"Hah? Ngapain lo di kamar gua?"Gua menatap Becca dengan kesal saat dia sedang membongkar lemari gua dan menggunakan salah satu baju dari lemari gua.
"Lepas nggak?!" Kata gua kesal.
Dengan santainya Becca berjalan keluar dari kamar gua tanpa bicara apa-apa dan jangan lupakan baju gua yang masih menempel di badannya itu.
"Woy! Becca!"
Gua mengikuti langkahnya turun ke lantai dua dan mengejar dia yang sedang berjalan ke kamarnya tanpa rasa bersalah sama sekali.
"BECCA!"
Becca menghentikan langkahnya sebelum dia masuk ke dalam kamarnya setelah mendapat bentakan dari mulut gua.
"Eth? Ada apaan sih?"
Gua menengok ke belakang dan melihat mama yang baru aja keluar dari kamarnya, juga disusul sama papa yang ada di belakang mama.
"Becca asal ngambil baju Eth!" Kata gua dengan nada tinggi.
"Dia minjem, Eth. Pinjemin aja dulu. Dia juga kan bawa baju pas-pasan, Eth. Nanti juga dibalikin." Kata papa.
"Kalo pinjem dia izin dong, Pa! Ini dia asal masuk ke kamar Ethelyn abis itu keluar nggak ngomong apa-apa. Kan namanya lancang, Pa!" Kata gua sambil menunjuk ke arah Becca yang masih berdiri di depan pintu kamarnya.
Setau gua setiap kali gua pulang kampung, baju gua yang dipinjem dia nggak bakalan balik. Gimana gua bisa percaya sama dia?
"Lagian juga waktu itu dia udah dibelanjain baju banyak sama mama papa, kan? Kenapa masih belom puas? Kenapa mesti pake punya Eth lagi?" Tanya gua.
"Eth! Cukup, ya. Dia sepupu kamu. Kamu tetep harus baik sama dia!" Kata papa, nada bicaranya semakin meninggi.
"Mama sama papa nggak pernah ngajarin kamu kayak begini!"
Sisi sensitif gua muncul lagi. Gua nggak bisa dibentak sedikit, pasti gua langsung nangis. Apalagi gua dibentak sama orang yang gua sayang. Apalagi, papa hampir nggak pernah ngebentak gua. Ditambah lagi gua dibentak di depan orang yang gua benci. Rasanya gua dipermalukan.
"Eth nggak peduli!"
Gua berlari ke atas untuk mengambil penny board gua lalu kembali turun dan pergi dari rumah. Gua nggak bakalan di rumah sampe malem nanti.
Seharusnya sekarang gua udah sampe di pantai sama temen-temen gua. Sayangnya gua nggak pergi karna gua harus ngajak Becca kalo gua mau ikut temen-temen gua pergi.
Gua menahan air mata gua agar nggak keliatan bodoh sama orang-orang yang ada di jalanan. Entah ke mana gua pergi, yang penting gua nggak di rumah.
"Where should i go?"
Sekarang temen-temen gua lagi nggak ada di rumahnya dan gua bener-bener butuh temen buat numpahin emosi gua.
Gua menghentikan penny board gua dengan kaki gua di depan rumah besar yang ada di hadapan gua sekarang. Gua berlari ke pekarangan rumahnya sambil mengambil penny board gua. Gua menaruh penny board gua di halaman rumahnya lalu memencet tombol rumahnya.
Gua mengeraskan rahang gua untuk menahan tangisan gua semampu gua. Mata gua semakin memanas dan nggak bisa membendung tangisan gua lagi saat pintu rumah itu terbuka.
"Dom!"
Gua langsung menghambur ke pelukan sang pemilik rumah sedetik setelah dia membukakan pintu rumahnya.
"Jaehyun..."
"Kenapa, Dom? Masuk dulu, yuk."
Jaehyun mengelap air mata gua dengan kaos yang gua pakai lalu menuntun gua masuk ke dalam rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️The Past ; Jung Jaehyun
Fanfiction{ 𝐅 𝐚 𝐧 𝐟 𝐢 𝐜 𝐭 𝐢 𝐨 𝐧 } { 𝐉 𝐮 𝐧 𝐠 𝐉 𝐚 𝐞 𝐡 𝐲 𝐮 𝐧 } 𝙸 𝚋𝚎𝚕𝚒𝚎𝚟𝚎 𝚢𝚘𝚞 𝚠𝚎𝚛𝚎 𝚝𝚑𝚎 𝚐𝚛𝚎𝚊𝚝𝚎𝚜𝚝 𝚝𝚑𝚒𝚗𝚐 𝚝𝚑𝚊𝚝 𝚎𝚟𝚎𝚛 𝚑𝚊𝚙𝚙𝚎𝚗𝚎𝚍 𝚝𝚘 𝚖𝚢 𝚕𝚒𝚏𝚎.