Raina menggeliat geli kala dirinya menerima beberapa cumbuan di leher jenjang miliknya
Terlebih lagi ketika Zydan memeluk tubuhnya dengan kedua tangan kekar Zydan, sesekali pria itu mengulum daun telinganya seakan-akan ada sesuatu yang menyengat, menyalurkan rasa geli yang tak biasa, dan juga rasa nikmat yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata seperti apa rasanya.Awalnya Raina masih merasa takut dan ragu, terapi akhirnya ia ikut terbuai dalam setiap sentuhan Zydan. Inci demi inci diperhatikan seakan tak ingin ada yang terlewat dari pandangannya. Senyum manis dari si pemilik pipi bolong itu seperti mampu melelehkan hatinya.
Zydan pun perlahan mendekati wajah Raina saat jarak di antara mereka hanya hitungan inci. Zydan tertahan sejenak dan kembali berbisik.
"Tutup matamu saat aku mendekati wajahmu," bisik Zydan. Ia terkekeh saat ingin mengecup Raina, tetapi Raina menatapnya tanpa berkedip sama sekali meski jarak mereka sudah sangat dekat. Ekspresinya tegang seperti patung. Mungkin ia hanya sekali berkedip kasar, membuat Zydan merasa begitu gemas pada istri mungilnya ini.
"Apa kamu akan selalu seperti ini?" tanya Zydan saat melihat Raina begitu tegang.
"Ti-tidak, Tuan. Aku tidak tahu kenapa aku selalu seperti ini saat Tuan mendekatiku," jawab Raina jujur, membuat Zydan hanya tersenyum.
"Jangan terus seperti itu karena kamu harus terbiasa setelah ini," ucap Zydan lagi.
Ya, memang pada dasar Raina selalu saja menurut apa yang Zydan katakan dengan kembali menganggukan kepalanya. Zydan pun kembali memberikan cumbuan singkatnya agar Raina pun merasakan hal yang sama dengan dirinya.
"Tuan," panggil Raina.
Zydan hanya melotot menatap Raina.
"Mas," panggil Raina lembut.
"Hmm," jawab Zydan.
"Kali ini ngak bakalan sakit lagi, 'kan, Mas?" tanya Raina begitu polos.
Zydan hanya kembali tersenyum mendengar pertanyaan polos istri mungilnya ini.
"Nggak kok, Raina. Tenang aja, paling sedikit," goda Zydan lagi.
"Ihhh ngak mau. Raina takut kalau gitu, Mas,"ucap Raina merengek sembari memanyunkan bibirnya.
"Kenapa?" tanya Zydan.
"Takut ngak bisa jalan lagi seperti dulu," jawabnya begitu polos membuat Zydan merasa gemas sendiri akhirnya.
"Ngak akan kok, Raina," jawab Zydan.
"Janji, Mas," pinta Raina mengangkat jari kelingkingnya seperti bocah yang meminta sesuatu.
"Iya, janji," ucap Zydan membalas tautan jari kelingking Raina.
"Jadi, boleh, ya?" tanya Zydan lagi.
"Tapi Raina masih takut, Mas!" ucap Raina lagi.
"Takut apa lagi? 'Kan udah janji tadi?" tanya Zydan.
"Raina takut hamil, Tuan," ucap Raina malu-malu.
Ingin rasanya Zydan menerkam Raina saat itu juga dan membuatnya hamil secepat mungkin.
"Kenapa harus takut? 'Kan kamu punya suami. Bukannya aku dulu sudah bilang semuanya tidak akan mengganggu kuliahmu?" jelas Zydan.
"Yakin, Mas?" tanya Raina.
"Iya, yakin. Aku akan pastikan itu. Aku yang akan menjaminmu sampai sarjana," ucap Zydan meyakinkan.
"Ya sudah, Mas," ucap Raina
"Ya sudah apa?" tanya Zydan
"Ya sudah, kalau begitu boleh, Mas," ucap Raina malu-malu.
Zydan hanya tersenyum sesaat setelah melihat semburat rona merah muncul di pipi Raina.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Husband (END REVISI✔️)
Romansa✨Follow Dulu Sebelum Membaca❤ [Tahap Revisi] Aku harus menikah dengan pria dingin itu sama saja seperti aku dinikahi oleh es balok ~Raina Tiara Andini~ Menikah dengannya mengingatkan ku pada masalalu bersama almh istriku ~Muhammad Zydan Devanorendra...