34. Pelarian rasa Honeymoon

3.2K 275 51
                                    

Hi, apa kabar? Masih bahagia?

Kuy, vote dulu sebelum baca ⭐



Happy & enjoy reading 💜





*







Felisa menghela napas saat melihat dirinya di cermin. Dia langsung melirik kesal Rafa yang masih tertidur dengan selimut hanya menutupi tubuh telanjangnya dari pinggang ke bawah.

"Dia bikin gue kaya kena cacar."

Felisa meringis, saat kembali melihat area leher sampai dadanya sudah penuh dengan tanda merah. Dia tak habis pikir, apa benar mereka sekarang sedang bersembunyi, bukan sedang honeymoon?

Ini sudah 4 hari mereka berdiam diri di kamar, tanpa pernah keluar sekalipun. Bahkan, hanya untuk ke balkon saja dia harus diam-diam berjongkok tanpa harus kelihatan bagian tubuhnya sedikitpun.

Felisa sama sekali tidak tahu, keadaan di luar sudah sekacau apa. Rafa bilang, Alex dan orang-orang dia  sedang mengurus itu.

Awalnya, Felisa sangat khawatir akan keamanan Elvan. Keluarga ibunya tidak mungkin akan tinggal diam begitu saja, tapi sekali lagi Rafa mengatakan jika Elvan dalam keadaan aman. Apalagi, kak Adi dari pihak keluarga ayah-nya juga ikut turun adil untuk menjaga Elvan.




Drttt drtt drttt




Felisa tersenyum, saat melihat ponsel Rafa berbunyi karena kebetulan ponsel dia masih disita mereka. Felisa buru-buru mengangkat panggilan video yang tak lain Elvan. Semenjak di sini, Elvan bisa menghubungi bisa sampai 5-10 kali sehari. Kadang, Rafa sampai kesal karena ada momen saat mereka berdua yang terganggu oleh anak itu. Felisa sendiri, senang-senang saja karena Rafa di sini seperti tidak pernah ada capeknya. Sedang dirinya, sudah sangat lelah.

"Momi! Lihat, Elvan makan apa?" Suara anak itu langsung memanggilnya, sesaat setelah panggilan video itu diangkat. Wajahnya sudah full memenuhi layar ponsel.

"Makan apa emang?" Felisa sebenarnya tahu karena wajah anak itu sudah belepotan oleh ekstrim.

"Ekstrim! Tadi, nenek ajak aku sama Cio ke mall. Kita beli ekstrim, main di time Zone terus beli mainan yang banyak! Horeee!" Anak itu sudah berlari yang sepertinya mengambil mainan untuk ditunjukkan.

"Bentar Kak, Elvan sedang ngambil mainan yang dibeli tadi. Dari tadi, dia sudah tidak sabar mau menunjukan mainannya sama kalian," terang Alexan, tapi tiba-tiba wanita itu berubah panik. "Eh, hati-hati  bawanya, Sayang. Eh, jangan saling dorong-dorongan gitu! Ya ampun, bentar Kak!"

Felisa meringis, melihat Alexa sudah buru-buru berlari. Dia menjadi tak enak karena selama ini pasti merepotkan Alexa dan yang lainnnya.

"Momii ini lihat, bagus gak?" Elvan sudah memeluk ada berbagai jenis mobil-mobilan. "Ini semua yang dibelikan Nenek. Nanti sore, Om Adi datang juga mau bawa mainan lagi!"

Felisa menepuk jidat tak habis pikir. "Udah, jangan beli mainan terus, Sayang. Kasian, Nenek sama Om Adi. Momi kan, sudah bilang jangan bikin repot. Apalagi, Tante Alexa kasian kan harus ada Dede Cia."

"Aku gak bikin repot. Aku jadi anak baik, iya kan Tante masih nakalan Cio, kan?" Elvan meminta pembelaan ke Alexa.

"Iya, udah jadi anak baik hari ini," jawab Alexa yang langsung membuat Elvan tersenyum bangga.

"Coba sebutkan Tante, apa kebaikan aku hari ini?" Felisa hanya meringis, saat mendengar pernyataan Elvan dan wajah anak itu itu yang terlihat makin bangga.

"Elvan sudah habisin makanan, tidak berebut naik eskalator sama Cio tadi di mall, cuci tangan habis makan dan mandinya gak main air sama Cio," jelas Alexa membuat Elvan menepuk dadanya semakin bangga. Anak siapa sih ini, gemas sekali?

Hi Dad! I'm Your Son (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang