Part 10

4.3K 177 3
                                    

Asyik mengobrol sepanjang perjalanan membuat Ardan tak henti-hentinya tersenyum saat mendengar jawaban demi jawaban dari Raina yang polos.
"Stop, stop ... ini rumahnya," ucap Raina memberi perintah.
"Ooh ... ini rumah kamu, besar juga ya?" ucap Ardan.
"Em ... bukan rumah saya, Dok, saya cuma numpang," jawab Raina polos.
Terkadang orang lain mati-matian berbohong agar terlihat kaya, tetapi dia malah sebaliknya.
"Oiya, Rain. Kalau di luar panggil saya Ardan aja ya, jangan Dokter atau Pak," ujar Ardan.
"Iya, Dok—eh, Ardan. Makasih, ya," ucap Raina melambaikan tangannya.
Rupanya sang tuan rumah sudah memerhatikan mereka yang kebetulan sedang mengambil sesuatu dari dalam mobil.
Raina pun melenggang masuk tanpa melihat Zydan dari balik pintu mobil yang setengah terbuka.
"Tadi siapa?" tanya Zydan tiba-tiba yang sontak membuat Raina tersentak karena terkejut.
"Oohh ... eemm, teman, Tuan," jawab Raina gugup.
"Cewek atau cowok?" tanya Zydan lagi dengan nada datar, terdengar seperti sedang menginterogasinya.
"Cowok, Tuan, namanya Ardan. Katanya sih dia anak komplek sini juga, rumahnya tidak jauh dari rumah kita," jawab Raina polos.
"Sejak kapan kita punya tetangga dokter?"  tanya Zydan lagi.
Raina mengangkat bahu karena dia pun tidak tahu.
Sesampainya di dalam pun Zydan masih memerhatikan Raina dengan tatapan tajamnya, seolah-olah dia sedang menyusun rencana di otaknya
Hari terus berganti.
Tidd ... tiddd .... Suara klakson terdengar dari luar rumah.
"Siapa sih pagi-pagi berisik begini? Lah, mobil yang kemarin! Ngapain dia kemari? Demikian pikir Zydan curiga.
Rupanya Raina sudah bersiap dan hendak turun.
"Itu temanmu, bukan?" tanya Zydan mengarahkan pandangannya keluar rumah. Raina pun mengikutinya.
"Oh iya , Tuan. Sepertinya itu dokter Ardan deh, tapi ngapain ya, dia ke sini?" tanya Raina dengan polosnya, padahal sudah sangat jelas kalau Ardan sedang menunggunya saat ini.
"Tuan, saya permisi ya, takut telat," izin Raina.
"Bareng sama dia?" tanya Zydan datar.
"Dia siapa?"  tanya Raina polos.
"Dia yang ada di luar sana. Bukannya dia kemari mau jemput kamu?!" tanya Zydan sedikit sinis.
"Ngapain dia ke sini jemput aku? Perasaan aku ngak minta dijemput deh," ucap Raina yang sepertinya memang benar-benar belum mengerti atau dia yang tidak peka.
"Mana saya tau?" jawab Zydan kemudian melangkah pergi, padahal dirinya merasa penasaran. Kenapa laki-laki itu mencurigakan? Begitu pikir Zydan.
Jam makan siang tiba. Jujur, sepanjang hari Zydan terus memikirkan siapa laki-laki yang sepertinya ada maksud lain di balik kebaikannya itu hingga ia memutuskan untuk mengirim pesan kepada Raina.
"Raina, nanti pulangnya saya jemput. Tunggu saja saya," ketiknya.
Tiga menit kemudian, ponsel Zydan bergetar di atas mejanya. Dengan cepat Zydan menyambar benda pipih tersebut dan langsung membuka notifikasi yang masuk.
"Memang Tuan tidak kerja?" balas Raina
"Saya ada lembur jadi saya pulang agak malam. Sekalian," balas Zydan lagi.
"Iya, Tuan," jawab Raina.
Sore berganti malam. Padahal dia sudah pulang sejak tadi sore. Zydan berbohong karena Raina pasti akan menolak jika dirinya benar-benar berniat ingin menjemputnya.
Rasa penasaranlah yang membuat Zydan memutuskan untuk melakukannya. Ia penasaran laki-laki seperti apa yang menjadi teman Raina,. Dia tidak ingin Raina salah bergaul.
"Raina, kamu belum pulang?"  tanya Ardan yang kemudian menghampiri Raina.
"Belum," ucap Raina gusar karena dia sudah tiga puluh menit mnunggu.
Yang ia takutkan bukanlah Zydan tidak menjemputnya, tetapi ia takut jika ternyata terjadi sesuatu terhadapnya.
"Kamu lagi nunggu seseorang?" tanya Ardan lagi.
"Iya, saya menunggu seseorang," jawab Raina lagi.
"Tapi saya perhatikan kamu sudah tiga puluh menit menunggu. Mungkin dia tidak jadi menjemputmu. Gimana kalau kita pulang bareng?" ajak Ardan lagi.
"Emmm, tidak, terima kasih. Saya masih mau menunggunya sebentar lagi," tolak Raina.
"Ya sudah kalau gitu. Saya temani ya, kalau dia tidak dateng kita pulang bareng," ucap Ardan lagi.
Raina hanya diam,. Dia masih gelisah karena Zydan tak kunjung datang.
"Raina," panggil seseorang. Suara itu terdengar tidak asing untuk Raina. Dia pun langsung menoleh ke belakang dan kini senyumnya sudah mengembang. Ia bisa bernapas lega saat ia melihat wajah tampan tuan muda yang menjadi suaminya.
"Maaf telat ... tadi macet," ucap Zydan menghampiri dan matanya langsung tertuju pada sosok laki-laki yang sedari tadi berdiri di samping istrinya dengan tatapan tajam yang sulit diartikan.
Raina yang melihatnya langsung memperkenalkan satu sama lainnya.
"Mas, kenalin. Ini Dokter Ardan teman sekaligus pembimbing saya di sini,” ucap Raina memperkenalkan dan ini—" Ucapannya terpotong kala Zydan mengenalkan dirinya sendri.
"Muhammad Zydan Devanorendra, suaminya Raina," ucap Zydan dengan nada yang tak biasa. Zydan pun menerima jabatan tangan dari Ardan.
"Saya peringatkan kepada Anda untuk tidak mendekati istri saya!" ucap Zydan dengan nada sedikit mengancam.
"Memangnya kenapa, Tuan Zydan?" tanya Ardan yang tak kalah menantangnya
Raina yang mndengarnya dibuat cemas karena dia takut akan ada hal buruk yang terjadi karena dirinya.
"Sejak kapan Anda kembali dari Australia, hah? Saya pikir Anda sudah lupa jalan pulang ke Indonesia!" ucap Zydan, membuat Raina semakin bingung.
"Hahaha ... saya sudah hampir tiga bulan kembali, Tuan Zydan," ucap Ardan tertawa yang kemudian merangkul Zydan dengan erat. Raina semakin dibuat bingung oleh mereka berdua. Namun, Raina bernapas lega karena bukan baku hantam yang tejadi, tidak seperti yang dia pikirkan dan yang dia takutkan.
"Kalian saling kenal?" tanya Raina masih bingung.
"Jadi, kamu sudah menikah Raina?" tanya Ardan kemudian.
"Iya. Dia istri gue, jadi gue peringatin lo. Jangan coba-coba deketin istri gue kalau lo gak mau bernasib sama seperti waktu SMA dulu!" ucap Zydan.
Ardan nyengir kala mengingat kejadian di mana dirinya babak belur oleh Zydan dan bahkan sampai satu minggu tidak bisa masuk sekolah karena dirinya ketahuan mendekati pacar Zydan.
"Hahaa ... kenapa sih gue kalah star mulu sama lo?" ucap Ardan cengengesan.
“Karena lo selalu kurang beruntung!"  balas Zydan yang tak kalah sewot.
"Sejak kapan Tuan kenal Dokter Ardan?" tanya Raina yang masih penasaran dengan keakraban mereka.
"Oh ... dia ini teman saya dari SMA, Raina. Tapi kami hilang kontak karena dia pergi keluar negeri buat kuliah," jawab Zydan.
"Eeehhh ... tunggu, tunggu. Tadi kamu panggil dia ap, Raina.? Tuan?" tanya Ardan.
"Bukannya kalian suami istri, ya? Terus, kenapa kamu panggil dia ‘Tuan’?"  tanya Ardan heran.
Raina gugup karena Zydan sudah pernah memperingatinya untuk tidak memanggil “Tuan” di hadapan orang lain.
"Ahh, emm, kamu salah denger kali Ardan. Saya tadi panggil Mas, ‘kan? Eh, Mas, ya ‘kan, Mas?" tanya Raina gugup.
Ardan yanh mendengar dan melihat kegugupan Raina dibuat gemas olehnya dan akhirnya tertawa terbahak-bahak.
Zydan langsung menatap Raina, membuatnya langsung menunduk karena sepertinya dia telah membuat kesalahan.
"Lo bawa mobil?" tanya Zydan pada Ardan.
"Iya, gue bawa," jawab Ardan.
"Yaudah, gue duluan ya," pamit Zydan, melihat dari raut wajah Raina yang sudah begitu lelah.
"Oke, siap, Bro, hati-hati," ucap Ardan.
Setelah kepergian Raina dan Zydan, Ardan kembli ke rumah sakit untuk mengambil sesuatu yang tertinggal.
"Raina ... Raina kenapa sih lo harus jadi istrinya Zydan? Kenapa juga gue harus selalu didahuluin lo, Zy? Akh, gak asik lo, Zy!" decak Ardan tak suka.
"Raina, mulai besok saya akan antar jemput kamu," ucap Zydan datar.
"Kenapa?" tanya Raina heran.
"Jangan banyak bertanya!" jawab Zydan.
"Baik, Tuan," jawab Raina tak ingin membantah karena percuma saja. Itu akan sia-sia. Ucapan Zydan adalah hal mutlak tidak bisa diganggu gugat.
Sebenarnya Zydan sdah menangkap sinyal kalau Ardan tertarik pada Raina dan dia paling tidak suka ketika sesuatu yang adalah miliknya diusik oleh orang lain, meski itu terdengar egois karena dirinya sebenarnya belum bisa melupakan masa lalunya. Waalau begitu, tetap saja dia tidak suka.
Terlebih lagi jika itu adalah seseorang yang sudah lama dikenalnya; teman sekaligus musuhnya yang selalu membuatnya emosi sedari dulu . Namun, dia teman terdekat Zydan satu-satunya. Meski mereka selalu ribut, tetapi mereka selalu saja akrab.

Bersambung

My Cold Husband (END  REVISI✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang