8. Ayo, nafkahi aku!

6.6K 521 22
                                    

Punten ....

Kuy, vote dulu sebelum baca ⭐

Happy & enjoy reading 💜
















Rafa berlari terburu-buru di koridor sekolah, sesekali melirik jam di pergelangan tangan yang menunjukan ia sudah sejak telat dari pemanggilan.

Rafa tadi tiba-tiba mendapat telepon saat tengah ada di lapangan dari sekolah Elvan, yang mengatakan jika bocah itu berkelahi dengan teman sekelasnya. Ya, Tuhan! Bocah itu baru 5 tahun, tapi kenapa kasusnya harus perkelahian? Jika dia sudah SMA, mungkin Rafa akan bisa memaklumi.

Apa dirinya dulu senakal ini?



Tok tok tok






Nafas Rafa sudah memburu, saat tengah mengutuk pintu. Setelah mendapat sahutan dari dalam, dirinya langsung masuk. Mata Rafa terbelalak kaget, saat melihat penampilan Elvan yang sudah penuh lumpur, ah ... empat bocah lelaki di sana juga sama kacaunya kecuali satu anak perempuan.

"Om Rafa?" panggil seorang anak yang tadi menunduk, ternyata sedang makan coklat. Bisa-bisanya? Tunggu, dia, kan?

"Cio?" panggil balik Rafa, kenapa keponakannya juga ada di sini?

"Silahkan duduk, Pak!" titah seorang lelaki yang Rafa yakini pasti guru di sini.

"Ah, iya." Rafa mendudukkan dirinya, di tengah-tengah Elvan dan Cio yang kebetulan duduk satu sofa.

Rafa sudah yakin, jika mereka berada dalam satu sekutu saat dilihat dari cara duduk anak-anak di sini. Di sofa depan, ada ketiga anak lelaki lain yang sudah didampingi ibu mereka, yang anehnya sedari tadi ibu-ibu itu  terus memperhatikan dirinya. Ada yang salah, kah?

"Daddy," ujar Elvan yang sama asyiknya makan coklat yang sama dengan Cio. Bisa-bisanya dua bocah ini?

Tunggu, jika ada Cio, berarti dipanggil juga orangtuanya? Mati sudah Rafa, jika harus ketahuan disaat situasi dan kondisi seperti ini!




Tok tok tok



Terdengar suara ketukan pintu, setelah guru di sana menyuruh masuk, pintu itu terbuka dan munculah seorang lelaki. Ah ... Rafa langsung mengusap dada lega, saat menemukan Alex ada di sana.

"Kakak, kamu ngapain lagi?" Alex langsung menanyai Cio, yang sayangnya bocah itu masih santai memakan coklat. Rasakan, itu mungkin karma! Tapi kenapa, Elvan juga begitu?

"Kak Rafa, lo juga?" tanya Alex yang langsung mendudukkan diri di samping Cio sebelum dipersilahkan duduk. Dasar lelaki ini, masih tidak punya adab!

Alhasil, sekarang mereka duduk berdempetan di sofa kecil. Sejujurnya, Rafa masih terganggu dengan tatapan seolah ingin memakannya dari ke tiga ibu di depan sana. Apalagi setelah kedatangan Alex, membuat tatapan mereka semakin terlihat menakutkan.

"Ok, sekarang semua orangtua sudah datang. Mari kita mulai!" seru seorang lelaki tua yang duduk di kursi depan mereka semua.

Setelah kurang lebih satu jam, akhirnya mereka keluar dari ruangan kepala sekolah dengan perasaan yang beragam. Rafa dan Alex sendiri dirasa perasaan dongkol setengah mati, jika mengingat lagi ulah kedua anak mereka tadi. Sedang kedua tersangka, masih asyik tertawa memamerkan gigi mereka yang sudah penuh coklat, dasar bocah! Sedang ketiga ibu di sana, malah langsung memintai mereka nomer ponsel, mengajak berkenalan. Alhasil, Rafa dan Alex buru-buru kabur menyeret kedua anak nakal itu.

Bagaimana Rafa tidak kesal? Dua bocah itu yang pertama mencari ribut terhadap ketiga bocah itu, dan satu anak perempuan di sana. Rafa pikir, pertengkaran mereka karena dua bocah nakal itu membela anak perempuan itu karena diganggu oleh tiga bocah itu. Jika dramanya seperti itu, mungkin Rafa masih bisa mamaklumi.

Hi Dad! I'm Your Son (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang