05 Di balik kata bahagia

179K 16.3K 151
                                    

Selamat membaca ya💌

_____________________

Setelah para pemain akrobat tersebut menyelesaikan aktrasinya dengan kompak mereka berujar. "Selamat hari jadi Ibu Suri kebahagian menyertai anda dan usia tak akan memakan kecantikan mu."

Semua orang yang mendengar ujaran tersebut-pun hanya bisa menahan napas dan mentap para pemain akrobat itu tajam. Apakah mereka tidak tau bahwa disetiap hari kelahiran Ibu Suri semua orang dilarang mengucapkan kata bahagia, karena Ibu Suri Zhou lahir bertepatan pula dengan meninggalnya Nyonya Shin orang yang melahirkan Ibu Suri.

Dikatakan dahulu Menteri Perang Zhou Wang Su sangat amat mencintai Shin Yu Na, Putri kedua dari Menteri Perpajakan. Tentu saja pernikahan mereka berjalan lancar, Menteri Perang termuda Zhou dulu sangat terkenal dengan kehebatannya di medan perang tentu hal ini menjadi peluang besar bagi keluarga Shin dalam meraih kejayaan-nya kembali.

Setelah menikah Shin Yu Na atau yang dikenal sebagai Nyonya Zhou hidup bahagia dengan rasa cinta yang selalu diberika oleh Tuan Zhou, sayang setelah enam tahun menikah mereka masih belum diberikan keturunan semua hal sudah dilakukan oleh Nyonya Zhou mulai dari terapi, rutin meminum tonik kesuburan, memakan makanan bergizi, selalu berdo'a di kuil, dan mendatangi beberapa orang saman. Tapi tetap saja semuanya tidak membuahkan hasil.

(Saman = seorang dukun/ paranormal)

Tidak berputus-asa Nyonya Zhou dengan telaten terus-menerus melakukan hal-hal yang membuat dia bisa segera mengandung hal ini pun tidak sia-sia karena diusia kedelapan tahun pernikahannya dengan Zhou Wang Su, Shin Yu Na pun dikabarkan sedang mengandung tentu saja kabar ini membuat pasangan suami istri itu sangat bahagia.

Memasuki proses persalinan Zhou Wang Su benar-benar merasa takut dia takut Shin Yu Na tidak bisa melahirkan dengan selamat.

Dan Ketakutan itupun menjadi nyata saat hari dimana dirinya seharusnya sangat bahagia Zhou Wang Su harus menahan kepedihan karena kelahiran putri kecilnya yang bertepatan dengan kembalinya sang istri yang sangat dicintainya kepada sang Dewa agung.

Rasa sakit, sedih dan marah, sangat amat dirasakan oleh Zhou Wang Su. Andai Dewa Si Ming memberikan pilihan kepadanya untuk memilih siapa yang harus diambil dari hidupnya tentu dengan lapang dada dia akan memilih putrinya agar tidak pernah hadir dalam rahim Shin Yu Na.

(Dewa Si Ming, Dewa yang mengatur nasib/takdir manusia)

Zhou Wang Su, sangat terpukul saat melihat wanita yang sangat dicintainya perlahan-lahan hilang dari pandangannya karena dilahap oleh kobaran api, Ya ini adalah proses pemakaman Shin Yu Na.

Setelah tidak ada lagi api yang terlihat dengan penuh kehati-hatian Zhou Wang Su mengambil semua abu-abu pembakaran dan dimasukan kedalam sebuah guci mahal yang sudah di persiapkan oleh-nya. Setelah memasukan semua abu tersebut dengan pelan Zhou Wang Su mulai berjalan menuju paviliun paling ujung yang berada dikediaman-nya.

Saat sampai disana dengan segenap raga Zhong Wang Su menghirup bau harum bunga sedap malam yang tersebar pada semua tepian dinding paviliun. Bunga sedap malam adalah bunga favorit mendiang Shin Yu Na menghirup ini membuat Zhou Wang Su merasa sedikir terobati rasa rindunya.

Berjalan menuju altar mewah yang sengaja dia buat guci yang berisi abu sisa pemakaman Shin Yu Na-pun diletakan di antara dupa dan beberapa buah.

Mengadakan sedikit kepalanya, lukisan yang menyerupai Shin Yu Na tergantung sempurna disana.

Ya Zhou Wang Su sengaja meletakkan lukisan Shin Yu Na disana, paviliun ini kelak akan dia khususkan untuk meletakkan semua barang-barang mendiang istrinya agar apabila rasa rindu datang, dia pasti akan datang kesini untuk mengobatinya, Tapi tidak. Nyatanya rasa rindu itu akan selalu datang pada dirinya.

Setelah delapan belas tahun meninggalnya Shin Yu Na, Zhou Wang Su pun memustuskan untuk mengundurkan diri dari kemiliteran istana Bailing.

Untuk memberikan apresiasi atas banyak-nya peperangan yang dimenangkan oleh Zhou Wang Su, Kaisar yang pada saat itu memimpin pun memberikan gelar kepada putri dari Zhou Wang Su, Zhou Li Mei sebagai Huangsi atau Taizifei yang berati istri utama dari Huangtaizei, yaitu Putra Mahkota.

(Taizifei yaitu gelar untuk putri mahkota)

Nenek Agung Wen yang dulunya menjabat sebagai Permaisuri Wen pun sempat menolak dengan tegas titah yang Kaisar keluarkan saat itu, karena setiap wanita yang akan menduduki kursi Permaisuri harusla seorang Putri dari kerajaan lain, hal ini dilakukan agar posisi Huangtanzei tidak digoyahkan oleh pihak manapun.

Tapi sekeras apapun Permaisuri Wen Menolak, sang Kaisar tetap pada pendiriannya untuk menjadikan putri dari Zhou Wang Su sebagai Taizifei.

Sedangkan Zhou Li Mei yang mendapatkan gelar tersebut pun hanya bisa pasrah dia merasa kehidupannya sangat menyedihkan, diabaikan oleh Ayahnya sendiri-pun sangat menyakitkan apalagi nanti diabaikan oleh Huangtanzei. Bukankah ini akan membuka rasa sakit baru di hatinya, memikirkan ini membuat Zhou Li Mei hanya bisa menangis pilu atas nasib takdir yang dialaminya.

Setelah memasuki istana dan menjadi Putri Mahkota perlahan kepribadian Zhou Li Mei terbentuk untuk selalu kuat menjalani situasi yang terjadi di istana. Tentu dengan dukungan kuat keluarganya, membuat Zhou Li Mei juga menjadi Permaisuri yang kuat dan berpikir kritis untuk semua yang dia hadapi.

Untuk mempringati hari kematian Ibunya, Zhou Li Mei yang sudah menjadi Permaisuri membuat titah. Melarang semua orang berucap kata Bahagia pada hari kelahirannya. Karena bagi Zhou Li Mei tidak ada kata bahagia untuk hari kelahirannya.

Kembali ke acara jamuan

Bai Si Yu, yang juga mendengar dengan jelas perkataan para pemain akrobat ini-pun menatap mereka datar dan dengan tajam memberi perintah. "Tahan semua pemain akrobat itu lalu lakukan introgasi besok."

"Perketat juga penjagaan pada Permaisuri Song," lanjut Kaisar Bai lagi.

Permaisuri Song yang mendengar ini hanya bisa terdiam dengan muka seputih kapasnya, dia amat syok dengan kejadian tidak terduga ini.

Ibu Suri Zhou tanpa kata-kata lagi dengan cepat melangkah pergi dari tempat berlangsungnya jamuan, dan diikuti juga oleh Nenek Agung Wen.

Sedangkan Selir Agung Chu, yang melihat kejadiaan ini merasakan firasat yang tidak baik akan terjadi.

Tiga orang wanita yang juga melihat ini, diam-diam mengulas senyum penuh keangkuhan.

Untuk para tamu yang yang hadir dengan sopan pihak Istana mengantarkan mereka untuk pergi dari tempat dimana jamuan diadakan.

Mereka yakin, besok pasti akan ada gosip buruk yang akan menerpa Permaisuri Song.

_______________________
💅👄💅

Vote Nya Cantik🍭

Menjadi Selir [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang