Pagi ini Zydan tidak bisa mengantar Raina ke rumah sakit karena ia harus pagi-pagi sekali berangkat ke kantor.
Itu sebuah kesempatan untuk Ardan mendekati Raina lagi.
"Dok, lain kali ngak usah jemput Raina lagi ya, Raina ngak enak sama orang-orang. Mereka sudah menggosipkan kita. Mereka pikir kita punya hubungan. Raina ngak enak sama temen yg lain," ucap Raina
"Memang kenapa harus memedulikan orang lain?" tanya Ardan
"Raina ngak enak sama fans-fans-nya dokter," ucap Raina, yang malah dibalas gelak tawa oleh Ardan
"Haha .... Raina, Raina. Kamu itu lucu banget sih. Emang kita artis, sampe digosipin segala? Memangnya aku siapa sampai punya fans segala?" tanya Ardan.
"Ihhh ... Dokter ngak tau aja kalau sebenarnya di rumah sakit tuh banyak banget yang nge-fans sama Dokter," Jelas Raina.
"Termasuk kamu?" tanya Ardan dengan bodohnya, padahal dia tau seberapa polosnya Raina.
"Nggak, kita 'kan cuma temen," jawab Raina polos yang sukses membuat Ardan merasa gemas sendri. Ingin rasanya dia membelokkan mobilnya yang tengah melaju ke arah lain. Ingin rasanya dia menculik Raina yang kelewat polos ini dan memilikinya seutuhnya jika dia tidak mengingat bahwa Zydan adalah sahabatnya.
"Kamu jujur banget, ya?" tanya Ardan lagi.
"Kalau bohong 'kan nanti kita dosa." Jawaban Raina lagi-lagi membuat Ardan tidak tahan. Jngin rasanya dia mengacak-ngacak rambut Raina dan bahkan memeluknya.
"Kamu tuh, ya," balas Ardan.
"Aku kenapa?" tanya Raina.
"Kamu ... mmm ... kamu sudah buat aku gila, Raina. Beruntung banget Zydan bisa dapetin lo," ucap Ardan dalam hati.
"Aku kenapa?" tanya Raina penasaran.
"Kamu cantik." Itu adalah jawaban yang paling mudah untuk Ardan ucapkan.
Namun, rupanya jawaban itu salah besar. Pujiannya malah membuat semu merah muncul di pipi Raina. Hal itu membuatnya sangat menggemaskan sampai-sampai kuku-kuku jari Ardan memutih karena mencengkram setir mobil dengan kuat demi menahan tangannya agar tidak berhamburan memeluk atau mengigitnya karena saking gemasnya.
"Raina, kita sudah sampai," ucap Ardan yang salah tingkah sendiri. Dia tidak tahu kalau mereka tidak cepat sampai dan terus mengobrol, dia tidak yakin bisa mengendalikan dirinya lebih lama lagi dan mungkin saja ia mendapat tamparan keras dari Raina karena ulah bodohnya.
Raina pun segera bergegas turun. "Dokter, terima kasih, ya," ucap Raina tersenyum dan senyuman itu mampu menjadi obat seharian untuk mood Ardan.
"Raina, Raina, lo punya hubungan apa sih sama Dokter Ardan? Perasaan gue liat lo deket banget sama dia?" tanya Dini.
"Iya ... Raina, lo pacaran ya, sama dokter Ardan?" timpal Diah.
"Serius lo pacaran sama dia?" tanya Aulia dan Safira.
"Ihh .... Apaan sih kalian? Nanya kok gitu banget. Orang aku ngak punya hubungan apa-apa sama dia, kita tuh cuma temenan," jawab Raina.
"Ya elah, Raina. Ngak usah ngelak deh, orang gua sering liat lu dateng dan pulang bareng sama dia. Masa' sih ngak punya hubungan lebih dari temen?" tanya Diah sedikit sewot.
"Eh kenapa lo, Diah? Kok sewot gitu?" tanya Safira.
"Kamu suka ya, sama Dokter Ardan?" goda Raina.
"Ihhh ... apaan sih lo Raina!" bantah Diah.
"Udah, ngaku aja. Lagian aku beneran kok ngak punya hubungan apa pun sama dia. Aku 'kan udah nikah," jawab Raina keceplosan.
"WHAT?" tanya mereka serempak.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Husband (END REVISI✔️)
Romance✨Follow Dulu Sebelum Membaca❤ [Tahap Revisi] Aku harus menikah dengan pria dingin itu sama saja seperti aku dinikahi oleh es balok ~Raina Tiara Andini~ Menikah dengannya mengingatkan ku pada masalalu bersama almh istriku ~Muhammad Zydan Devanorendra...