45

60.5K 6.4K 201
                                    


Silahkan vote part sebelumnya, terimakasih...

Akkkhhhhhh

"Yang Mulia," tegur Dayang Su melotot kaget.

"Nafsu makanku sedang baik jadi aku menghabiskan semuanya," papar Hena tersenyum meyakinkan setelah bersendawa keras.

"Untung saja kita sedang didalam ruangan," syukur Dayang Su yang tidak lama kemudian melotot kembali.

"Yang Mulia, mohon untuk menutup mulut saat menguap," tegur Dayang Su lagi.

"Kita hanya berdua disini, aman," balas Hena santai.

"Yang Mulia akan sangat memalukan jika ada yang tidak sengaja melihatnya," greget Dayang Su.

"Tidak ada yang melihat Dayang Su, jadi bersikaplah biasa jika terus melotot akan berdampak burum untuk kedua matamu," peringat Hena.

"Apakah benar begitu, Yang Mulia?" tanya Dayang Su sedikit takut karena sering melotot.

"Entahlah aku hanya berbicara asal," acuh Hena membuat Dayang Su sedikit jengkel.

"Yang Mulia setelah ini anda harus membaca tata krama istana, agar tidak lagi mengulagi hal-hal yang melanggar kesopanan dan keanggunan," terang Dayang Su yang membuat Hena menatapnya tidak percaya.

"Buang waktu saja," tanggap Hena.

"aku ingin tidur kau bisa pergi," usir Hena kepada Dayang Su.

"Sebelum matahari terbenam hamba akan membangunkan anda, mohon undur diri Yang Mulia," pamit Dayang Su sesuai keinginan Hena.

***

"Mengapa belum ada kabar apapun dari kediaman wanita jelek itu," kelit Permaisuri Song dalam hatinya.

"Dayang In, apakah Jin Ah belum memberikan kabar apapun?" tanya Song Ir Ya.

"Belum Yang Mulia."

"Sudah cukup lama dari saat aku memberikan teh kepada wanita itu, dan dia tidak meminumnya sama sekali," desis tidak senang Permaisuri Song.

"Jika Jin Ah belum kembali sebelum matahari terbenam kau susul dia dan pastikan keamanannya jangan sampai diketahui oleh orang-orang bahwa dia sedang memantau Selir Agung Chu," perintah Permaisuri.

"Baik Yang Mulia."

***

Meredakan kecemasan yang dirasakan akan menguar jika tidak ditahan dengan menekan jari jempol kuku tajamnya pada jari tangan yang lain.

Beberapa bercak darah terlihat mengering karena terlalu lama dibiarkan.

Seperti baru pertama kali melakukan kejahatan. Selir Mo terlihat sangat cemas dan sangat takut ketahuan.

Padahal ini adalah kesekian kali dirinya berbuat menyimpang.

"Apakah Rou-rou belum kembali?" tanya Selir Mo dengan sedikit berteriak kepada Dayang yang berjaga diluar ruangan.

"Belum Yang Mulia Selir," jawab mereka.

"Kenapa bisa selama ini, apakah Selir Agung Chu belum meminumnya," cicit gusar Selir Mo.

"Tapi," jeda Selir Mo sambil memikirkan sesuatu.

"Sial, bagaimana wanita itu bisa meminumnya jika teko teh beracun diberikan kepada, Putra Mahkota," ringis Selir Mo.

"Apa yang dipikirkan oleh Tuan Luo, apa laki-laki tua itu mendadak menjadi bodoh," cemooh Selir Mo.

"Kenapa juga aku tidak menanyakan secara pasti rencana yang akan dilakukan, aku harus mengetahui semuanya sekarang," terang Selir Mo.

Menjadi Selir [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang