11 • 민윤기

7.7K 786 26
                                    

• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • •


"Kehadiranmu bisa memberi kebahagiaan. Aku harap kamu mengingatnya, Army!"—Kim Seokjin

~~~

ENTAH apa yang aku pikirkan. Aku justru menerima tawarannya untuk diantar pulang. Tubuhku terlalu lemas untuk sekedar berdebat lagi dengannya. Tidak lagi! Aku tidak bisa mengorbankan rasa sakit kepalaku hanya demi bertukar perdebatan dengannya.

"Kau bisa jalan?" Itulah kata pertama yang aku dengar darinya sejak kami duduk bersama di mobil hitam mewahnya ini.

Aku mengangguk singkat. "Gomawo," ucapku.

Dia tak membalas. Tapi aku bisa merasakan kedua matanya terus menatap ke arahku. Memperhatikanku yang tengah membuka pintu mobilnya dengan lekat.

Aku merasa kepalaku semakin pusing. Akhir-akhir ini aku sering merasa pusing karna tidak meminum obatku secara teratur.

Ketika sudah berada di luar mobilnya. Aku berjalan pelan menuju pintu kaca besar gedung Apartemen. Membayangkan aku harus naik ke lantai tiga menuju Apartemenku membuatku merasa mual. Pasalnya, saat merasa pusing. Aku harus berada di ruangan yang cukup besar. Bukan ruangan kecil dan sesak seperti Lift.

Aku terus melangkah pelan. Tapi pusingku semakin terasa. Perlahan aku merasa kakiku melemah. Penglihatanku mengabur. Aku mendengar seseorang yang tampak berlari ke arahku tapi aku tak bisa melihat siapa orang itu. Aku melihatnya sekilas sebelum semua penglihatanku benar-benar hilang sepenuhnya beserta kesadaran yang kupunya.

Ya, aku pingsan!

• • •

-Min Yoongi

Dia tak seringan yang aku kira. Kenapa dia harus pingsan? Maksudku, kenapa dia pingsan? Aku menepis pertanyaan itu dan langsung menggendongnya masuk ke Apartemen. Setelah menanyakan letak Apartemennya pada resepsionis, aku langsung menuju ke sana dalam keadaan masih menggendongnya ala bridal style. Bahkan aku tak tega menurunkannya saat di dalam lift.

Lihatlah keadaanku yang terlihat menyeramkan ini. Penuh dengan keringat, sampai-sampai membasahi ujung rambutku.

Sial! Aku menggerutu dalam hati karna tak tau di mana gadis ini menyimpan Card access system miliknya.

Dengan keberanian aku mencoba meraih tas ditengahnya dan membukanya. Berharap menemukan kartu akses yang aku cari di dalam sana.

Dan benar saja. Kartu akses berwarna biru hitam itu ada di sana. Tak hanya satu, tapi ada dua kartu akses. Mungkin salah satunya adalah cadangan. Bukannya mengambilnya. Perhatianku justru terlaihkan pada gantungan kunci dengan karakter yang sangat tak asing.

𝗠𝗜𝗡 𝗬𝗢𝗢𝗡𝗚𝗜 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang