Surprise 🎏
Kuy, tekan bintang dulu sebelum baca ⭐
Happy & enjoy reading 💜
⭐
"Harus yah, kita pisah gini mejanya?"
Felisa mendengus, berada disituasi keluarga ini entah kenapa merasa tidak nyaman. Bagaimanapun hubungan dia dan Rafa hanya sebatas menjadi orangtua untuk Elvan, tanpa ada ikatan apapun diantara mereka.
"Cakapar, dua saudara itu butuh waktu pribadi untuk ngomong berdua. Kalau kita ikut gabung, nanti kita kenal semprot ... gak baik," balas Alex yang sepertinya sibuk bermain game di ponsel.
Felisa melirik sinis, ini juga satu makhluk sedari tadi terus mengatakan dia 'cakapar' yang katanya artinya calon kakak ipar. Berapa kalipun Felisa membantah jika dia tidak ada hubungan apapun dengan Rafa, tapi sebatu ini dia tidak mau mendengar.
Sepertinya, kali ini Felisa paham kenapa dua saudara itu suka sekali menghujat makhluk yang di depannya ini.
Felisa melirik dua bocah yang masih asyik bermain di arena game yang ada di sudut restauran, sedang dua bersaudara itu duduk di kursi depan, terhalang dua meja dari tempatnya.
Harusnya saat ini dia sedang rebahan di kasur, tapi kenapa harus ikut terseret di restauran dengan keluarga aneh ini?
"Cakapar, sayang Karaf enggak?"
Felisa balik mendelik lagi. "Sudah berapa kali saya bilang, jika saya dan orang itu tidak ada hubungan apapun. Jangan lagi kamu panggil saya kaya gitu. Ngerti kamu?"
Sayangnya, Alex dengan cepat malah menggeleng. "Enggak. Gak ada rencana mau nikah dekat, gitu?"
"Saya gak mau nikah," jawab Felisa malas, tuh kan makhluk ini batu sama sekali tidak mau mendengar.
"Oh, bukan Minggu ini, yah? Apa Minggu depan apa bulan depan?"
Felisa melirik gelas jus di depannya, terus melirik makhluk itu yang sedang aktif dengan ponsel. Jika makhluk ini disiram air, resikonya apa saja yah, kira-kira? Selain basah, mungkin ponsel mahalnya juga akan mati. Jika lelaki itu menuntut ganti rugi, sayang Felisa sekarang sedang miskin karena semua ATM-nya masih dibekukan. Meminta kepada Rafa, sudah untung dia tidak diusir dan menjadi gelandangan.
"Sabar ... Fel ... sabar, orang sabar makin cantik," gumam Felisa lebih memilih diam daripada meladeni, nanti resikonya menjadi gelandangan.
"Saya dan Alexa juga sama seperti Cakapar waktu itu. Kehadiran Cio juga sama seperti Elvan," ujar Alex tiba-tiba, tapi fokusnya masih ke ponsel.
Felisa memilih diam, tapi diam-diam menunggu lanjutan ucapan lelaki itu.
"Kita juga menikah karena MBA, bukan karena cinta. Bahkan, saya waktu itu sempat membawa Alexa ke tempat aborsi, tidak mau bertanggungjawab. Tapi jika waktu itu saya berhasil membuat Alexa aborsi, mungkin sekarang saya akan menyesali hidup saya dan terus menyalahkan diri. Gak kebayang, hidup saya tanpa Cio dan Cia."
"Tapi, saya tidak pernah sekalipun untuk berniat mengaborsi Elvan. Sejak hamil, saya langsung memutuskan untuk melahirkannya," sanggah Felisa, berharap lelaki itu tahu jika dia tidak pernah seperti dia waktu itu.
Alex malah tersenyum. "Kenapa Cakapar, gak minta tanggung jawab sama Karaf waktu itu?"
Felisa balik tersenyum, lebih ke tersenyum masam. "Buat apa? Kita menikah iya, tapi apa kita bisa jamin pernikahan kita bisa langgeng tanpa cinta? Ujung-ujungnya nanti kita pisah, yang jadi korban siapa lagi? Tentu Elvan, saat anak itu sudah terbiasa dengan kehadiran orang tuanya lengkap, terus tiba-tiba dipaksa terbiasa hidup dengan orangtuanya yang berpisah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Dad! I'm Your Son (HIATUS)
RomanceCover by pinterest Rafa Arya Prasetio adalah tife cowok kolot di zaman yang serba canggih ini. Dia itu hidupnya terlalu lurus, hanya dihabiskan untuk bekerja dan keluarga. Percaya gak, jika dia belum pernah pacaran di usia 28 tahun ini? tapi dia sud...