2. Drama Elvan

8.9K 653 59
                                    

Yang suka copy cerita sama silent readers, sana jauh-jauh hussss⚠️

Kuy ... vote dulu sebelum baca ⭐

Happy & enjoy reading 💜
Sorry for typo 🙏








💜







Rafa mendesah, mendudukkan dirinya di sebuah kursi. Padahal ia merasa yakin umurnya baru menginjak 27 tahun, tapi entah kenapa dirinya sekarang sudah merasakan berbagai patahan tulang di area tubuhnya.

"Dad! Ayo main lagi!" teriakan Elvan sudah kembali memenuhi semua isi pikirannya. Rafa menggeleng, semoga teriakan tadi hanya ilusi.

"Dad! Ayo main yang joged itu kaya mereka!" Rafa jelas tahu itu bukan ajakan, tapi lebih ke perintah sang Baginda yang harus dituruti.

Padahal belum ada lima menit ia merasa senang, saat tadi membiarkan Elvan anteng dengan permainan mobil balap. Tadinya ia berniat ingin bernapas dengan tenang sebentar, tapi memang dasarnya bocah tidak ada akhlak itu diciptakan untuk merecoki hidupnya, belum ada lima menit dia sudah bosan.

"Kamu cape gak, sih?" Pertanyaan Rafa langsung mendapat gelengan polos dari Elvan. "Tapi aku cape."

"Itu karena Daddy sudah tua, jadi cepat cape. Faktor umur tidak berbohong, Dad," ujar Elva polos. Rafa mendelik, langsung mendapat cengiran lebar bocah itu.

Rafa rasanya ingin menjitak, tapi jika nanti Elvan menangis dan guling-guling di lantai dia juga yang repot. Mending disangka bapak galak, bagaimana jika disangka om penculik? Tidak, dia cukup pusing dengan drama anak itu, jangan ada drama lain lagi.

"Ayo Dad!!!" teriak Elvan keras, bahkan membuat orang sekitar beralih melihat mereka.

Akhirnya Rafa mendesah kesal, berdiri langsung menjinjing Elvan dari kerah belakang bajunya. Sementara bocah itu sudah kesenangan berteriak.

"Jurus berjalan mundur!" teriak Elvan seperti sedang memainkan drama. Saat ini Rafa masih bisa mengabaikan.

"Lepaskan aku Buto ijo! Sebentar lagi aku akan segera membunuhmu!" Untuk kali ini Rafa lebih memilih untuk pura-pura tidak mendengar.

"Kumenangis ... meratapi ....
kepedihan .... diriku ... atas ... dirimu!" Tunggu, sepertinya Rafa pernah mendengar lagu itu.

"Oh ... kumenangis ...." Elvan semakin semangat bernyanyi dengan suara cemprengnya.

Rafa masih memikirkan lagu yang dinyanyikan Elvan, telinganya benar-benar tidak asing dengan lagu ini. Tunggu! Itu kan, lagu dari sinetron yang seri mama tonton jika sore hari. Bahkan lagu ini juga sering dinyanyikan oleh kariawan
wanita di kantornya. Tapi masalahnya, kenapa bocah seusia Elvan hafal lagu itu?

Rafa kemudian berjongkok di depan Elvan. "Kok, kamu tahu lagu itu?"

Elvan mengerjap, masih terkejut atas tindakan tiba-tiba Rafa. "Momi sering nyanyiin lagu itu. Tiap sore selalu ikut momi nonton televisi, denger lagu itu."

Entah kenapa setiap mendengar kata momi, jiwa penasaran Rafa membara.

"Momi kamu sering nonton film itu?" Pertanyaan Rafa langsung dijawab anggukan Elva. "Kenapa?"

"Karena momi suka menonton tv," jawab Elvan antusias. Matanya selalu berbinar setiap membicarakan momi-nya.

Rafa tersenyum senang, saat bisa sedikit-sedikit mendapatkan informasi. "Kenapa suka menonton tv?"

"Karena kerjaan momi kan, main ... ups ...." Seketika Elvan menutup mulutnya, memandang gugup ke arah lain. Lagi Rafa berdecak kesal, entah doktrin apa yang momi-nya berikan sehingga bocah itu pintar menutup mulutnya.

Hi Dad! I'm Your Son (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang