20. Ayo, Kita Menikah!

4.6K 363 30
                                    

Hi ...
Puasanya masih lancar?
Hemmm

2400K special buat kamu 💜

Kuy, vote dulu sebelum baca ⭐





Happy & enjoy reading 💜






💜








Ini malam Minggu, itu artinya ini malam dimana Rafa makan malam alias harus menginap di rumah orangtuanya. Terlalu banyak malam minggu yang absen, jadi malam ini Rafa memutusakan untuk datang dan menginap.

Walau Rafa tetap masih tidak rela untuk meninggalkan Elvan, tapi mau bagaimana lagi karena anak itu pasti aman bersama Felisa di apartemen. Rafa juga sudah meminta izin ke mereka. Meminta izin? Sudah seperti suami meminta izin istri saja, yah. Lupakan!

"Kerjaan kamu gimana, Kak?" tanya Mama saat mereka sudah berkumpul di ruang keluarga. Memang, kebiasaan mereka setelah makan malam, harus kumpul sambil mengobrol.

Malam ini, kebetulan berjumlah porsi lengkap. Keluarga Alexa, Rama yang kebetulan tahun ini masuk pesantren juga pulang. Iya, Rama memang semenjak kelas satu SMP memilih masuk pesantren yang ada di kota Sukabumi, benar-benar tidak ada yang menyuruh dan murni kemauan sendiri. Padahal, waktu kecil cita-citanya masih TNI, masuk SD dokter dan keluar SD tiba-tiba mau menjadi ustad. Sebenarnya, pengaruh dari salah satu temannya juga yang kebetulan anak ustad. Semua keluarga cuman bisa mendukung dan bersyukur atas kemauan Rama itu.

"Alhamdulillah, lancar Ma." Rafa sedang memangku Cia yang masih asyik berceloteh.

Di sofa samping lain, Alex sedang memangku Cio yang sedang bermain game bersama Rama. Alexa masih di dapur sedang membuatkan Mpasi untuk Cia. Malam ini, sepertinya bayi itu mau bergadang karena keriuhan yang terjadi ini.

"Kak, umur kamu udah 28 mau 29," ujar Mama yang langsung membuat Rafa was-was. "Sebentar lagi mau 30. Alexa aja, walaupun dulu menikah karena kesalahan sekarang udah punya dua. Teman-teman kamu juga udah banyak yang nikah juga. Umur kamu udah matang, Kak. Kapan?"

Seperti dugaan Rafa, perkataan Mama selalu seperti ini mengarah ke hal pernikahan. Memang, sudah dua tahunan ini Mama selalu menanyakan Rafa masalah pernikahan. Dulu, Rafa selalu bisa menolak dengan alasan belum siap dan belum punya pasangan. Tapi, sekarang entah kenapa rasanya berbeda.

Apa jadinya, jika Mama dan Papa tahu jika selama ini dia tinggal bersama seorang wanita di apartment dan sudah mempunyai anak hampir sebesar Cio?

Rafa belum siap melihat kekecewaan di wajah orangtuanya. Walaupun, Mama bukan ibu kandungnya tapi kebahagiaan mama sudah segalanya untuk Rafa. Dia sungguh tidak sanggup melihat kesedihan di wajah Mama.

"Kita bukan mau nuntut kamu segera menikah. Tapi, setidaknya kita mau melihat usaha kamu dalam mencari pasangan. Sampai umur segini, belum ada satupun wanita yang kamu kenalkan ke Papa sama Mama, Kak," ujar Papa yang sedari tadi menyimak.

Alexa yang baru datang, ikut melirik Rafa yang terdiam. Dia tahu seberat apa rasanya menyimpan kebohongan yang ditanggung kakaknya itu.

"Cia sama Mama dulu, ayo makan dulu, iya!" Alexa lalu mengambil alih Cia dari gendongan Rafa.

"Kak, pinjem ponsel, iya? Aku mau main game?" seru Rama yang sudah mengambil ponsel Alexa di atas meja sebelum Alexa mengiyakan.

Rama sedari tadi, hanya melihat Cio yang sedang main dengan ponsel Alex. Dirinya memang  semenjak pesantren, sudah tidak mengunakan ponsel lagi karena memang di pesantren dilarang membawa ponsel.

"Jangan buka aneh-aneh loh, Dek!" seru Alexa yang sudah menyuapi Cia.

"Apaan sih, gak lah! Mau main game, nih. Ponsel Mama sama Papa, gak ada game-nya," jawab Rama yang sudah fokus ke ponsel.

Hi Dad! I'm Your Son (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang