3.

939 108 3
                                    


"Jangan bego dong, Eth."

Gua mengaduk-ngaduk minuman gua dan mendengarkan ocehan yang terus-terusan keluar dari mulut Mark. Dia nepatin janjinya mau nraktir gua hari ini.

"Masa iya lu terima perhatian lu dikasih ke sodara lu itu?" Kata Mark.

Gua menceritakan masalah makan malem semalem ke Mark. Mark emang tau semua masalah gua, karna gua selalu cerita semuanya ke dia.

"Yang ada dia makin semena-mena. Apalagi kelakuannya kayak begitu, Eth." Kata Mark.

Besok Becca bakalan sampe di rumah gua dan gua sama sekali nggak siap nerima dia di rumah gua. Rasanya pengen gua hancurin kamar yang udah disiapin sama mama papa, kamar tengah di lantai dua.

"Mending gua nginep di rumah lu deh besok." Kata gua.

"Idih ogah." Kata Mark.

"Yaudah rumah Shannon. Lu pikir sodara gua cuma lu? Lu kira sodara gua di sini dikit?" Protes gua.

Sodara gua di sini itu banyak dan kita tinggalnya nggak jauh-jauhan. Cuma, dari kecil gua nempelnya sama Mark terus. Kalo Samuel lebih deket sama adenya Mark, Daehwi.

Gua punya sepupu yang namanya Jacob juga dan adenya namanya Shannon. Juga yang waktu itu di rumahnya Mark, Kak Wendy dan adenya Eric.

"Coba aja nginep situ." Kata Mark.

Gua dasarnya lebih deket sama keluarga papa daripada mama. Mungkin karna lebih sering ketemu keluarga papa juga.

Di US pun gua sempet tinggal di rumah sepupu gua, Vernon dan Sofia sebelum gua memutuskan buat tinggal sendiri.

"Hadepin aja sih." Kata Mark.

Gua membuang nafas kasar karna gua sadar kalo gua emang harus ngehadepin hari esok, gua harus ngeliat mukanya Becca besok.

"Gua mau pesen dessert dulu." Kata Mark.

Gua nggak memerdulikan Mark yang meninggalkan gua sendirian. Padahal sebenernya Luella nyuruh gua buat awasin Mark, katanya dia jangan kebanyakan makan yang manis-manis dulu.

Pura-pura lupa aja nanti.

"Dom."

Gua nggak ngerti kenapa gua bisa ketemu sama dia tiga kali dalam dua minggu ini? Dari sekian banyak orang yang gua kenal, kenapa harus dia?

"Hai."

Gua nggak tahan ngedenger suara lembutnya. Gua nggak mau pertahanan gua runtuh. Jadi, gua memilih memasang earphone gua dan menyalakan lagu di depan dia agar gua bisa mengabaikan dia.

Gua tau dia masih duduk di depan gua. Gua nggak ngerti kenapa dia harus dateng lagi di hadapan gua. Ya, kalo dia ngeliat gua, nggak usah disamperin kan bisa.

"Dom."

Gua membesarkan volume musik gua karna gua masih bisa mendengar suaranya. Sampe, gua merasa ada yang menarik tangan gua.

Gua melirik ke arah Mark yang menarik gua keluar dari cafe setelah dia membeli dessertnya. Mark melepas earphone yang menempel di telinga gua.

"Mark."

"Eh, apaan sih lu nangis di mall? Jangan bikin malu gua dah."

Gua memeluk Mark dan menaruh kepala gua di pundaknya. Gua udah nggak peduli kalo gua sama Mark diliatin sama orang-orang.

"Gua kangen dia, Mark!"

"Apaan sih lu, Eth? Masa jatoh dari sepeda nggak nangis, terus cuma gara-gara beginian nangis sih?" Protes Mark.

✔️The Past ; Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang