Hi, Miss me?Kuy, vote dulu sebelum baca ⭐
Happy & enjoy reading 💜
⭐
Seorang wanita berdiri di tengah ramainya bandara, dengan dua buah koper besar di tangannya. Penampilannya sangat tertutup, dengan switter besar sampai paha, celana jins hitam panjang, topi hitam, kacamata hitam serta lengkap dengan masker hitam. Mirip seperti buronan yang takut ketahuan.
"Meri sialan! Masa, gak kasih satu orangpun yang jemput aku!" Wanita terus mengomel sembari terus menarik koper besarnya.
Di sebuah bangku kecil, wanita itu mengistirahatkan tubuhnya. Duduk sembari berniat untuk mengubungi seseorang.
"Hallo!" Suara teriakan wanita itu saat panggilannya di angkat.
"Hallo, ada apa?"
"Ada apa kepalamu botak? Kamu beneran gak kirim satu orang pun, buat jemput aku?"
"Kamu gila!" Seseorang disebrang telepon terlihat membentak, sampai wanita yang sedang duduk itu menjauhkan ponsel dari telinga.
"Kamu yang gila! Aku ini Felisa Gempita harus tarik-tarik dua koper gede sendirian di bandara! Paham kan, kamu Meri?"
"Ok aku kirim orang buat bantu kamu, terus nanti orang suruhan keluarga kamu tahu dan kamu ditangkap terus dibawa pulang. Nanti anak kamu ketahuan juga, terus direbut paksa terus dikirim ke panti asuhan. Mau?"
Felisa terdiam sesaat, memikirkan semua kemungkinan itu dia langsung menggeleng cepat. "Gak mau!"
"Makanya otaknya dipakai. Jangan cuman wajah doang yang cantik, tapi otak jongkok!"
"Meri asisten manajer sialan!"
"Iya, si sialan ini harus urus semua jadwal yang udah kamu ttd kontrak dan membayar finalti karena dibatalkan sementara. Sana pergi, cari pelindungmu itu. Hidup baik, jangan bertingkah dan diusir sama lakimu. Belajar jadi istri yang baik, siapa tahu kamu dinikahin. Terus urus laki--"
"Akh ...berisik!" potong Felisa cepat, langsung memutuskan sambungan teleponnya.
Felisa langsung menghempaskan tubuhnya di kursi, kenapa hidupnya harus menjadi sedrama itu? Baru saja kembali hampir mendapatkan mimpinya di Paris, tapi harus terpupus begitu saja karena keegoisan keluarganya.
Mungkin jika masih sendiri, bisa saja tidak ada peduli keluarganya tahu keberadaannya dimana, dia bisa pergi terus ketahuan pergi lagi. Tapi sekarang, ada satu orang yang harus dia lindungi dan jaga. Dia tidak mau Elvan, anaknya jatuh ke tangan orangtuanya terkhusus ayahnya. Selama ini dia sudah berhasil telah menyembunyikan kehadiran Elvan, jadi sebisa mungkin tetap tidak ketahuan sampai kapanpun.
Felisa buru-buru berdiri, segera melangkahkan kaki ke tempat perlindungan yang paling aman dan sejahtera untuk sementara.
"Harus segera ke tempat lelaki itu!"
Felisa sekarang telah berdiri di depan sebuah pintu apartemen. Setelah mencocokkan dengan alamat di ponsel, ia yakin jika ini tempat tinggal lelaki itu.
"Ini sudah jam 5, mereka pasti sudah pulang."
Felisa sudah memencet bel yang kesepuluh mungkin, tapi pintu itu belum terbuka atau mungkin ia yang tidak sabaran menunggu?
"Kemana, sih? Lagi-lagi Felisa terus memencet bel.
Felisa tidak berhenti terus memencet bel sampai terdengar suara gedebug di dalam, sebelum pintu akhirnya terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Dad! I'm Your Son (HIATUS)
RomanceCover by pinterest Rafa Arya Prasetio adalah tife cowok kolot di zaman yang serba canggih ini. Dia itu hidupnya terlalu lurus, hanya dihabiskan untuk bekerja dan keluarga. Percaya gak, jika dia belum pernah pacaran di usia 28 tahun ini? tapi dia sud...