Hi, apa kabar?
Elvan kangen, katanya 💜Kuy, vote dulu sebelum baca ⭐
**
"Jajan kemana kita?" tanya Elvan yang sudah jalan mengekor disamping Cio.
"Mau es kantong di luar gerbang. Bisa gak yah, kita keluar?" Cio terlihat berpikir keras, mengamati pos satpam dan gerbang bergantian.
"Aku tahu lewat belakang ada dinding bolong!" seru Vino memberi saran. Vino teman seangkatan Cio yang beberapa bulan lagi angkatan mereka akan lulus dan berubah menjadi siswa SD.
"Ayo!" ajak Cio yang sudah berjalan ke depan, buru-buru disusul Elvan dan Vino dari belakang.
Mereka bertiga sudah berjalan-jalan mengendap-endap melewati ruang guru. Memang, jika mau ke belakang gedung mereka harus melewati ruang guru dengan cara berjongkok.
Seketika tiga bocah itu menarik napas lega, saat berhasil melewati itu dengan selamat. Mereka bertiga melihat lubang kecil itu dengan seksama.
"Muat gak, kita lewat situ?" Elvan sudah berjongkok di depan lubang. "Aku sama Cio, kayaknya bisa masuk. Tapi, Vino gak bisa karena gendut!"
"Aku gak gendut, tapi gempal kata Bunda, tahu!" Vino sudah protes menatap Elvan galak.
"Sama aja! Lihat badan kamu, dua kali lipat dari kita udah mirip gentong di belakang rumahku!" Cio sudah menertawakan Vino dan disusul Elvan.
"Iya, mirip juga gentong di depan gerbang apartemen aku!" Elvan tak kalah ngakak.
"Kalian jahat!" Vino sudah mau menangis dengan kedua bibir yang ditekuk.
"Nangis, gak diajak main lagi!" ancam Cio yang seketika membuat wajah Vino kembali tidak merenggut. "Kata Papa, anak cowok gak boleh nangis."
"Enggak!" Elvan buru-buru menggeleng. "Kata Daddy, anak cowok boleh nangis, kok!"
"Om Rafa bohong!" sentak Cio tidak terima.
"Enggak! Om Alex yang bohong!" Elvan tak kalah menyentak.
"Om Rafa!"
"Om Alex!"
"Siapa disana?" Terdengar suara orang dewasa yang mendekat.
"Eh, diem kalian! Kayaknya, itu ada Bu guru. Ayo cepetan kabur! Aku tunggu di sini! Tapi janji, nanti bawa es kantong yang banyak buat aku!" kata Vino yang seketika langsung diangguki oleh mereka berdua.
"Go cuk, yah!" ujar Elvan yang ditatap harap oleh Vino.
"Go cuk, apaan?" tanya Vino tidak mengerti.
"Itu loh, gini-gini!" Elvan malah membuka satu tangannya mengepal ke atas.
"Good luck!" jawab Cio bangga, karena dia sering dengar kata itu dari mama-nya.
"Gokgok sekalian bodo ah, mau jajan hayu, Cio!" ajak Elvan yang sudah menarik-narik tangan Cio.
"Ok! Vino, amankan posisi!" titah Cio kepada Vino seperti seorang komandan.
"Siap, Ten!" Vino sudah menghormat dengan kedua tangannya.
"Heh, gak mau!" teriak seorang anak perempuan menangis.
"Pinjem bentar ih, pelit banget!" Elvan sudah mendorong anak perempuan itu, tapi tidak sampai jatuh. "Main ayunan, hore!"
"Aku bilangin Mama!" teriak anak itu histeris masih kesal sambil terus menangis. Setelahnya, anak perempuan itu sudah berlari meninggalkan Elvan yang sedang asyik dengan ayunan di taman sebelah apartemennnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Dad! I'm Your Son (HIATUS)
RomanceCover by pinterest Rafa Arya Prasetio adalah tife cowok kolot di zaman yang serba canggih ini. Dia itu hidupnya terlalu lurus, hanya dihabiskan untuk bekerja dan keluarga. Percaya gak, jika dia belum pernah pacaran di usia 28 tahun ini? tapi dia sud...