"Suster, suster! Bawakan brankar kemari!" teriak Ardan lagi.
"Udah, gak usah pake begituan segala mending lo cepat tunjukin di mana ruangannya. Urusan Raina biar gue gendong dia sampai sana," jelas Zydan lagi, karena sudah sangat jelas kepanikan terlihat di wajah zydan.
"Yaudah, kalau gtu lo ikutin gue," instruksi Ardan yang kemudian berjalan terlebih dahulu.
"Sayang, bertahanlah. Aku mohon," ucap Zydan sedikit berlari menuju ruang yang di IGD dengan tangan masih setia merengkuh tubuh mungil Raina yang lemah.
"Lo mau ke mana?" tanya Ardan saat melihat Zydan ingin ikut masuk ke ruangan IGD.
"Gue mau dampingin dia di dalam!" ucap Zydan.
"Lo gak bisa masuk," balas Ardan.
"Kenapa?" tanya Zydan.
"Ya, gue bilang gak bisa ya, gak bisa!" jelas Ardan lagi.
"Terus lo mau ke mana?" tanya Zydan dengan bodohnya saat melihat Ardan yang hendak masuk.
"Gue mau masuk lah," balas Ardan.
"Kenapa lo bisa gue gak?" tanya Zydan lagi.
"Gue ini dokter, Bego!" celetuk Ardan.
"Ya, gue juga suaminya malah. Kenapa gue gak bisa? Gak, gak. Lo gak boleh masuk, enak aja lo. Keenakan lo nanti, bisa nyentuh-nyentuh istri gue, gak bisa!" tolak Zydan.
"Heh, kalau mau cemburu liat situasi, ini lagi genting. Lo mau Raina lewat gara-gara gue gk nanganin dia dengan cepat?" tanya Ardan.
Zydan pun berbalik dan langsung mencengkram kerah baju Ardan.
"Jangan pernah lo bilang itu lagi. Kalau sampai gue denger lo ngomong gitu, lo yang akan lewat!" ancam Zydan.
"Yaudah, makanya lepasin gue. Biar gue cepat tanganin dia, Zydan. Gue juga ngak bakalan macem-macem kok. Ya, paling pegang dikit doang. Itu 'kan wajar. Gue harus periksa keadaan dia," jelas Ardan yang kembali jahil.
"Oke, gini aja. Lo boleh periksa dia dengan satu syarat. Gue boleh masuk. Kalau ngak lebih baik gue cari dokter lain di rumah sakit ini!" ancam Zydan.
"Ya ya ya. Oke, oke. Lo boleh masuk," katanya, akhirnya mengalah.
"Gitu dari tadi, kek!" omel Zydan.
"Kenapa jadi galakan lo sih? Aneh!" celetuk Ardan, tetapi hal itu tak dihiraukan Zydan yang menyelonong masuk. Kemudian, ia mendekati tubuh Raina dan menggenggam erat tangan Raina yang terasa sangat dingin. Mungkin karena dia pun sedikit terkena hujan.
............
Akhirnya Ardan pun masuk dan memeriksa keadaan Raina saat ini."Heh, heh. Lo mau ngapin pegang-pegang rambut istri gue?" tanya Zydan tiba-tiba saat melihat Ardan menyentuh rambut Raina.
"Lo bawel banget, ya. Lama-lama gue keluarin paksa juga lo. Gue pegang dia karena dia perlu ruang, jadi dia bisa bernapas lebih leluasa. Jadi, lu diem aja deh kalau gak tau apa-apa!" ucap Ardan lagi.
"Awas lo ya, kalau ambil kesempatan dalam kesempitan!" ancam Zydan lagi.
"Iya, iya, bawel!" ucap Ardan yang kemudian memasang selang oksigen.
"Istri lo cantik banget ya, kalau lagi tidur gini. Bulu mata yang lentik, bibir yang mungil, kilit yang putih," ucap Ardan memuji Raina kemudian nyengir.
"Ngomong apa lo barusan?" tanya Zydan bangkit dari duduknya.
"Istri lo cantik, jadi lo terlalu bego sampe lo buat dia kaya gini!" celetuk Ardan yang kemudian keluar dari ruangan Raina karena Ardan sadar mereka butuh waktu untuk berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Husband (END REVISI✔️)
Romance✨Follow Dulu Sebelum Membaca❤ [Tahap Revisi] Aku harus menikah dengan pria dingin itu sama saja seperti aku dinikahi oleh es balok ~Raina Tiara Andini~ Menikah dengannya mengingatkan ku pada masalalu bersama almh istriku ~Muhammad Zydan Devanorendra...