"Kau adalah alasanku hidup."— Park Jimin to Army.
• • •
Aku tengah merapikan note piano untuk lagu solo terbaru Jungkook ketika pintu studioku dibuka oleh seseorang.
Seseorang yang sudah menjadi alasan kemurunganku beberapa waktu terakhir ini.
Belum sempat aku berbalik, dia sudah memelukku dari belakang. Melingkarkan kedua tangannya ketubuhku dengan erat. Wajahnya berada di leherku. Hembusan nafas beratnya yang teratur membuatku merinding seketika.
Aku melihat pantulannya dari layar besar komputer. Rasanya aku ingin menangis. Tapi kutahan diri dan tersenyum sembari memutar kursi ke arahnya.
"Maafkan aku, Bae. Maaf sudah membuatmu lama menunggu. Maaf tidak bisa mengabari, maaf tidak membalas pesan ataupun mengangkat telponmu. Maaf karna aku terlalu sering mengacuhkanmu. Maaf!" Dia berucap tanpa jeda. Menatapku dengan matanya yang lesu dan penuh kelelahan.
Aku berdiri dan mengelus pelan pipinya. "Kau tak menurutiku ya? Kenapa semakin kurus saja, Yoon?" Aku meraih salah satu tangannya. Jujur, aku bahkan tak tau kapan dia kembali ke Seoul.
Aku tahu dia lelah. Entah itu fisik atau pikiran. Tubuhnya semakin kurus. Itulah yang aku lihat. Ada banyak perubahan pada dirinya setelah hampir sebulan tak bertemu. Satu hal yang paling mencolok adalah warna dan gaya baru rambutnya.
"Berhenti memikirkanku, Hana. Kau ..." Dia memijat pelan pelipisnya. "Kenapa kau sangat baik?! Harusnya kau marahi aku. Jangan seperti ini. Marahi aku!" Yoongi mengguncangkan bahuku.
Rasa bersalah tergambar jelas dari kedua manik matanya. Aku tak bodoh atau terlalu bucin. Hanya saja, aku masih berusaha untuk memahami semua kesibukannya. Hanya itu.
"That's your dream right? Ini karirmu. Aku akan dukung. Selalu!" Aku tersenyum.
Yoongi menganga. Entah karna kaget atau tak percaya. Dalam sekali gerakan dia meraih pinggangku. Menarikku mendekat sebelum memberiku ciuman kerinduan.
Semuanya terasa free. Beban rindu yang kami tahan satu sama lain terasa lepas seketika berkat pertemuan ini.
Peganganku pada sandaran kursi mengerat bersamaan dengan gerakannya yang semakin liar.
Entah sudah berapa lama, aku tak sedekat ini dengannya.
"Orang bodoh mana yang bisa melepaskan gadis seperti dirimu, Bae?" Dia berbisik di sela-sela ciuman.
• • •
-Min Yoongi
"Aku akan mengajakmu makan malam di luar," kataku sembari melihat Hana yang tengah melahap makan siangnya dalam studio milikku.
Dia tampak kaget. Tapi masih berusaha bersikap biasa-biasa saja. Lama tak bertemu, tapi dia sama sekali tak mengalami perubahan. Kaos kebesaran dengan warna cerah dan rambut hitam panjang yang terikat. Make up tipis dan anting dengan bandul kecil bergambar bulan.
Gadisku sangat sederhana. Tapi entah bagaimana justru style simple sekaligus kepribadiannya membuatku benar-benar tergila-gila.
"Kenapa harus di luar? Itu terlalu beresiko!" Dengan mulut penuh makanan dia memperingati. "Lagi pula kau kan tidak suka tempat yang ramai."
Aku tertawa pelan. "Akan suka jika bersamamu," balasku.
Dia tersenyum malu. Sial! Aku sangat merindukannya.
"Tapi sekarang sedang musim panas. Bagaimana jika matahari membuat kulitmu gosong?"
"Aku sudah putih sejak lahir. Berada di bawah terik matahari seminggu penuh pun tidak akan membuat kulit seorang Min Suga menghitam." Aku menjadi hiperbola.
Hana tertawa mendengarnya, dan entah bagaimana hal itu juga reflex membuatku tertawa.
Andai dia tau bahwa setiap saat yang aku jalani saat konser di Amerika hanyalah merindukannya. Tapi malangnya adalah, aku benar-benar tak punya waktu.
Jadual kami begitu padat. Selain Tour, kami juga menghadiri banyak acara. Kalian pasti tahu acara-acara terkenal di Amerika kan? contoh kecil saja 'The Ellen Show' dan 'Late Late Show with James Corden'. Ya, kami diundang ke sana. Misi-misi bang Agust mau pame(rrrrrr).
Member lain bisa istirahat setelah jadual selesai. Tapi aku tidak. Pekerjaan lain menungguku. Aku bahkan beberapa kali terbangun di pagi hari dalam keadaan kepala telungkup di atas meja dan komputer masih menyala.
Ini hal baru. Memiliki hubungan dengan seseorang membuatku belum terbiasa. Nyatanya, keseharianku masih sama. Entah saat masih sendiri atau sekarang saat Hana ada bersamaku.
Aku masih belum bisa mengatur waktu sebaik mungkin. Membalas satu pesannya dalam satu pekan saja tak bisa kulakukan. Brengsek bukan?
Entah terbuat dari apa gadis ini. Dia bahkan tak marah sama sekali. Itulah hal yang membuatku selalu bertekad untuk memberikan gelar Min di depan namanya suatu hari nanti.
Aku berjanji.
"Kau mau kan?"
Hana tampak berpikir sejenak. "Sebenarnya aku punya banyak sekali pekerjaan. Lagu solo Jungkook harus selesai lusa. Tapi tak masalah. Aku setuju. Mari makan malam bersama!" Dia tersenyum.
"Kau ingat dress yang kau pakai saat datang untuk makan malam di Dorm?" Aku bertanya dan dia lekas mengangguk.
"Aku membelikan dress senada untukmu."
"Ya Tuhan! Kau berlebihan," cibirnya.
"Aku serius. Aku ke apartemenmu tadi. Aku menaruh dress-nya di sana." Aku tersenyum miring.
Mulutnya menganga. "Yoon, aku bahkan meninggalkan apartemen dalam keadaan berantakan. Jangan bilang kau melihat semuanya!"
"Apa?" Alisku naik-turun. "Bra dan celana dalam di atas sofa?"
Reflex dia memukul lenganku. "Kau selalu saja mengacak-acak privasiku."
"Siapa yang salah di sini? Kau atau aku?"
Dia meringis. "Harusnya aku tak memberikan password apartemenku padamu!"
"Kenapa harus malu? Beruntung lah karna aku hanya melihat itu. Bukan yang lainnya!" Aku melirik tubuhnya.
Hana memukulku lagi. Bukannya merasa kesakitan aku justru tertawa puas melihat wajahnya yang memerah.
To be continue
• • •
Pendek? Iya maaf ya!
Bukan apa2. Sengaja skip beberapa adegan biar chapternya banyak. Bahkan aku sempet berencana bikin ampe 100 chapter wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗠𝗜𝗡 𝗬𝗢𝗢𝗡𝗚𝗜 [✓]
Fanfiction"Kau percaya padaku kan? I'm not gonna hurt you, Bae. Beritahu jika terasa sakit, oke?"-Myg -Namanya Min Yoongi. Si kucing tsundere berkulit pucat yang berhasil merubah setiap ons cerita hidupku.- ───•°•🕊️•°•─── Hana Elvia, gadis penuh semangat dan...