32. Terkurung

2.4K 247 35
                                    

Hi, lagi apa? Sudah makan?

Kuy, vote dulu sebelum baca ⭐

Happy & enjoy reading 💜

Note : Dichapter terdahulu, Felisa manggil ibunya dengan Umi, gak pas banget pas ngetik disini. Nanti, di chapter itu, aku revisi. Maaf 😗







💜






"Ini Non, silahkan dimakan!"

Felisa hanya mengangguk, saat seorang pelayan menyimpan makanan di meja sudut di kamarnya.

Setelah pelayan itu keluar, Felisa beranjak ke sofa yang ada di sudut kamar untuk makan. Sebenarnya, dia masih tidak sudi untuk memakan makanan ini, tapi tubuh dia butuh makan untuk tetap hidup supaya bisa bertemu Elvan dan Rafa.

"Mereka sedang apa, yah? Sudah makan apa belum? Rafa masak apa beli makanan yah, untuk makan mereka?" Felisa menelan makanannya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Tangis Felisa kembali pecah pagi ini untuk kesekian kalinya. Dia sungguh sangat merindukan Elvan, bahkan juga Rafa. Felisa ingin bertemu dengan mereka, dia ingin pergi dari tempat ini, tapi dia bahkan tidak tahu bagaimana caranya.

"Elvan hiks ... momi rindu, Sayang?" Felisa berusaha menahan isakannya supaya tidak terlalu keras dan membuat mereka kembali masuk.

Hanya sepotong roti, setelah itu dia menghentikan makannya. Sudah cukup, dia masih merasa jijik atas semua makanan dari mereka. Setidaknya, dia sudah memasukan sesuatu untuk membuatnya tubuhnya bisa bertahan.

"Gila, mereka gila!"

Felisa sudah tidak habis pikir dengan keluarga ini. Dulu, kehadirannya dibenci, dianggap sial, tak diangggap, dibuang, bahkan dianggap mati. Sekarang, Felisa pikir waktu bisa merubah sifat manusia, ternyata tidak? Mereka tetap sama, mereka tak lebih dari binatang yang hidup di tubuh manusia. Bahkan, lebih baik binatang.

"Ibu, bagaimana mungkin kamu bisa hidup di tempat seperti ini? Jenis macam apa, keluarga yang sudah berperan melahirkan Ibu ke dunia?"

Felisa kembali menangis sesenggukan, tak peduli sekeras apapun isakannya. Ini bukan hanya tentang dirinya, tapi kembali ke sini Felisa seperti bisa merasakan bagaimana kehidupan Ibu-nya dulu sama seperti ini.

Bagi mereka, anak wanita adalah boneka yang hanya bisa dijual ketika mereka butuh untuk membantu keuangan keluarga. Dulu, Felisa pikir keluarga ini menyayangi Ibu, saat menentang perpindahan agama ibu dan menikahi dengan Abah. Tapi, ternyata tidak! Mereka bukan tidak mau kehilangan anak bungsu wanita satu-satunya di rumah ini, tapi tidak mau kehilangan boneka yang sudah mereka didik dari kecil untuk dijual setelah dewasa, malah pergi.

"Kenapa, ibu hanya satu-satunya anak wanita di keluarga ini?"

Ibu Felisa sebenarnya memiliki tiga orang kakak tapi lelaki semua. Semua sudah menikah dan sayangnya, mereka juga mempunyai hanya anak lelaki. Hanya ibu Felisa yang harus kembali mempunyai anak perempuan, yaitu dirinya. Semua om-nya tak jauh berbeda dari Oma-opanya hanya menganggap wanita adalah boneka aset. Meski ada satu  sepupunya yang baik, tapi dia tak punya kuasa kuat untuk membantu Felisa keluar dari situasi ini.

Dua Minggu yang lalu, saat sadar dirinya diculik dan berada di sebuah mobil, Felisa buru-buru kabur saat ada kesempatan untuk bisa menghadiri acara kenaikan kelas Elvan. Tapi sayang, mereka berhasil menangkapnya serta saat itu memberitahu Felisa, jika ini ulah pihak keluarga ibunya.

Saat itu, Felisa berusaha menerima ikut karena dia juga sudah berencana untuk datang menjenguk oma yang katanya sedang sakit. Bagaimanapun, Felisa masih menganggap beliau masih orang yang melahirkan ibunya. Sebatas menjenguk sesaat, itulah batas menghargai Felisa saat itu.


Hi Dad! I'm Your Son (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang