🍶🍶🍶______________
Before Chapter
"Setelah selesai nanti biarkan saja es itu mencair besok baru kalian obati lukanya," perintah Hena sambil berjalan keluar dari ruangan yang membuat dirinya sedikit sulit bernafas.
"Dimengerti Yang Mulia."
______________
"Yang Mulia apakah ada lagi hal yang anda butuhkan," ujar salah satu Dayang sesaat setelah membantu Hena melepaskan hanfu-nya.
"Tidak kau bisa pergi," balas Hena seadanya.
"Mohon undur diri Yang Mulia," jawab Dayang tersebut lalu pergi dari ruangan Hena.
Mendudukkan diri pada kursi meja riasnya, Hena-pun menatap sebentar kearah cermin buram dihadapannya.
Mengambil salah satu sisir, dengan pelan Hena-pun mulai menyisir rambut sepunggungnya, saat sedang asik menyisir dirinya-pun sedikit dikejutkan dengan suara ketukan yang berasal dari salah satu jendela diruangannya.Tok... tok...
Tok... tok...
Melihat kearah salah satu jendela yang menampilkan bayangan seorang laki-laki yang menutupi sebagian wajahnya dengan kain hitam.
"Tidak mungkin dia penculikkan."
"Jika iya untuk apa dia mengetuk terlebih dahulu."
Bangkit dari duduknya perlahan Hena-pun berjalan menuju jendela tersebut. Menarik salah satu kunci agar jendela tersebut terbuka.
"Nyonya," ucap cepat laki-laki tersebut saat melihat Hena.
"Cepat masuk," jawab Hena lagi sambil mengeser sedikit tubuhnya agar laki-laki tersebut bisa masuk.
Melirik kearah kiri dan kanan dengan cepat Hena menutup kembali jendelanya.
"Ayo kita lanjutkan pembicaraan kemarin," ucap Hena sambil membawa salah satu lilin yang masih menyala ditangannya.
"Duduklah disana," ujar Hena sambil memberikan api pada semua lilin yang sebelumnya sudah dipadamkan oleh seorang Dayang.
Setelah menyalakan semua lilin dengan anggun Hena-pun meniup lilin yang berada ditangannya. Lalu berjalan menuju salah satu tempat duduk yang langsung berhadapan dengan laki-laki tersebut.
"Aku lupa kalau malam ini kita akan bertemu," cetus Hena sambil menuangkan teh kedalam salah satu cangkir dan meletakkan dihadapan laki-laki tersebut.
"Maaf mengganggu waktu istirahat anda Nyonya," imbuh laki-laki tersebut merasa sedikit tidak enak.
"Tidak apa-apa aku yang memintamu untuk bertemu malam ini," balas Hena sambil menuangkan kembali teh kedalam cangkir miliknya.
"Jadi bagaimana Zhe Yan," ujar Hena sambil menatap penuh minat laki-laki dihadapannya yang sebelumnya sudah melepaskan kain hitam yang menutupi setengah wajahnya.
"Maaf Nyonya, ketua masih belum mempercayai hal ini," balas Zhe Yan sambil menatap raut wajah Hena.
"Tidak apa, aku tau pasti sulit mempercayainya," kata Hena sambil menampilkan raut biasa dan menelan sendiri rasa kecewanya.
Merasa tidak ada lagi hal yang bisa diucapkan dengan perlahan Zhe Yan-pun menarik napasnya lalu berkata. "Nyonya jika tidak ada la- "
"Katakan kepadanya kalau aku benar-benar akan melakukannya tunggu dua bulan lagi," ucap cepat Hena memotong perkataan Zhe Yan.
"Apakah tidak terlalu cepat," balas Zhe Yan sedikit ragu.
"Tidak bahkan ini terlalu lambat," ujar Hena lagi sambil menahan emosinya karena pendisiplinan ini dirinya tidak bisa bergerak bebas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Selir [Selesai]
FantasySeorang wanita dari masa depan tidak sengaja memasuki jiwa seorang Selir Agung. pada masa lalu. Diketahui sosok Selir Agung, adalah orang yang sangat jahat karena selalu mencoba mendekati Sang Kaisar, dan mencoba melenyapkan Sang Permaisuri. Tapi sa...