17. kabur

4.4K 367 17
                                    

Warning! 🔞🔞🔞

Kuy, vote dulu sebelum baca ⭐
Please, deh kemarin banyak banget silent reader di sini. Baca doang gak vote. Saling menghargai, ok🚫


Happy & enjoy reading 💜







❤️









Setelah hari itu di restauran, mereka menjalani kehidupan seperti biasanya. Sekarang, mereka lebih saling mengabaikan dari yang biasanya.

Rafa lebih memilih banyak lembur, ataupun jika tidak lembur dia akan memilih mampir ke rumah orangtuanya dan baru pulang di atas jam 9 malam. Rutinitas seperti ini, sebenarnya mempengaruhi intensitas kebersamaan Rafa dengan Elvan, tapi dia masih punya hari Minggu yang khusus digunakan berdiam diri di Apartemen untuk Elvan. Walaupun, dengan Felisa masih kembali saling mengabaikan pada hari itu.

Seberapa keras mereka terus mengabaikan, ada masa dimana mereka harus kembali terlibat untuk menjalankan sebuah peran bersama.

Setelah dua Minggu terlewat begitu saja, tiba hari ini Elvan tiba-tiba menelepon mereka berdua untuk datang menjemput ke sekolah. Tapi saat tiba di sana, keduanya sama-sama tidak tahu jika Elvan meneleponnya keduanya. Sementara anak itu, memilih pergi untuk main ke rumah Cia.

Saat Alexa melewat Rafa yang masih kebingungan, dia mendekatkan mulutnya ke telinga Rafa untuk berbisik. "Nikmati waktu kencan kalian berdua."

Rafa tahu ini semua bukan ulah Elvan, tapi ini ulah adik laknatnya itu!

Sebelum Rafa sempat protes, mobil itu sudah berlalu melaju dari hadapannya. Sekarang, disana hanya ada mereka berdua yang penuh dengan kecanggungan. Dua Minggu ini, mereka berdua sama sekali tidak pernah saling bertegur satu katapun.

"Ayo, kita pulang ...." ajak Rafa canggung, masih mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Gak balik kantor? Saya bisa balik sendiri, kok," jawab Felisa tak kalah canggung. Kenapa situasinya jadi canggung begini, sih?

"Lagian arah apart kelewat, sekalian aja!"

Felisa terdiam sesaat, setelahnya mengangguk pelan. "Ok."

Di dalam mobil, mereka kembali terdiam tak ada yang bersuara. Bahkan, mereka sama-sama enggan untuk menyalakan musik karena saking terbiasa dengan keheningan ini.

Sampai suara ponsel Rafa di dashboard terdengar berisik, apalagi nada deringnya menggunakan suara musik rock.

"Ehemmmm ...." Felisa mencoba berdehem, semoga dia sadar orang yang di sampingnya terganggu oleh suara berisik itu.

"Kamu tahu kan, tangan saya dua dan dua-duanya dipakai buat menyetir." Rafa melirik Felisa tajam. "Kalau mau saya angkat telepon, saya tidak jamin kalau kita gak tabra--"

"Alah ... ngomong aja biar diangkatin." Felisa mengambil kasar ponsel Rafa. "Ini dati Bos besar, angkat?"

"Iya, buruan cepat. Lodspeaker sekalian!" titah Rafa yang masih fokus ke depan.

Felisa mendengus. "Tukang perintah!"

Walau masih mengomel, Felisa mengangkat panggilan itu. Tubuhnya dibuat condong ke samping untuk mendekatkan ponsel itu ke Rafa.

"Hallo, Rafa kamu di mana?"

Rafa berdehem. "Saya lagi di jalan mau mencari makan siang, Pak."

"Kebetulan sekali, ada client yang meminta bertemu mendadak disalah satu restauran. Dia sudah ada di sana sekarang, tolong kamu temui dia untuk mengambil beberapa dokumen kerjasama. Segera ke sana karena waktu dia tidak lama. Jika tidak diambil sekarang, dua Minggu ini dia akan ke Singapur. Ini saja 30 menit lagi, dia mau ke bandara. Tolong, segera ke sana!"

Hi Dad! I'm Your Son (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang