28. Villa II

3.4K 343 48
                                    

Don't copy & silent reader 🙂

Hi ... Apa kabar?
2500k special buat kamu karena udah lama gak update 😎

Warning !!!! 21++++ 😂

Kuy, vote dulu sebelum baca ⭐


Happy & enjoy reading 💜








💜



Drttt drttt drttttt drttt


Suara alarm di ponsel membuat pergerakan pada Felisa yang masih tertidur pulas. Wanita itu perlahan membuka matanya, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk dari ventilasi jendela.

"Udah jam berapa, sih?" Felisa langsung terlonjat kaget, saat melihat jam sudah menunjukan pukul 10 siang.

Saat Felisa melihat ke samping, Rafa masih terlihat nyenyak tidur, sama sekali tidak terganggu oleh suara alarm tadi. Rasanya, Felisa ingin menendang Rafa sampai jatuh ke bawah. Gara-gara lelaki itu, mereka hari ini bangun kesiangan. Jika di rumah mungkin tidak apa-apa, tapi masalahnya ini mereka sedang liburan. Apa kata orang-orang di luar, saat melihat mereka bangun sesiang ini?

Felisa meraih kaos Rafa di bawah tempat tidur karena posisinya memang lebih dekat dibandingkan dengan bajunya di ujung dekat pintu sana. Setelah itu, mengambil celana di tas dan memakainya.

"Keluar gak, yah?" Felisa malah berjalan mondar-mandir di kamar.
"Bangunin dia aja, deh. Biar malunya bareng-bareng."

Felisa kembali menghampiri Rafa, berjongkok kemudian mengguncang-guncang tubuh Rafa. "Hei, bangun udah siang! Bangun, gak!"

Rafa hanya membalikan badan membelakangi Felisa, kemudian tertidur lagi.

"Nyebelin!"

Felisa kemudian ide, yaitu dengan ...

"Akkkkkkkk!" teriak Rafa kesakitan, lelaki itu langsung beranjak duduk dengan memegangi betis. "Kamu cabut bulu kaki aku?"

Felisa tersenyum sinis. "Iya, kenapa emang?"

"Pakai nanya kenapa, sakit ini!" Rafa mengusap-ngusap betisnya. Ini sakit sekali, sepertinya wanita itu tidak hanya mencabut satu.

"Ini udah jam 10 siang. Kita bukan lagi di rumah. Di luar banyak temen-temen kamu." Felisa berbicara berusaha menahan amarahnya.

"Terus?"

"Bodo!" Felisa melempar sendal tidur ke arah Rafa dan tepat mengenai kepala Rafa. "Apa kamu gak malu, kita keluar kamar jam segini? Apa pendapat orang-orang nanti? Malu, gak?"

Dengan polos Rafa menggeleng. "Enggak!" Rafa berusaha menahan Felisa dengan tangannya ketika terlihat akan mengamuk lagi. "Ngapain malu, kita kan udah nikah?"

"Kamu gak ngerti!" Felisa terlihat masih marah, terburu-buru mengambil handuk. "Aku mau mandi duluan!"

Setelah itu, terdengar suara pintu yang terbuka dan tertutup keras.


Brakkk




"Dasar nenek lampir, pagi-pagi sudah marah-marah."

Rafa memilih mengedikan bahu, kemudian meraih celana pendek yang kebutulan ada di ujung kasur lalu memakainya.


Diluar seperti dugaan Felisa, ada beberapa orang yang menggodanya, terutama Andre teman sehati Rafa itu.

"Cie ... pengantin baru, bangun siang!"

"Cihuy ... gadang ini mah, pasti!"

"Malam dingin terasa hangat didalam pelukan!"


Saat melewati mereka yang menggoda kebetulan memang berada di ruang tamu, Felisa berlari menuju kamar mandi. Malas juga menanggapi mereka, tapi terlalu malu juga sebenarnya.

Hi Dad! I'm Your Son (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang