43 • 민윤기

5.9K 533 9
                                    

"Jika aku bisa dibuat terbang, maka aku juga bisa dibuat jatuh. Alur kisah ini, ditentukan oleh sang pencipta. Kau berharap apa? Kisahku berakhir bahagia? Apa tidak bosan dengan ending yang sama?"—Hana Elvia

~~~

Ojon kenapa? Sini cerita yuk!😭😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ojon kenapa? Sini cerita yuk!😭😭

• • •

Mataku berbinar-binar ketika membaca alamat yang baru saja dikirim Yoongi. Agar tidak terlalu berbahaya, kami memutuskan untuk datang secara terpisah.

Aku memandangi diri pada cermin sekali lagi. Dress selutut berwarna biru malam pemberian Yoongi benar-benar pas di badanku. Ini sempurna.

Aku tak yakin dia membelinya sendiri. Dia pasti meminta bantuan Jimin atau J-hope. Itu pasti.

Pandanganku beralih pada jam dinding. Kuambil kunci mobil sebelum melenggang pergi.

"Aku dalam perjalanan." Aku mengirim pesan suara sembari membuka pintu.

• • •

Perlu kuakui. Restoran pilihan Yoongi memang yang terbaik. Bukan karna kemewahannya saja. Tapi karna kenyamanan dan yang pasti keamanannya.

Mataku beralih pada dua staf keamanan yang berjaga-jaga di depan pintu masuk. 

Aku datang lebih dulu. Dia mengirimiku pesan dan memberitahu akan datang lima belas menit setelahnya.

Keadaan sekitar sangat sepi. Hanya ada aku yang tengah duduk manis di kursi minimalis dekat jendela kaca. Aku curiga dia menyewa satu paket komplit restoran ini hanya untuk makan malam kami.

Seorang pelayan perempuan menghampiri.

"Ingin pesan sesuatu nona?"

Aku tampak berpikir sejenak. Mendukung suasana yang ada, akhirnya aku memilih salah satu minuman.

"Satu botol Wine."

"Ada yang lain?" Dia bertanya lagi.

Sembari tersenyum aku menggeleng. "Sementara aku pesan itu dulu."

Pelayan itu mengangguk paham seraya melenggang pergi.

Aku terus mengecek jam di ponselku. Begitu pelayan datang membawa pesananku, aku langsung menuangnya dalam gelas. Meneguknya hingga setengah.

Jujur saja, ini pertama kalinya aku meminum Wine. Biasanya aku hanya berani mencicipi Soju. Tapi karna malam ini istimewa, aku rasa mencobanya sedikit tak akan masalah.

Jam terus berlalu. Janji yang dia ucapkan untuk datang lima belas menit setelah kedatanganku sudah berlalu. Pantatku pegal karna terlalu lama duduk dengan anggun. Belum lagi dress yang kupakai sangat tipis dan sedikit kentat. Selain tak nyaman dipakai terlalu lama, aku juga mengigil karna AC ruangan terlalu dingin.

Merasa kesal menunggu, aku memilih untuk menelponnya. Dering pertama tersambung tapi dia tak mengangkatnya.

Aku mencoba lagi. Sembari mengigit ujung kuku, dalam hati aku memohon agar dia mengangkatnya.

Ayolah! Ini sudah hampir dua jam aku menunggu.

Panggilan tersambung didering kelima. Aku mengambil ancang-ancang untuk memarahinya. Tapi mulutku dibungkam oleh suara seseorang.

"Hallo, annyeong! Adora imnida. Ada keperluan apa?"

Sembari membuka mulut lebar-lebar kujauhkan ponsel dari telinga dan melihatnya—hanya untuk memastikan aku tak salah menekan nomer ketika menelponnya.

Aku tak salah. Nama Yoongi tertampang jelas di sana. Kuputuskan panggilan sepihak. Bodoh! Aku sangat bodoh! Harusnya aku tau, jika selama ini, lelaki brengsek itu seperti menjadikanku bonekanya. Dia datang sesukanya, dan meninggalkan seenaknya. Omong kosong!

Berusaha menahan tangis, kutuang lagi Wine sampai gelas penuh dan meneguknya hingga habis sebelum meninggalkan uang di atas meja dan pergi.

Ck! Inilah akhir dari makan malam romantis yang sejak sore kukhayal-khayalkan.

• • •

Kulempar heels kesembarang arah begitu memasuki apartemen. Dengan kasar kuhapus make up menggunakan tangan hingga membuatnya berantakan. Persetan!

Kepalaku sangat pusing. Kurebahkan badan di atas tempat tidur tanpa mengganti pakaian.

Selamat, Yoon. Kau berhasil mematahkan perasaanku malam ini. Kau membuatku menangis lagi. Harapan kuat yang kudapat tadi siang kau hancurkan dalam seketika.

Menahan isakan, kuremas selimut dengan erat. Entah kenapa rasanya sangat sakit. Begitu sakit sampai aku tak tau pasti di mana letak lukanya.

Salahkah jika gadis biasa sepertiku memimpikan hubungan yang sempurna bersama seorang idol terkenal? Semakin aku mencoba bertahan. Semakin aku terus bersabar, rasanya semuanya semakin sulit.

Boleh kukatakan sesuatu? Rasanya semakin ke sini, hanya aku yang menjalankan hubungan kami. Aku seperti bayangan yang mengikutinya kemanapun tanpa lelah.

Bell pintu berbunyi keras. Aku sempat ragu untuk membuka pintu. Tak mungkin itu Yoongi karna dia sudah tahu password apartemenku.

Aku kesal karna dia tak berhenti menekan bell. Dengan kaki dihentakan aku menuju pintu. Begitu melihat seseorang tengah tersenyum lebar sembari melambaikan tangan ke arah kamera aku dengan cepat membuka pintu.

"Ya Tuhan kenapa lama sekali membuka pintu? Aku datang untuk membahas—"

Belum sempat Taehyung menyelesaikan ucapannya aku memeluknya erat. Menumpahkan semua rasa sakitku dengan menangis sembari menenggelamkan kepala di dada bidangnya.

"Hey kau kenapa?" Dia terdengar khawatir. "Bisa aku masuk? Ayo bicara! Kau terlihat tidak baik-baik saja."

Aku masih menangis dan tak menjawab ucapan Taehyung. Cengkramanku pada punggungnya begitu erat. Dia tak menolak. Justru dengan pelan dia mengelus kepalaku.

"Jangan pergi. Aku membutuhkanmu," lirihku.

"I'm here!" katanya. "For you. Always!"

To be continue

• • •

Maaf Yoon... Aku bikin kamu jahat banget di sini:)

Gak mau banyak ngomong. Akhir2 ini gak mau spoiler gimana alur berikutnya. Pokoknya nikmatin aja dulu.

𝗠𝗜𝗡 𝗬𝗢𝗢𝗡𝗚𝗜 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang