Tiga jam sudah berlalu. Zydan berada di dalam ruang operasi. Selama tiga jam pula Raina tak henti-hentinya berdoa dalam tangisannya, hingga akhirnya Ardan keluar dengan senyuman.
"Tenanglah, Raina. Zydan baik-baik saja. Operasinya berjalan dengan lancar. Kita doakan saja agar Zydan segera melewati masa-masa kritisnya," ucap Ardan memberi semangat.
"Alhamdulilah," ucap Raina. Akhirnya dia bisa bernapas lega juga, tetapi tidak menutup rasa cemasnya seblum dia bisa melihat suaminya membuka mata.
Dua hari sudah berlalu, akhirnya Zydan membuka mata.
"Na, Raina," panggil Zydan dengan suara yang begitu berat.
"Heh, loh, udah bangun, Zy?" sapa Tasya menghampiri.
"Raina mana, Sya?" tanya Zydan lemah.
"Dia gue suruh pulang. Masian selama nungguin lo di sini dia belum istirahat sedikit pun. Apalagi dalam kondisinya yang lagi hamil gini seharusnya dia harus banyak istirahat dan jangan terlalu banyak beban. Itu pun dia baru mau balik karena gue bilang kondisi lo udah stabil. Ternyata dia lebih keras kepala dari lo, Zy," ucap Tasya.
Zydan hanya terkekeh dengan penuturan Tasya, bahwa istrinya lebih keras kepala daripada dirinya.
"Yaudah, gue cabut dulu ya. Kalau lo butuh sesuatu tinggal pencet aja tuh tombol" kata Tasya, menunjuk ke sisi ranjang. "Nanti ada suster yang datang kemari."
Zydan mengangguk lemah.
Cklek. Pintu kembali terbuka. Zydan harap itu Raina, tetapi ternyata si dokter mesum dengan senyum di bibirnya. Sebuah senyuman yang penuh dengan ejekan.
"Ngapain lo ke sini?" tanya Zydan ketus.
"Hehe slow, Bro. Kapan lagi gue liat lo lembek kaya gini," ucap Ardan tersenyum puas.
"Sana lo balik!" usir Zydan ketus.
"Mau banget ya gue balik? Kebetulan Raina lagi sendiri di rumah," ucap Ardan dengan senyum menggodanya.
Mata Zydan langsung melotot dan hendak bangkit untuk mencengkram kerah baju sahabatnya yang menyebalkan itu. Dia selalu suka mengganggu miliknya. Namun, keinginannya tertahan kala dadanya terasa sakit.
"Aakhh!" pekik Zydan menyentuh lukanya yang belum kering."Issttt, tuh 'kan, luka lo berdarah lagi," ucap Ardan perhatian.
"Gak usah sok deh, berdarah dikit gini doang juga. Lebay banget sih lo!!" balas Zydan.
"Sini gue periksa dulu," ucap Ardan
"Gak usah gue gapapa," balas Zydan.
"Lain kali kalau mau ngajak ribut gue, sembuhin dulu diri lo. Gue gak level ngelawan orang yang lemah gini!" ucap Ardan sembari memeriksa infus Zydan dengan nada sombongnya.
Ingin rasanya Zydan mencongkel bola mata Ardan yang tengah memandangnya remeh.
"Jauhin istri gue!" ucap Zydan serius.
Ardan yang mendengarnya hanya tertawa.
"Gue serius!" tegas Zydan.
"Terus gimana dengan mak lampir lo?" tanya Ardan yang sudah duduk di dekat Zydan.
"Sialan lo!" ucap Zydan hendak memukul Ardan, tetapi lagi-lagi harus tertahan oleh rasa sakit di dadanya.
Sore berganti pagi, tetapi sampai hari ini Raina belum juga kembali.
"Tar, Raina belum jengukin gue, ya?" tanya Zydan kepada Tari, sekretaris sekaligus sahabatnya yang saat ini tengah menjenguknya.
"Kayanya belum. Memangnya kenapa?" tanya Tari.
"Kok dia gak ada nemuin gue, ya? Apa dia sakit?" tanya Zydan.
"Coba lo telpon seseorang buat liat dia," usul Tari.
Zydan pun langsung menghubungi Ardan dan juga Tasya untuk meminta tolong agar mereka menemui Raina di apartemen mereka.
"Ar, gue minta tolong sama lo. Tolong temui Raina ke apartemen gue. Gue khawatir dia sakit," ucap Zydan.
"Oke, nanti gue telpon balik," ucap Ardan.
Ardan pun menemui Tasya terlebih dulu dan di sana dia menemukan Ridwan yang sedang bermain dengan sang asisten.
"Kok Ridwan di sini, Sya?" tanya Ardan.
"Emang dia di sini dari kemarin lusa. Emang dia mau sama siapa lagi?" tanya Tasya.
"Terus Raina ke mana?" tanya Ardan sedikit panik.
"Bukannya dia di rumah sakit nungguin Zydan?" tanya Tasya.
"Kita harus liat Raina ke kamarnya," ajak Ardan panik.
Akhirnya, Ardan dan Tasya pergi ke kamar Raina. Namun, mereka tidak menemukan siapa pun. Yang ada hanya ruangan yang berantakan karena kegilaan Puput tempo hari.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Husband (END REVISI✔️)
Romance✨Follow Dulu Sebelum Membaca❤ [Tahap Revisi] Aku harus menikah dengan pria dingin itu sama saja seperti aku dinikahi oleh es balok ~Raina Tiara Andini~ Menikah dengannya mengingatkan ku pada masalalu bersama almh istriku ~Muhammad Zydan Devanorendra...