Hi
Don't copy & silent readers 🚭Kuy, vote dulu sebelum baca⭐
Happy & enjoy reading 💜
⭐
Felisa berlari tergesa-gesa di lorong rumah sakit, pikirannya sudah panik tidak karuan saat tadi di rumah mendapatkan kabar jika Elvan terserempet motor saat istirahat kabur ke luar gerbang untuk jajan es cendol. Lebih jelasnya, Felisa belum tahu apa karena tadi langsung memutuskan telepon dan terburu-buru ke sini.
Brakkkk
Felisa bahkan tidak sabaran untuk hanya sekedar mengetuk pintu, atau membuka pintu perlahan karena wanita itu langsung mendorong pintu itu keras sampai terbuka sepenuhnya. Di dalam, ada dua guru yang sedang duduk di kursi, sedang Elvan sendiri sedang tidur dengan tangan kanan di perban dan kaki kanan terlihat bengkak.
"Ibunya Elvan?" sapa seorang guru langsung berdiri menyambut Felisa.
Felisa mengangguk dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Elvan tidak apa-apa, Bu?"
Felisa berjalan perlahan, menatap Elvan dengan perasaan sangat sedih. Anak kesayangannya, jagoannya kini tengah berbaring dengan banyak luka.
"Maaf Bu, ini semua kelalayan kami sebagai para guru tidak bisa menjaga para murid." Bu Meta, yang Felisa ketahui wali kelas Elvan menggenggam tangannya. "Ibu tenang aja, kata dokter tidak ada luka yang serius. Hanya luka lecet-lecet yang sudah diobatin. Ibu juga tenang saja, pihak sekolah akan bertanggungjawab untuk semua biaya pengobatan sampai sembuh."
Felisa mengangguk kecil. "Syukurlah, jika tidak ada luka yang serius." Felisa mengelus pelan pipi Elvan yang sedang tidur. "Tidak apa-apa. Saya tahu, pihak sekolah sudah berusaha menjaga anak-anak dengan baik. Memang anak saya ini terlalu aktif, saya di rumah saja suka kerepotan jaga dia. Terimakasih, telah sigap membawa Elvan ke rumah sakit."
"Terimakasih, Ibu Felisa atas pengertiannya."
Setelah berbincang-bincang cukup lama, ke dua guru itu izin pamit untuk kembali ke sekolah. Sebelum pergi, mereka berulangkali mengatakan akan bertanggungjawab untuk semuanya, Felisa hanya mengangguk kecil dan tersenyum menanggapinya.
"Momi, aku dimana?"
Felisa yang sedang duduk di sofa sambil membaca majalah, langsung terkesiap menghampiri Elvan yang sudah bangun.
"Ada yang sakit, Sayang?" Felisa sudah sibuk bertanya ini-itu khawatir. "Sebentar, Momi keluar dulu mau panggil dokter."
"Dokter?" Elvan bertanya bingung. "Ini di rumah sakit? Huwaaa .... gak mau di sini .... aku mau pulang ...!!!"
Tangis Elvan seketika pecah. Felisa menepuk jidat lupa, jika Elvan takut dengan rumah sakit. Waktu umur 4 tahun, Felisa membawa Elvan ke rumah sakit untuk menjenguk Meri. Bocah itu tiba-tiba hilang, saat Felisa membuka sebentar chat di ponsel. Setelah tiga jam, Elvan ditemukan di troli ada di kamar jenazah. Semenjak saat itu, Elvan takut akan rumah sakit.
"Mau pulang! Gak mau dimakan mumi! Gak mau!" Tangis Elvan semakin kencang.
Felisa mulai panik. "Gak ada mumi di sini, Sayang. Elvan lagi sakit, nanti udah sembuh kita pulang, ok!"
"Gak mau! Huwa ... Daddy mau pulang!" Elvan membalikan badan membelakangi Felisa.
Jika sudah begini, Felisa juga bingung bagaimana caranya untuk mendiamkan Elvan. Sejauh ini, Felisa tahu dibanding dirinya, lelaki itu lebih mudah untuk mendiamkan Elvan saat menangis. Sayangnya, Felisa belum mengabari Rafa karena tadi lelaki itu mengatakan hari ini dia akan ke Bogor, untuk meninjau pembangunan langsung.
![](https://img.wattpad.com/cover/249296385-288-k570792.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Dad! I'm Your Son (HIATUS)
RomanceCover by pinterest Rafa Arya Prasetio adalah tife cowok kolot di zaman yang serba canggih ini. Dia itu hidupnya terlalu lurus, hanya dihabiskan untuk bekerja dan keluarga. Percaya gak, jika dia belum pernah pacaran di usia 28 tahun ini? tapi dia sud...